Berita Internasional Terkini
Komet Setan Langka Seukuran Gunung Everest Bisa Dilihat dengan Mata Telanjang Pada Bulan April Besok
Komet setan langka seukuran Gunung Everest bisa dilihat dengan mata telanjang pada bulan April besok.
Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Nisa Zakiyah
TRIBUNKALTIM.CO - Komet setan langka seukuran Gunung Everest bisa dilihat dengan mata telanjang pada bulan April besok.
Komet setan, sebuah fenomena galaksi langka sebesar Gunung Everest yang hanya bisa dilihat manusia setiap 70 tahun sekali, akan segera terlihat dengan mata telanjang saat melesat ke arah Bumi.

Suguhan luar angkasa yang sangat terang ini, yang secara resmi dikenal sebagai Komet 12P/Pons-Brooks, sedang melintasi tata surya bagian dalam dan saat ini bisa dilihat dengan teleskop atau teropong.
Baca juga: Siklon Tropis Megan di Australia Meningkat Menjadi Siklon Kategori 3, Indonesia Patut Waspada
Menurut Space.com., pada akhir Maret nanti, komet ini mungkin dapat dilihat dengan mata telanjang saat senja di Belahan Bumi Utara di rasi bintang Aries di ufuk barat.
Komet setan merupakan salah satu komet paling terang yang pernah diketahui.
Komet ini akan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi pada musim semi atau bulan April tahun ini.
Komet ini akan terus memperlihatkan kecerlangannya yang luar biasa saat gerhana matahari total bulan depan dan pada tanggal 21 April.
Komet ini akan mencapai jarak terdekatnya dengan matahari sebelum akhirnya menghilang dari pandangan di Belahan Bumi Utara pada bulan Mei.
Komet ini kemudian akan terlihat dari Belahan Bumi Selatan sebelum menghilang dari pandangan Bumi sampai tahun 2095.
Dari titik lokasi yang gelap, komet ini mungkin akan terlihat dengan mata telanjang.
Komet ini baru-baru ini mendapat julukan setan karena kecerlangannya yang tak terduga, yang oleh beberapa media diibaratkan seperti tanduk setan.
Lebih banyak suar, yang menyebabkan peningkatan kecerlangan secara eksponensial, mungkin terjadi bulan ini, kata para ilmuwan.
Penyebab suar tidak diketahui, tapi beberapa ahli berspekulasi bahwa komet tersebut mungkin memiliki gunung berapi es aktif yang meledak dan menyebabkan kilatan kecerlangan.
Flare-up lainnya dapat bertepatan dengan gerhana matahari 8 April.
Sayangnya, ini hanya dapat diamati di Amerika Serikat pada sore hari, dari dalam pita sempit totalitas yang membentang dari Texas ke Maine.
Pakar komet John Bortle menyebut prediksi tersebut sebagai "fantasi", dengan mengatakan bahwa Komet 12P/Pons-Brooks sudah menjadi jauh lebih terang saat mendekati matahari.
Sehingga ledakan tambahan apa pun tidak akan terlalu terlihat.
Baca juga: Tornado Pertama di Indonesia, Peneliti BRIN: Bukan Angin Puting Beliung
Cara Melihat Komet Setan
Dikutip dari Astronomy, seorang astronom sekaligus pecinta komet dari California, Amerika Serikat yang bernama Dave Weixelman mengatakan bahwa komet setan akan berada di dekat Jupiter dan sekitar 24,5 derajat dari gerhana Matahari.
Artinya, komet tersebut berpotensi terlihat di tengah gerhana bagi mereka yang melakukan pencarian dengan teropong atau teleskop dan bagi mereka yang mengabadikan pemandangan tersebut dengan kamera.
Selain itu, sebanyak enam planet akan berada di langit saat gerhana Matahari total pada April 2024.
Venus akan menjadi yang paling terang pada magnitudo –3,9, terletak sekitar 15 derajat barat daya Matahari.
Di sisi berlawanan dari bintang kita, sekitar 30 derajat timur laut Matahari, akan terdapat Jupiter dengan magnitudo –2.
