Berita Nasional Terkini

Update Korban Banjir Bandang di Sumatera Barat, Meninggal 58 Orang, Hilang 35, 1.543 KK Mengungsi

Update korban banjir bandang di Sumatera Barat (Sumbar), meninggal 58 orang, hilang 35 orang, dan 1.543 KK mengungsi.

TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY
Sejumlah rumah di Nagari Bukik Batabuah, Kabupaten Agam Sumatera Barat hancur, Senin (13/5/2024). Kawasan ini menjadi salah satu titik bencana terparah karena lahar dingin yang terjadi Sabtu (11/5/2024) lalu. Update korban banjir bandang di Sumatera Barat (Sumbar), meninggal 58 orang, hilang 35 orang, dan 1.543 KK mengungsi. 

"Ndak usah khawatir untuk kebutuhan makan, dan kebutuhan yang lain," ucapnya ketika mengunjungi lokasi pengungsian di Tanah Datar, Sumbar, Rabu pagi, dikutip dari kanal YouTube Kompas TV.

Pemerintah, lanjut Mahyeldi, Pemerintah akan berupaya membantu kebutuhan yang diperlukan pengungsi.

"Kami pemerintah, kabupaten, camat, tanggung jawab untuk menjamin kebutuhan (pengungsi)" katanya.

Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi Ansharullah, ketika mengunjungi lokasi pengungsian di Tanah Datar, Sumbar, Rabu pagi, dikutip dari kanal YouTube Kompas TV.
Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi Ansharullah, ketika mengunjungi lokasi pengungsian di Tanah Datar, Sumbar, Rabu pagi, dikutip dari kanal YouTube Kompas TV. (Tangkap layar kanal YouTube Kompas TV)

Sebelumnya, BNPB mencatat, korban jiwa yang meninggal dunia akibat bencana banjir bandang di Sumbar mencapai 50 orang, Selasa (14/5/2024).

Diketahui, banjir bandang dan tanah longsor melanda sejumlah wilayah Sumatera Barat pada Sabtu (11/5/2024) dan Minggu (12/5/2024).

Bencana ini dipicu oleh hujan lebat dan meluapnya aliran sungai yang sebagian besar berhulu di Gunung Marapi.

Banjir diperparah dengan terbawanya material vulkanik dari Gunung Marapi melalui sungai karena hujan lebat di sekitar puncak.

Adapun lima kabupaten/kota di Sumatera Barat yang terdampak banjir lahar, yakni Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang.

Sementara itu, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan banjir lahar hujan yang terjadi di Agam dan Tanah Datar tak hanya disebabkan erupsi Marapi, namun juga dipicu gempa-gempa kecil selama sebulan terakhir.

"Kami menganalisis, penyebab tidak hanya dampak erupsi Marapi, tetapi juga pengaruh getaran gempa," kata Dwikorita, Minggu (12/5/2024) malam.

Baca juga: Doa Saat Hujan Turun Agar Menjadi Berkah dan Tidak Mengakibatkan Bencana

BMKG mencatat, selama satu bulan terakhir sudah terjadi 35 kali gempa bumi dengan magnitudo M,3 atau kurang.

"Penyebab tidak hanya erupsi, tapi juga pengaruh getaran gempa, karena BMKG juga mendeteksi selama satu bulan terakhir sebelum kejadian bencana ini terjadi terjadi gempa-gempa kecil magnitudo sekitar M 3,0," lanjut Dwikorita.

Adapun menurutnya, gempa-gempa kecil itu bisa meretakkan batuan dan menimbulkan runtuhan batuan atau tanah.

Reruntuhan batuan atau tanah itu terakumulasi dan dibawa air dari puncak Gunung Marapi.

Sementara, menurut Kepala BMKG, banjir bandang atau galodo terjadi karena akumulasi air selama hujan yang tertahan di hulu sungai bagian atas.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved