Pilpres 2024
Pemilu 2024 Paling Brutal Sepanjang Sejarah Pasca Reformasi Bagi Eep Saefulloh, Bukan Tanpa Alasan
Pemilu 2024 paling brutal sepanjang sejarah pasca reformasi bagi Eep Saefulloh. Bukan tanpa alasan Eep Saefulloh menyatakan pernyataan tersebut.
Penulis: Kun | Editor: Christoper Desmawangga
TRIBUNKALTIM.CO - Simak informasi seputar Pilpres 2024 terkini.
Pemilu 2024 paling brutal sepanjang sejarah pasca reformasi bagi Eep Saefulloh.
Bukan tanpa alasan Eep Saefulloh menyatakan pernyataan tersebut.
Bahkan konsultan politik, Eep Saefulloh Fatah mengatakan Pemilu 2024 menjadi Pemilu yang paling brengsek.
Selengkapnya ada dalam artikel ini.
Baca juga: Eep Saefulloh Berani Sebut Pemilu 2024 Brutal Sepanjang Sejarah Reformasi, Bukan Tanpa Alasan
Baca juga: Terjawab Alasan Eep Saefulloh Sebut Jokowi Sebagai Diktator, Kalahkan Soeharto, Singgung RUU DKJ
Baca juga: Siapa Eep Saefulloh? Video Menangisnya Ramai di X Diunggah Mahfud MD, Banjir Nyinyiran Warganet
Pasalnya, Presiden Jokowi terus menerus melakukan pelanggaran konstitusi dan undang-undang secara terbuka.
"Ini Pemilu paling buruk sepanjang yang saya paham, ini Pemilu paling brutal, Pemilu paling brengsek dari semua Pemilu yang kita miliki selama reformasi," kata Eep dalam diskusi Demos Festival di Hotel Akmani, Jakarta, Sabtu (9/4/2024).
Implikasinya, kata Eep, pelanggaran konstitusi dan undang-undang yang dilakukan Presiden Jokowi membuat proses dan hasil Pemilu 2024 menjadi cacat dari berbagai lini.
Ia mengatakan bahwasanya KPU hingga Bawaslu seharusnya bertanggung jawab dengan kekacauan Pemilu 2024.
Baca juga: Terkejut Prabowo Unggul Telak di Pilpres 2024, Jusuf Kalla Sebut Masalah Bukan pada Saat Pencoblosan
Apalagi, saat ini juga terjadi banyak kekisruhan dalam penghitungan suara yang telah dilakukan.
"Menurut hemat saya, KPU, Panwas dan semua pihak yang terlibat menjadi penanggung jawab Pemilu semestinya saat ini bersikap selayaknya dengan tanggung jawab selayaknya. Ini adalah penghitungan suara paling lamban dan paling kisruh selama kita menyelenggarakan pemilu," katanya.
Ia pun mengungkit carut marutnya penggunaan sirekap KPU.
Menurutnya, banyak data yang tidak sesuai antara C1 hasil dengan data yang ditampilkan dalam sirekap.
"Celakanya itu terjadi saat kita pertama kali menggunakan teknologi yang sebelumnya belum kita punya yang disebut artificial intelegent yang dengan sangat mudah memindai C hasil menjadi data numerik ke dalam suatu aplikasi dengan sangat segera bisa menyelesaikan perhitungan seluruh Indonesia 823.220 TPS semestinya. Yang terjadi sampai saat ini kekacauan terjadi," pungkasnya.
Baca juga: Soroti Pernyataan Jokowi, Presiden Boleh Memihak, Eep Saefulloh: Menantang Orang untuk Tetap Waras
Pendukung Anies-Cak Imin Tak Percaya Survei
Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia (AROPI), asosiasi tertua yang membawahi para pollster di Indonesia, sudah melakukan survei terkait kepercayaan publik atas lembaga survei sebelum masa pencoblosan.
Sebagai informasi, AROPI di bawah kepemimpinan Denny JA saat itu merupakan asosiasi yang pernah membatalkan pelarangan publikasi quick count di hari pencoblosan, melalui judicial review pada tahun 2009.
Adapun dari hasil survei periode 26 Januari-6 Februari 2024, didapatkan 75,4 persen responden sangat percaya atau cukup percaya terhadap lembaga survei.
Sebanyak 22,5 persen menyatakan kurang percaya/tidak percaya sama sekali terhadap lembaga survei. Sebanyak 2,1 persen menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.
"Apabila dibandingkan dengan survei yang sama yang dilakukan pada musim pemilihan umum tahun 2019, tingkat kepercayaan terhadap Lembaga survei naik sebesar 7,6 persen ," ujar Ketua Umum Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia (AROPI), Sunarto Ciptoharjono dalam konferensi pers di Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat (8/3/2024).
Ia menambahkan, pada bulan Maret 2019, AROPI melakukan penelitian lapangan dengan pertanyaan yang kurang lebih sama.
"Hasilnya responden sangat percaya/cukup percaya terhadap Lembaga survei sebesar 67,8 persen . Sedangkan yang menyatakan Kurang percaya/Tidak percaya sama sekali sebesar 29,0 persen . Selebihnya tidak tahu atau tidak menjawab," jelasnya.
Sunarto mengungkapkan dari hasil analisis breakdown ke aneka segmen didapatkan sejumlah hasil.
Pemilih Prabowo-Gibran adalah pemilih yang lebih percaya terhadap Lembaga survei sebesar 87 % , disusul pemilih Ganjar-Mahfud sebesar 69,3?n pemilih Anies-Muhaimin sebesar 59 % .
Apabila dilihat dari segmen pemilih partai, mayoritas pemilih percaya terhadap Lembaga survei.
Tingkat kepercayaan tertinggi diperoleh dari pemilih Partai Demokrat sebesar 92,9 % , disusul pemilih Partai Gerindra sebesar 90,2 % , pemilih PKB sebesar 78,9?n pemilih PAN sebesar 77,8 % .
Dari segmen tingkat pendapatan diperoleh fakta yang menarik, yakni untuk tingkat pendapatan di bawah 2 juta/bulan sangat percaya/cukup percaya terhadap Lembaga survei sebesar 80,7 % .
Justru untuk tingkat pendapatan 4 juta/bulan ke atas, tingkat kepercayaannya sebesar 74,4 % . Sedangkan pendapatan menengah sebesar 2-4 juta perbulan, tingkat kepercayaannya sebesar 71,6 % .
"Sejalan dengan itu, segmen tingkat pendidikan juga diperoleh fakta yang serupa. Untuk segmen tingkat pendidikan SD ke bawah, tingkat kepercayan terhadap Lembaga survei justru tertinggi, yakni 80,4 % , disusul tingkat pendidikan SMA sebesar 78,4 % , tingkat pendidikan SMP sebesar 77,9?n tamatan D3 ke atas sebesar 60,3 % . Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat, maka semakin kritis pula terhadap Lembaga survei," katanya.
Metode survei
Survei dilakukan pada tanggal 26 Januari-6 Februari 2024. Metode survei adalah Multistage Random Sampling dengan jumlah responden 1200 orang dan Margin of Error 2,9 persen ini menanyakan secara khusus tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga survei. (*)
Ikuti berita menarik lainnya di saluran whatsapp dan google news Tribun Kaltim
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Eep Saefulloh Sebut Pemilu 2024 Jadi Paling Brengsek dan Brutal Sejak Zaman Reformasi
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.