Ibu Kota Negara

IKN di Kaltim Dinilai Mengancam Kehidupan Satwa Liar, 'Sekarang Bagaimana Mengurangi Dampaknya'

Pro kontra hingga saat ini masih mewarnai pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur (Kaltim).

KOMPAS.com/HILDA B ALEXANDER
Ilustrasi. Pembangunan Jalan Sumbu Kebangsaan Sisi Timur Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, berlanjut ke Tahap II. Pembangunan IKN di Kaltim, dinilai sejumlah pihak bakal mengancam kehidupan satwa liar. 

Pada 2016, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo memamerkan awetan harimau dan macan dalam televisi.

Ada pun yang sempat ramai diperbincangkan pada 2022, Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) yang menggunakan kulit harimau sebagai taplak meja.

Baca juga: Sisi Gelap IKN di Kaltim, Pengamat: Warga Sekitar Ibarat Penonton Miskin Saksikan Kemegahan IKN

Hal ini menunjukkan dapat dengan mudahnya para pejabat mendapatkan akses pembelian hasil perburuan satwa liar.

"Itu baru di Jakarta. Bagaimana kalau di sana (Kalimantan)?" tutur Rheza.

"Jangan sampai ada interaksi dengan satwa. Jadi enggak bisa kita mindset-nya seperti di Jakarta yang enggak ada satwa liar".

Belum lagi konsep kota yang berdekatan dengan hutan memungkinkan interkasi penduduk kota baru dengan satwa liar.

Baca juga: Sisi Gelap IKN di Kaltim, Pengamat: Warga Sekitar Ibarat Penonton Miskin Saksikan Kemegahan IKN

"Siapa tahu ada yang hobinya berburu? Itu kan berarti orang masuk [ke habitat satwa]."

Konsep forest city yang harus diawasi

Pemerintah mengusung IKN dengan konsep forest city--kota berbasis hutan.

Konsep ini sebenarnya sudah dikembangkan oleh pihak swasta di tempat lain, seperti Bumi Serpong Damai (BSD) di Banten.

Baca juga: Sisi Gelap IKN di Kaltim, Pengamat: Warga Sekitar Ibarat Penonton Miskin Saksikan Kemegahan IKN

Tidak tanggung-tanggung, pemerintah akan merancang kota yang dilengkapi dengan transportasi umum ramah lingkungan dan teknologi industri dari energi terbarukan.

Dengan demikian, diharapkan ibu kota Indonesia yang baru itu bisa menjaga kelestarian lingkungan.

Namun, Rheza berpendapat rencana perkotaan forest city harus diawasi.

Walau terkesan ramah lingkungan, dampak pembangunan kota dan aktivitas manusia bisa meluas ke tempat satwa liar bernaung.

Baca juga: Sisi Lain IKN Nusantara di Kaltim, Suasana Desa Sekitar Makin Ramai, Ada Indomaret hingga Homestay

"Jangan sampai jadi bumerang. Banyak pemikiran konservasi yang keliru, justru jadi eksploitasi. Ini yang harus digembok benar-benar nih kalau memang niatnya sustainable city--forest city, Semuanya sampai ke konservasi juga sustainable," jelasnya.

Pembangunan harus memperhitungkan satwa liar yang sudah sejak lama tinggal di hutan, sekalipun kawasan tersebut adalah hutan industri.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved