Berita Internasional Terkini
Joe Biden Ketakutan Iran Segera Hancurkan Israel, Warga AS Diminta Tak Keluar dari 3 Kota Utama
Joe Biden ketakutan Iran segera hancurkan Israel, warga Amerika Serikat diminta tak keluar dari 3 kota utama
TRIBUNKALTIM.CO - Situasi di Timur Tengah makin memanas.
Terlebih setelah Iran mengancam akan menyerang kota-kota di Israel.
Ancaman ini dilontarkan Iran untuk membalas serangan Israel di Kedutaan mereka.
Hal ini pun membuat Presiden Amerika Serikat Joe Biden cemas.
Joe Biden meminta semua staf kedutaan besar AS di Israel agar membatasi perjalanan warga AS di negara tersebut.
Baca juga: Warga Palestina Kembali ke Rumah yang Telah Hancur di Khan Younis Setelah Penarikan Pasukan Israel
Warga AS juga diperingatkan agar tidak keluyuran dan bepergian ke luar wilayah Tel Aviv, Yerusalem, dan Be'er Sheva.
Peringatan tersebut dilontarkan Biden pasca Iran mengancam akan melakukan serangan balasan ke Israel dalam waktu 24-48 jam ke depan.
"Pegawai pemerintah AS dan anggota keluarga mereka dilarang melakukan perjalanan pribadi ke luar wilayah Tel Aviv (termasuk Herzliya, Netanya, dan Even Yehuda), Yerusalem, dan Be’er Sheva sampai ada pemberitahuan lebih lanjut,” bunyi pernyataan Kedubes AS untuk Israel, dikutip dari Anadolu.
Konflik antara Israel dengan Iran pertama kali pecah pekan lalu setelah jet tempur F-35 Israel melancarkan serangan udara ke Konsulat Iran di Damaskus dan menewaskan pemimpin Garda Revolusi, Mohammad Reza Zahedi, serta 7 anggota IRGC.
Serangan mematikan ini membuat Iran murka dan berjanji akan melakukan serangan balas dendam kepada Israel yang berani menargetkan pemimpin Garda Revolusi Iran dalam serangan udaranya.
Khawatir konflik ini dapat membahayakan nyawa warga Amerika yang ada di Israel, memaksa Biden untuk mengeluarkan peringatan agar warganya menahan diri tidak bepergian ke luar wilayah Tel Aviv kecuali dalam keadaan yang sangat mendesak.
“Kami terus membuat penilaian mengenai situasi di lapangan.
Namun yang jelas kami memantau situasi ancaman di Timur Tengah, khususnya Israel,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) AS Matthew Miller.
Sebelum AS mengeluarkan peringatan ke warga AS di Israel, Presiden Rusia Vladimir Putin telah lebih dulu memperingatkan warga Rusia agar tidak bepergian ke sejumlah wilayah di Timur Tengah seperti Israel, Palestina, dan Lebanon.
Dalam laporannya Putin menjelaskan situasi di zona konflik Palestina-Israel, serta di kawasan Garis Biru antara Lebanon dan Israel masih belum stabil.
Alasan tersebut yang membuat Putin meminta masyarakatnya agar tidak bepergian ke wilayah yang ditetapkan sebagai zona berbahaya.
“Situasi tegang di kawasan Timur Tengah masih terus berlanjut.
Situasi di zona konflik Palestina-Israel, serta di kawasan Garis Biru antara Lebanon dan Israel masih belum stabil.
Kami sangat menyarankan agar warga Rusia menahan diri untuk tidak bepergian,” ujar Putin.
Baca juga: PM Israel Benjamin Netanyahu Akan Melarang Al Jazeera untuk Perlihatkan Kebrutalan Kondisi di Gaza
Israel Tarik Pasukan
Israel telah menarik pasukannya dari Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza setelah melakukan operasi selama dua minggu terakhir.
Melansir laman Al Jazeera, para saksi mata mengatakan ratusan mayat ditemukan di dalam Kompleks Medis al-Shifa dan di jalan-jalan di sekitarnya.
Militer Israel mengkonfirmasi penarikan mundur mendadak pada hari Senin (1/4/2024), dengan mengatakan bahwa mereka telah menyelesaikan kegiatan operasional di area rumah sakit.
Selain itu mereka juga mengklaim telah membunuh dan menangkap banyak pejuang Hamas.
Para saksi mata melaporkan banyaknya korban jiwa dan kehancuran di kompleks medis tersebut, tempat sejumlah besar warga Palestina yang terlantar bernaung.
"Pasukan telah menyelesaikan kegiatan operasional yang tepat di area Rumah Sakit Al-Shifa dan keluar dari area tersebut," kata militer Israel.
Tentara melancarkan serangan ke rumah sakit terbesar di Gaza, di Kota Gaza Utara, pada 18 Maret 2024.
Mereka mengatakan bahwa mereka menargetkan para pejuang Hamas yang menggunakan kompleks tersebut sebagai basis.
Pasukan Israel telah membuat klaim serupa selama perang yang meletus pada bulan Oktober lalu ketika mereka mengepung beberapa rumah sakit di Gaza.
Hamas membantah beroperasi dari Al-Shifa atau fasilitas kesehatan lainnya.
Al-Shifa, yang mengalami pengepungan sebelumnya pada bulan November, sekarang tampak sebagian besar hancur.
Orang-orang berusaha menyelamatkan apa yang mereka bisa, lapor Ismail al-Ghoul dari Al Jazeera dari Al-Shifa.
Tercatat bahwa rumah sakit tersebut berfungsi sebagai tempat penampungan bagi para pengungsi, serta menjadi tempat tinggal bagi banyak staf dan pasien.
Baca juga: Tentara Israel Menarik Diri dari Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza, Tidak Ada Kehidupan Di Sini
"Tidak ada kehidupan di sini. Kompleks ini hancur dan tidak dapat dihidupkan kembali," lapornya.
"Bangunan di semua departemen telah terbakar, dan struktur kompleks telah rusak dari dalam," lanjut al-Ghoul.
"Dari apa yang kami lihat, tampaknya pasukan penjajah sengaja menargetkan sektor kesehatan dan menghancurkan kompleks medis terbesar di Kota Gaza."
Militer Israel menggambarkan serangan tersebut sebagai salah satu operasi paling sukses dalam perangnya di Gaza, yang kini telah berlangsung selama hampir enam bulan.
Mereka mengklaim telah menewaskan banyak pejuang Hamas, termasuk para petinggi.
Seorang juru bicara mengatakan bahwa sekitar 900 orang yang dicurigai sebagai "militan" telah ditangkap, dan senjata, informasi intelijen yang berharga, serta lebih dari $3 juta dalam berbagai mata uang, telah disita.
Pihak militer juga bersikeras bahwa penyerbuan ke rumah sakit tersebut dilakukan "untuk mencegah bahaya bagi warga sipil, pasien, dan tim medis".
Sumber-sumber medis mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ratusan mayat ditemukan di dalam kompleks dan di jalan-jalan di sekitarnya.
Rekaman video yang beredar di dunia maya menunjukkan bangunan-bangunan yang rusak parah dan hangus, gundukan tanah yang diaduk oleh buldoser, dan para pasien yang ditandu di koridor-koridor yang gelap.
Pada hari Minggu, kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa 21 pasien telah meninggal sejak Israel memulai pengepungannya.
Selama serangan Israel sebelumnya pada bulan November, militer Israel menuduh bahwa Hamas memiliki pusat komando dan kontrol yang rumit di dalam dan di bawah al-Shifa, dengan menunjukkan video beberapa terowongan dan ruangan.
Hamas telah menepis klaim Israel, menyebutnya sebagai "kebohongan dan propaganda murahan".
Baca juga: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu Memberikan Sinyal Hijau untuk Operasi Militer di Rafah
Perang dimulai pada 7 Oktober setelah serangan Hamas ke Israel, yang menewaskan sekitar 1.100 orang dan membuat kelompok bersenjata itu menawan hampir 250 orang.
Israel merespons dengan serangan udara, darat, dan laut yang telah menewaskan lebih dari 32.000 warga Palestina.
Hal ini membuat sebagian besar penduduk wilayah itu mengungsi, dan mendorong sepertiga penduduknya ke ambang kelaparan. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Iran Siap Balas Dendam ke Israel, Kota Tel Aviv Mencekam, AS Minta Warganya Tak Keluyuran
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Israel Makin Lancang, Negara-negara Teluk Diminta Lawan Berbarengan, Jangan Omong Doang |
![]() |
---|
Sosok Pembunuh Zetro Leonardo Purba di Peru dan Dugaan Motif |
![]() |
---|
Penjelasan BMKG Soal Gerhana Matahari Sebagian 21 September 2025, Apakah Terlihat di Indonesia? |
![]() |
---|
142 Negara Setuju Palestina Merdeka, 10 yang Menolak, Ada AS hingga Papua Nugini |
![]() |
---|
Sosok Charlie Kirk yang Tewas Ditembak Tyler Robinson dan Hubungannya dengan Donald Trump |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.