Berita Internasional Terkini
NASA Prediksi akan Ada Ledakan saat Gerhana Matahari pada April 2024, Benarkah Bumi Jadi Gelap?
NASA prediksi akan terjadi ledakan saat gerhana Matahari pada bulan April besok, benarkah Bumi jadi gelap?
Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Nisa Zakiyah
TRIBUNKALTIM.CO - NASA prediksi akan terjadi ledakan saat gerhana Matahari pada bulan April besok, benarkah Bumi jadi gelap?
Dikutip dari Live Science, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengatakan bahwa sebagian wilayah di Bumi akan mengalami gerhana Matahari total yang terjadi pada Senin (8/4/2024).
Gerhana Matahari total ini dimulai dari Samudera Pasifik Selatan dan jika cuaca mendukung, gerhana ini akan melintasi beberapa wilayah di benua Amerika.
Baca juga: Komet Setan Langka Seukuran Gunung Everest Bisa Dilihat dengan Mata Telanjang Pada Bulan April Besok
Wilayah yang dilintasi oleh gerhana Matahari total akan mengalami kegelapan dalam waktu singkat, selama beberapa detik hingga menit.
Sebab, gerhana Matahari terjadi ketika Bulan baru berada tepat sejajar antara Bumi dan Matahari, sehingga kondisi ini menimbulkan bayangan yang disebut umbra.
Selain itu, diameter dan jarak Bulan dari Bumi yang relatif besar dapat menutupi piringan Matahari dan menyebabkan sebagian wilayah di Bumi gelap atau tampak seperti malam hari.
Meski demikian, para ilmuwan memperkirakan, pada gerhana Matahari total 8 April 2024 mendatang akan terjadi ledakan besar dari Matahari.
Para Ilmuwan Memperkirakan Akan Ada Ledakan Besar di Matahari
Jika Anda mengamati korona Matahari secara keseluruhan, Anda mungkin akan melihat lingkaran berwarna merah muda gelap dan lingkaran plasma bermuatan listrik yang membentang berkali-kali lipat dari diameter Bumi ke ruang angkasa.
Baca juga: Asal Usul dan Bahaya Radiasi Pancaran Cahaya Cosmic bagi Kesehatan
Selama gerhana Matahari total terakhir, di Australia pada 20 April 2023, "penampakan" ini terlihat begitu besar.
Penonjolan ini hampir pasti akan terlihat saat totalitas di Amerika Utara pada 8 April 2024 nanti.
Hal ini dikarenakan Matahari kemungkinan berada pada puncak siklus Matahari 11 tahun, yang dikenal sebagai Matahari maksimum.
Selain itu, salah satu fenomena yang mungkin terlihat dari gerhana Matahari total 8 April 2024 adalah lontaran massa korona (CME).
CME adalah lontaran medan magnet yang sangat besar dan massa plasma dari korona Matahari, bergerak cepat tetapi terlihat diam selama beberapa jam.
Bayangan bulan akan memerlukan waktu 100 menit untuk melintasi Amerika Utara, sehingga CME dapat meledak tepat sebelum itu dan dapat terlihat oleh semua orang di bawah langit cerah.
Selain itu, ilmuwan meyakini bahwa CME tentu bisa terjadi secara totalitas.
Baca juga: Link Cosmos Persona, Quiz Terbaru yang Bisa Ungkap Kepribadian Kamu Berdasarkan Benda Antariksa
Salah satunya di foto pada 14 Desember 2020, saat "Gerhana Besar Patagonian" di Chile, saat Matahari mendekati titik minimum Matahari.
Kemudian, pada 8 April 2024, French memperkirakan adanya tonjolan letusan raksasa selama gerhana total.
French juga menyebut, peristiwa tersebut akan menjadi pemandangan yang spektakuler.
Sementara itu, dilansir dari situs web Space, ilmuwan utama di Southwest Research Institute di Boulder, Colorado, Amir Caspi mengatakan, gerhana hanya berlangsung beberapa detik hingga menit saja.
Sehingga, kebanyakan orang tidak bisa melakukan pengukuran dalam jangka waktu tertentu.
Mengingat peristiwa singkat seperti itu kecil kemungkinannya terjadi selama totalitas, hanya ada satu solusi yakni membuat totalitas lebih lama.
Baca juga: Viral Fenomena Equinox yang Akan Terjadi Hari Ini 21 Maret 2024 di Indonesia, Simak Penjelasannya
Salah satu cara untuk memperluasnya adalah dengan menggunakan jet supersonik dan mengejar bayangan bulan.
Para ilmuwan melakukannya pada tahun 1973 menggunakan Concorde, dengan total waktu 73 menit.
Alternatifnya adalah memfilmkan gerhana Matahari selama beberapa menit dari seluruh benua, dengan harapan seseorang di suatu tempat dapat mengetahui awal atau akhir suatu peristiwa.
Hal ini jarang terjadi, tetapi akan terjadi pada tanggal 8 April 2024.
Benarkah Bumi akan gelap selama 3 hari saat terjadinya gerhana Matahari?
Unggahan dengan narasi Bumi akan gelap selama tiga hari mulai Jumat (8/4/2024), ramai di media sosial X dan TikTok.
Menurut akun TikTok @your_fave_shop menyebutkan bahwa kegelapan akan menyelimuti Bumi ketika planet ini melintasi sabuk foton.
"Darkness in 3 days on April 8, 2024, totoo ba?" tulis akun tersebut.
Sementara, pada akun X @infoastronomy yang diunggah Selasa (26/3/2024), gelapnya Bumi berkaitan dengan gerhana Matahari yang terjadi pada Jumat nanti.
Namun, kegelapan hanya berlangsung beberapa menit saja, tidak sampai berhari-hari.
Dikutip dari kompas.com, perihal ini, seorang astronom amatir Indonesia bernama Marufin Sudibyo mengatakan, narasi bahwa Bumi akan gelap selama tiga hari merupakan hoaks.
Ia menjelaskan bahwa tidak ada mekanisme kelangitan saat ini yang bisa menyebabkan hal tersebut terjadi.
Sabuk foton yang dimaksud warganet dalam unggahan adalah partikel gelombang elektromagnetik yang mengangkut sifat-sifat kuantum, termasuk partikel cahaya sebagaimana yang dilihat manusia sehari-hari.
"Apabila Bumi melintasi sabuk foton, terlepas bahwa konsep sabuk foton itu tak dikenal dalam astronomi, sebaliknya Bumi akan terang benderang," kata Marufin.
"Jadi ketahuan kalo pembuat hoaks ini tidak mengerti konsep fisika modern, khususnya fisika kuantum," tambahnya.
Marufin juga menerangkan, bahwa akan terjadi gerhana Matahari total (GMT) pada Jumat (8/4/2024) berdasarkan waktu universal atau pada Sabtu (9/4/2024) berdasarkan waktu Indonesia.
Sayangnya, gerhana Matahari ini tidak akan melintasi Indonesia dan hanya mencakup benua Amerika bagian tengah dan utara serta secuil benua Eropa (Inggris Raya).
Di Indonesia, gerhana tersebut takkan terlihat karena terjadi lepas tengah malam waktu lokal, tepatnya pukul 00.45-03.52 WIB.
Lebih lanjut, Marufin mengatakan, tidak ada dampak gerhana Matahari total secara langsung.
Namun, ada beberapa dampak gerhana Matahari total secara tidak langsung, seperti pasang-surut air laut.
Gerhana terjadi pada saat konjungsi Bulan-Matahari ketika Bulan seakan bertemu dengan Matahari.
Akibatnya, resultan gaya tidalnya mencapai maksimum sehingga air laut akan mengalami pasang maksimum pula. (*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.