Berita Samarinda Terkini
Pedagang Warung Makan di Samarinda Keluhkan Harga Beras Naik, Pemerintah Harus Perhatikan Rakyat
Hampir sepekan lonjakan harga beras di pasaran melonjak setidaknya 8 persen dari harga eceran tertinggi (HET) di awal tahun 2024
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Budi Susilo
"Operasi pasar dan toko penyeimbang dalam rangka menyediakan beberapa komoditi barang pokok di antaranya beras dengan harga sesuai acuan, sehingga bisa mengendalikan inflasi dan memberikan pilihan kepada masyarakat untuk mendapatkan harga bapok (bahan pokok) dengan harga yang bersaing," tegasnya.
TPID Kaltim Berupaya Jaga Inflasi
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se-Kaltim terus melakukan berbagai upaya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur Budi Widihartanto menyatakan, memang inflasi Kaltim tahun 2023 berhadil finish di level 3,46 persen sepanjang tahun 2023.
Berada dalam ambang batas target inflasi nasional dan lebih rendah dari inflasi tahun 2022 yang mencapai 5,35 persen.
Budi berharap bahwa dengan upaya-upaya dari TPID, inflasi Kaltim dapat tetap terjaga di tahun 2024.
Ia juga mengajak semua pihak untuk bersinergi dalam menjalankan strategi 4K (keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif) guna mengendalikan inflasi.
Tetapi, inflasi Kaltim memang masih dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kenaikan harga bahan makanan, terutama cabai rawit, daging ayam ras, bawang merah, dan beras.
Baca juga: Apa Itu El Nino? Fenomena Cuaca Memengaruhi Dunia, Apakah Ini Penyebab Kenaikan Harga Beras?
"Komoditas-komoditas ini sebagian besar didatangkan dari luar Kaltim, sehingga rentan terhadap gangguan pasokan dan distribusi," sebutnya.
"Andil tertinggi inflasi di Kaltim di 2023 bersumber dari inflasi bahan makanan (volatile food) terutama komoditas cabai rawit, daging ayam ras, bawang merah dan beras yang keberadaannya diperoleh dari luar wilayah Kaltim yang saat ini secara nasional juga sedang mengalami tekanan harga karena faktor perubahan iklim dan ketersediaannya yang terbatas," sambung Budi.
Selain bahan makanan, inflasi Kaltim juga dipicu oleh kenaikan harga transportasi, terutama angkutan udara dan emas perhiasan.
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi dan daya beli masyarakat Kalimantan Timur.
Tentunya didorong oleh pertumbuhan penduduk, pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), dan perkembangan sektor industri, transportasi, dan pergudangan.
Tetapi demikian, Budi juga menegaskan bahwa inflasi Kaltim masih terkendali dan tidak mengganggu stabilitas makroekonomi.
Beberapa komoditas yang memberikan kontribusi deflasi, seperti udang basah, bayam, kangkung, buncis, dan celana panjang jeans anak.
"Deflasi ini menunjukkan adanya penyesuaian harga pasar dan efisiensi produksi," tandasnya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.