Menurut Weixelman, Jupiter akan berfungsi sebagai titik penunjuk arah yang tepat untuk menemukan Komet Setan karena komet tersebut akan terletak hanya 6 derajat barat Jupiter dan sekitar 24,5 derajat timur laut Matahari.
Posisi ini menempatkan komet tersebut dalam bidang pandang teropong yang kira-kira sama dengan Jupiter, sehingga meningkatkan kemudahan untuk menemukannya.
Meskipun geometri pengamatan antara Bumi dan komet tidak ideal selama penampakan gerhana, prediksi saat ini menunjukkan bahwa Komet Pons-Brooks akan muncul sekitar magnitudo 5.
Namun, komet merupakan benda langit yang berubah-ubah dan prediksi bisa saja tidak tepat sasaran.
Meskipun demikian, para fotografer luar angkasa akan tetap bersemangat karena adanya kesempatan unik menangkap Corona dari Matahari dan komet pada waktu yang bersamaan.
Dinamakan Komet Setan Karena Punya Kecerahan yang Sangat Terang
Komet Pons-Brooks baru-baru ini mendapat julukan komet setan karena kecerlangannya yang tidak terduga.
Mempunyai kecerahan yang sangat terang, komet ini disamakan dengan tanduk setan oleh beberapa media.
Menurut para ilmuwan, komet ini juga mengalami peningkatan kecerlangan secara eksponensial yang diprediksi terjadi pada Maret 2024.
Adapun penyebab komet tersebut mengalami tingkat kecerlangan hingga saat ini belum diketahui.
Namun, beberapa ahli berspekulasi bahwa komet tersebut mungkin memiliki gunung es aktif yang meledak dan menyebabkan kilatan cahaya.
Bagaimana terbentuknya komet?
Komet merupakan benda langit yang terdiri dari es, batu, debu, dan gas yang bergerak mengelilingi Matahari dalam lintasan berbentuk elips atau melengkung.
Terjadinya komet melibatkan proses-proses alami yang terjadi di Tata Surya.
Komet biasanya berasal dari wilayah dingin dan jauh di Tata Surya yang disebut Sabuk Kuiper atau awan Oort.
Benda-benda di wilayah ini merupakan sisa-sisa pembentukan Tata Surya yang terjadi miliaran tahun yang lalu.
Terkadang, gravitasi dari benda langit lain atau gangguan dari bintang-bintang yang lewat dapat mengganggu orbit sebuah objek di Sabuk Kuiper atau awan Oort, sehingga membawanya menuju ke dalam Tata Surya dalam lintasan yang mengelilingi Matahari.
Ketika sebuah benda dari Sabuk Kuiper atau awan Oort mendekati Matahari, panas dari Matahari menyebabkan es di permukaan benda tersebut menguap menjadi gas, membentuk atmosfer atau koma di sekitar inti komet.
Tekanan radiasi Matahari dan angin surya juga dapat mempengaruhi orbit komet.
Saat komet mendekati Matahari, pemanasan dari Matahari dan tekanan radiasi menyebabkan gas dan debu dari koma komet terlihat bersinar dan membentuk ekor yang panjang di belakangnya.
Ekor komet terbentuk karena angin surya yang meniup gas dan debu ke belakang saat komet bergerak melalui Tata Surya.
Setelah melintasi titik terdekatnya dengan Matahari (perihelion), komet akan bergerak menjauh dari Matahari menuju wilayah dingin di Tata Surya.
Selama perjalanan kembali ke ruang angkasa yang jauh, komet akan kehilangan sebagian materi yang membentuk koma dan ekornya.
Peristiwa langka seperti tabrakan dengan planet atau benda langit lainnya dapat mempengaruhi perjalanan komet atau bahkan menghancurkannya.
Meskipun demikian, banyak komet yang telah terlihat oleh manusia selama berabad-abad, dan penelitian lebih lanjut tentang komet memberikan wawasan penting tentang pembentukan dan evolusi Tata Surya. (*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.