Berita Samarinda Terkini
4 Solusi Mengatasi Kemacetan Lalu-lintas di Samarinda Kaltim
Ibukota Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda, mengalami persoalan kemacetan lalu-lintas. Kondisi kemacetan lalu-lintas di Kota Samarinda.
Penulis: Ilo | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Ibukota Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda, mengalami persoalan kemacetan lalu-lintas. Kondisi kemacetan lalu-lintas di Kota Samarinda dinilai semakin parah.
Sebagai jalan keluarnya, Masyarakat Transportasi Indonesia memberikan kunci solusi mengatasi kemacetan lalu-lintas di Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Demikian dibeberkan oleh Tiopan Henry Manto Gultom, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia kepada TribunKaltim.co pada Selasa (24/4/2024).
Tiopan menawarkan beberapa solusi untuk mengatasi kemacetan lalu-lintas di Kota Samarinda.
Baca juga: 2 Faktor Penyebab Kemacetan Lalu-lintas di Samarinda Kaltim
Pertama, menurutnya Pemkot Samarinda perlu melakukan kajian ulang terhadap pola gerak lalu-lintas.
Termasuk pengaturan satu arah, dua arah, dan parkir di jam-jam tertentu.

Kedua, perlu dikaji dan diterapkan juga konsep KPBU (Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha) atau PPP (Public Private Partnership).
"Yaitu kerja sama pemerintah dan badan usaha untuk penyediaan kantong-kantong parkir di gedung, bangunan, atau taman parkir yang dikelola swasta," kata Tiopan.
Baca juga: Kapolsek Sungai Pinang Samarinda Ingatkan untuk Cegah Kemacetan dan Kecelakaan Lalulintas
Ketiga, perlu ada penekankan kajian terkait pengadaan angkutan umum di Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Menurutnya, perlu dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan dan kemudahan akses bagi masyarakat di Kota Samarinda.
Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan sistem tarif terintegrasi dan subsidi dari pemerintah.
"Tapi itu tidak mudah. Karena perspektif masyarakat sekarang itu menggunakan angkutan umum tidak bisa mengukur waktu karena menunggu lama," ungkap Tiopan.
Baca juga: Dishub Uji Coba Dua Jalur di Kawasan SCP Samarinda, Mencegah Kemacetan yang Sering Terjadi
Kemudian tidak nyaman bahkan tarifnya lebih mahal. Dibanding dengan kendaraan pribadi, itu malah tantangan.
"Tapi ada juga pasti orang yang mau. Kita harus optimis kalau mau mengarahkan orang naik angkutan umum. Itu perlu kajian juga," katanya.

Keempat, perlu dilakukan edukasi dan penegakan aturan lalu-lintas yang lebih tegas, terutama bagi pengendara berusia muda.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.