Berita Samarinda Terkini

Inilah Akar Masalah Menjamurnya Pom Mini di Samarinda Menurut Pengamat

Inilah akar masalah menjamurnya pom mini di Samarinda menurut pengamat ekonomi Universitas Mulawarman, Purwadi Purwoharsojo.

|
Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Diah Anggraeni
TribunKaltim.co/Sintya Alfatika Sari
Pengamat ekonomi Universitas Mulawarman, Purwadi Purwoharsojo, menjelaskan akar masalah maemjamurnya pom mini atau Pertamini di Samarinda. 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Permasalahan Pertamini di Samarinda tak kunjung usai.

Hal itu pun terus memicu sorotan dari berbagai pihak.

Salah satunya dari pengamat ekonomi Universitas Mulawarman (Unmul), Purwadi Purwoharsojo.

Ia mengatakan, akar masalah Pertamini sebenarnya terletak pada produsen mesin.

Baca juga: Siapa Agus Tri Sutanto? Birokrat yang Kepincut Jadi Cawawali Andi Harun di Pilkada Samarinda 2024

Mesin-mesin Pertamini masih menjamur, sehingga sangat mudah ditemui di hampir seluruh ruas jalan di Kota Tepian.

Padahal tak sedikit kerugian yang ditimbulkan akibat meledaknya mesin-mesin Pertamini atau pom mini tersebut.

Bahkan, beberapa nyawa melayang lantaran menjadi korban dari peristiwa ini.

"Pertamini ini bagaikan penyakit yang semakin merebak. Penyakit Ini harus diurai, dimulai dari kiranya yang menjual alat itu. Siapa sebenarnya yang memulai ide bisnis setengah-setengah ilegal tersebut, karena tidak mungkin jatuh dari langit," ungkapnya pada TribunKaltim.co.

Bak penyakit, menurut Purwadi, salah satu akar masalah dari penyakit tersebut tidak bisa sembuh jika hanya mengobati gejalanya.

Dalam artian, tidak cukup jika hanya melakukan penertiban saja.

Baca juga: Kapolresta Samarinda Cek Terminal di Kampung Baqa Samarinda Seberang

Pasalnya, menurut kacamata akademisi Samarinda ini, mesin-mesin Pertamini sangat mudah diperjual-belikan yang mana hal ini menjadi pemyebab utama maraknya Pertamini ilegal.

Padahal, mesin-mesin Pertamini tersebut tak menjamin telah mempertimbangkan faktor ekologi hingga analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

"Penjual mesin itu membaca peluang bisnis, berapa ribu yang mengambil dan berapa keuntungan dari bisnis itu? Di belakang itu ada pemodal yang tidak mau ketinggalan dengan keuntungan," tuturnya.

Purwadi pun mengingatkan para produsen mesin Pertamini untuk tidak hanya mengejar keuntungan semata, tetapi juga memperhatikan dampak lingkungan dan masyarakat sekitar.

"Kalau penyakitnya (produsen mesin) tidak ketemu tidak akan kelar semua ini,"  pungkasnya. (*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved