Idul Adha 2024

10 Teks Khutbah Idul Adha 2024 yang Mengharukan/Inspiratif soal Berkurban dan Berbagi ke Sesama

Simak contoh teks khutbah Idul Adha 2024 yang bisa jadi referensi, mengharukan dan inspiratif.

Freepik
IDUL ADHA 2024 - Berikut contoh teks khutbah Idul Adha 2024 yang mengharukan dan inspiratif soal berkurban dan pentingnya berbagi ke sesama. 

Dalam Islam ditanamkan doktrin untuk menghormati hewan.

Pasalnya, ada adab yang harus dijaga dan diamalkan.

Saat kita mengikuti ibadah kurban, kita harus memahami bahwa hewan kurban tersebut adalah makhluk ciptaan Allah yang juga memiliki hak-haknya.

Islam mengajarkan bahwa hewan harus diperlakukan dengan baik dan disembelih dengan cara yang humanis.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam tataran ini, melalui ibadah kurban, manusia belajar untuk memahami rasa sakit dan penderitaan makhluk lain, sehingga dapat merasakan kebutuhan dan kepedulian terhadap mereka.

Ini mengembangkan sifat empati dalam diri kita dan mendorong kita untuk berperilaku dengan bijaksana terhadap lingkungan dan makhluk di sekitar kita.

Simak hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang bersumber dari Abu Ya’la, Rasulullah bersabda;

إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدَكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan atas segala sesuatu. Apabila kalian membunuh, maka bunuhlah dengan baik. Apabila kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan baik dan hendaklah salah seorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah hewan yang akan disembelih.”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Terakhir, ibadah kurban memiliki dimensi spiritual yang mendalam.

Selain tujuan sosial dan humanisnya, ibadah kurban juga bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan ketakwaan.

Ia mengingatkan kita tentang kewajiban kita untuk memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki sebagai ungkapan syukur atas nikmat-nikmat Allah yang melimpah.

Dalam kurban, kita mengorbankan sesuatu yang berharga bagi kita sebagai bentuk pengabdian dan ketaatan kita pada Allah.

Dengan melakukan ibadah kurban dengan niat yang tulus dan ikhlas, kita memperoleh pahala dan mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Saw dalam sabda;

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ، إِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا، وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنَ الأَرْضِ، فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Artinya: "Tidak ada amalan yang dilakukan oleh manusia pada hari Nahr yang lebih dicintai oleh Allah selain daripada mengucurkan darah (hewan kurban). Sesungguhnya, ia (hewan kurban) akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, bulu, dan kukunya."

Baca juga: 3 Teks Khutbah Idul Adha 2024 yang Singkat dan Menyentuh Hati Tentang Keutamaan Kurban

Contoh 3

Perayaan Idul Adha selalu menjadi momen spesial bagi umat Islam sedunia. Setidaknya ada dua hal pokok yang selalu menonjol dalam momen tersebut; pertama, ibadah haji.

Jutaan Mulim dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Tanah Suci untuk memenuhi rukun Islam yang kelima.

Kedua, pelaksanaan kurban atau penyembelihan sejumlah binatang ternak. Kesempatan ini sebagai bentuk solidaritas pelaksana kurban kepada kaum fakir, miskin, kerabat, dan tetangga sekitar dengan berbagi daging sesembelihan.

Kedua pelaksanaan ibadah tersebut tak bisa dilepaskan dari sejarah dan ajaran Nabi Ibrahim dan keluarganya. Meski tiap tahun Idul Adha dirayakan, sepertinya hanya sebagian kecil saja dari kita meneladani Nabi Ibrahim dalam kehidupan sehari-hari.

Kita seperti selalu baru ingat keteladanan tersebut menjelang Idul Adha. Sehingga ajarannya pun dilaksanakan hanya tiap tahun. Padahal, esensi ajaran beliau, terutama soal berkurban, memiliki makna yang luas dan bisa diterapkan dalam jangka waktu tak terbatas.

Seperti sering diceramahkan di panggung-panggung dakwah dan mimbar-mimbar khutbah, peristiwa hari raya kurban merujuk pada kisah diperintahkannya Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra semata wayangnya, Ismail.

Bisa dibayangkan seandainya Nabi Ibrahim seperti ayah-ayah kebanyakan di dunia ini, betapa pedih dan teririsnya hati beliau saat hendak menggorok sang buah hati yang sekian lama ia damba-dambakan.

Bagi Ibrahim, Ismail tentu adalah anugerah paling mahal. Lebih dari sekadar menghapus dugaan kemandulan istri beliau selama ini, melainkan sang putra adalah pribadi yang cerdas, sabar juga bijaksana.

Ada masa depan gemilang dari dalam diri Ismail ‘alaihis salâm. Tapi, Nabi Ibrahim bukan seperti ayah-ayah kebanyakan. Kecintaannya kepada Allah subhânahu wata‘âlâ yang memuncak mengalahkan segalanya.

Melalui musyawarah dan persetujuan (tanpa paksaan) putranya itu, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah penyembelihan itu, meskipun pada akhirnya ritual itu batal ditunaikan atas kehendak Allah.

Larangan Allah terhadap penyembelihan darah manusia (Ismail) oleh Nabi Ibrahim membuktikan bahwa perintah yang didapat dari mimpin tersebut sebatas ujian dan bahwa ritual pengorbanan nyawa manusia—sebagaimana tradisi biadab sejumlah kaum terhadulu—adalah hal yang dikecam keras.

Nabi Ibrahim lulus dari ujian super berat, dan objek penyembelihan pun digantikan dengan domba yang besar.

Ada pesan menarik dalam kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya ini. Cerita tersebut menunjukkan bahwa tak ada harta paling sejati dan paling mahal disbanding ketundukan secara total kepada Allah subhâahu wata‘âlâ.

Nabi Ibrahim mampu meruntuhkan seluruh cara pandang hidup yang mengatakan kekayaan duniawi, termasuk anak, adalah hal yang paling utama. Dalam Al-Qur’an sendiri dikatakan:

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS at-Taghabun: 15)

Kurban berasal dari bahasa Arab qurbân yang artinya “pendekatan diri”. Maksudnya adalah mendekatkan diri kepada Allah.

Dalam ajaran formal Islam, kurban dilaksanakan tiap tahun dengan menyembelih sejumlah hewan ternak tertentu.

Oleh karenanya, kurban berhubungan erat dengan korban (pakai ‘o') dalam bahasa Indonesia. Sebab, seorang pelaksana kurban tengah mengorbankan sebagian hartanya berupa hewan ternak untuk dibagikan kepada sesama.

Nabi Ibrahim yang menjadi teladan dalam ritual tahunan tersebut mengajarkan bahwa seorang hamba janganlah tertipu daya dengan kekayaan yang sifatnya sesaat saja.

Ada kehidupan yang lebih hakiki dan perlu diperjuangkan ketimbang kehidupan dunia yang fana. Karena itu, mengorbankan sebagian harta lillâhi ta‘âlâ tidak akan ada ruginya. Sikap semacam inilah yang ditunjukkan Nabi Ibrahim, yang juga diikuti putranya, Ismail, yang begitu patuh dan saleh.

Dengan bahasa lain, pengorbanan adalah bentuk cara pandang manusia yang jauh ke depan menuju kehidupan bahagia di akhirat kelak secara abadi.

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah bermain-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS Al-An'am: 32)

Kita yang sering mengaku meneladani Nabi Ibrahim dengan berkurban, sudahkah sebanding dengan pengorbanan beliau? Sebandingkah dengan semangat pengorbanan Ismail yang masih bocah? Sebandingkah dengan semangat pengorbanan istri beliau, Siti Hajar?

Untuk membeli hewan kurban saja, kita kadang masih bersiasat untuk mendapatkan harga paling murah, jika perlu membelinya jauh pada bulan-bulan sebelumnya. Kita masih memilih uang paling kecil ketika kotak amal lewat di hadapan kita.

Kita juga, misalnya, sering tak sudi berkorban sedikit tempat saat menaiki kendaaan umum, berkorban sedikit tenaga untuk membantu mereka yang membutuhkan. Di manakah semangat kurban yang mewujud dalam kehidupan sehari-hari?

Kadang pula, karena kita mendapat sedikit pengetahuan agama, kita tak mau berkorban mendengarkan pendapat kelompok lain. Karena dianugerahi sedikit kedudukan, kita ogah mendengarkan unek-unek dan aspirasi orang lain.

Berkurban adalah tentang melawan kecenderungan materialisme untuk senantiasa mendekatkan diri dan bertakwa kepada Allah, serta meraih kebahagiaan yang lebih hakiki.

Semoga al-faqir dan jamaah sekalian dapat menghayati dan menerjemahkan pesan kurban dalam kehidupan sehari-hari secara maksimal. Wallahu a’lam bish-shawâb.

Contoh 4

Judul: "Bertauhid, Berkurban dan Ibadah Haji"

اللهُ اَكْبَرْ (٣×) اللهُاَكْبَرْ (٣×) اللهُ اَكبَرْ (٣×) اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ اللهُ اَكْبَرْ ماتحرك متحرك وارتـج. ولبى محرم وعـج. وقصد الحرم من كل فـج. وأقيمت فى هذا الأيام مناسك الحج. اللهُ اَكْبَرْ (x٣) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ ومن تبع دين محمد. وسلم تسليما كثيرا. فياايها المسلمون الكرام. اوصيكم ونفسى بتقوى الله. واعلموا أن هذا الشهر شهر عظيم. وأن هذاليوم يوم عيد المؤمين. يوم خليل الله إبراهيم أبو ألانبياء والمرسلين. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin Jama'ah Idul Adha as’adakumullah,

Alhamdulillah pagi ini kita dapat berkumpul menikmati indahnya matahari, sejuknya hawa pagi sembari mengumandangkan takbir mengagungkan Ilahi Rabbi dirangkai dengan dua raka'at Idul Adha sebagai upaya mendekatkan diri kepada Yang Maha Suci.

Baca juga: Kumpulan Ucapan Idul Adha Terbaru 2023 yang Menyentuh Hati, Cocok Jadi Caption Instagram

Marilah kita bersama-sama meningkatkan takwa kita kepada Allah swt dengan sepenuh hati. Kita niatkan hari ini sebagai langkah awal memulai perjalanan diri mengarungi kehidupan seperti yang tercermin dalam keta'atan dan ketabahan Nabi Allah Ibrahim as menjalani cobaan dari Allah Yang Maha Tinggi.

Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan Allah,

Hari ini adalah hari yang penuh berkah, hari yang sangat bersejarah bagi umat beragama di seluruh penjuru dunia, dan bagi umat muslim pada khususnya.

Karena hari ini merupakan hari kemenangan seorang Nabi penemu konsep ketuhidan dalam berketuhanan. Sebuah penemuan maha penting di jagad raya, tak tertandingi nilainya dibandingkan dengan penemuan para saintis dan ilmuwan.

Karena berkat konsep ketauhidan yang ditemukan Nabi Allah Ibrahim, manusia dapat menguasai alam dengan menjadi khalifah 'fil ardh.

Setelah Nabi Allah Ibrahim as menyadari bahwa Allah swt adalah The Absolute One, Dzat yang paling Esa, maka semenjak itu juga umat manusia tidak dibenarkan menyembah matahari, menyembah bintang, menyembah binatang, menyembah batu dan alam.

Ini artinya manusia telah memosisikan dirinya di atas alam. Ajaran keesaan yang diprakarsai oleh Nabi Allah Ibrahim telah mengangkat derajat manusia atas alam se-isinya.

Ma'asyiral Muslimin as’adakumullah,

Sesungguhnya tidak berlebihan jika hari ini kita jadikan sebagai salah satu hari besar kemanusiaan internasional yang harus diperingati oleh manusia se-jagad raya.

Oleh karena itu hari ini adalah momen yang tepat untuk mengenang perjuangan Nabi Allah Ibrahim as dan upayanya menemukan Allah swt.

Bagaimana beliau bersusah payah melatih alam kebatinannya untuk mengenal Tuhan Allah Yang Paling Berkuasa.

Bukankah itu hal yang amat sangat rumit? Apalagi jika kita membandingkan posisi manusia sebagai makhluk yang hidup dalam dunia kebendaan, sedangkan Allah Tuhan Yang Maha Sirr berada ditempat yang tidak dapat dicapai dengan indera? Bagaimana Nabi Allah Ibrahim bisa menemukan-Nya? Tentunya melalui berbagai jalan thariqah yang panjang.

Melalui latihan dan penempaan jiwa yang berat. Untuk itulah mari kita lihat rekaman tersebut dalam surat Al-An'am ayat 75-79

وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ(75) فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ (76)فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (77)فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ(78) إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (79)

Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.(75)

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam" (76)

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat." (77)

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (78)

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (79)

Para hadirin yang dimuliakan Allah,

Jika kita lihat dokumen sejarah yang termaktub dalam al-Qur'an di atas, hal ini menunjukkan betapa proses pencarian yang dilakukan Nabi Allah Ibrahim as sangatlah berat.

Meskipun pada akhirnya Nabi Ibrahim berhasil menemukan Tuhan Allah Rabbil Alamin, bukan tuhan suku dan bangsa tertentu, tapi Tuhan seru sekalian alam.

Tuhan yang senantiasa berada sangat dekat dengan manusia baik ketika terpejam maupun ketika terjaga.

Itulah sejarah terbesar yang dipahatkan oleh Nabi Allah Ibrahim di sepanjang relief kehidupan umat manusia yang seharusnya selalu dikenang oleh umat beragama.

Selain sebagai orang yang menemukan konsep Ketuhaan. Beliau juga salah satu hamba tersukses di dunia yang mampu menaklukkan nafsu dunyawi demi memenangkan kecintaannya kepada Allah Sang Maha Suci.

Fragmen ketaatan dan keikhlasannya untuk menyembelih Ismail sebagai anak tercinta yang diidam-idamkannya, adalah bukti kepasrahan total kepada Allah swt.

Bayangkan saudara-saudara, Ismail adalah anak yang telah lama dinanti dan diidamkan, Ismail adalah anak tercintanya namun demikian semua itu ditundukkan oleh Nabi Ibrahim as demi memenangkan cintanya kepada Allah swt.

Ma'asyiral Muslimin as’adakumullah,

Dua hal di atas yaitu penemuan Ibrahim atas keesaan Allah dan perintah penyembelihan terhadap anak tercinta merupakan satu perlambang bahwa ruang di mana Nabi Allah Ibrahim as. hidup adalah garis batas yang memisahkan antara kehidupan brutal dan kehidupan berpri-kemanusiaan.

Penyembelihan terhadap Ismail yang kemudian diganti dengan kambing merupakan tanda bahwa semenjak itu tidak ada lagi proses penyembahan dengan cara pengorbanan manusia (sesajen).

Karena manusia adalah makhluk mulia yang tak pantas dikorbankan secara cuma-cuma, meskipun dilakukan dengan suka rela. Allah swt sendiri yang tidak memperbolehkannya, dengan Kuasa-Nya ia ganti Ismail dengan seekor kambing.

Baca juga: Frame Twibbon Idul Adha 2023, Desain Simple untuk Foto Profil Media Sosial

Itulah beberapa hal yang harus dikenang dari Nabi Allah Ibrahim as. Sebagai umat manusia yang beriman dan beragama sudah sewajibnya kita mengenang dan meneladani apa yang dilakukannya.

Oleh karenanya di setiap tahun pada tanggal 10 Dzulhijjah seorang muslim dianjurkan untuk berkorban, mengorbankan sedikit kekayaannya guna membuktikan cinta kepada Allah swt.

Bukti cinta itu harus kita berikan dengan seksama dengan hati yang tulus, semata-mata karena-Nya. Bukankah korban yang kita berikan hanyalah sebagian dari rizqi-Nya yang dititipkan kita? bukankah yang kita korbankan hanyalah harta (kambing/sapi) bukan anak kita, sebagaimana kisah Nabi Ibrahim? Sungguh berkurban adalah suatu tindakan yang layak dilakukan seoerang hamba sebagai rasa ssyukur atas karunia-Nya selama ini, sebagai bukti ketundukan dan penghambaan kepada-Nya.

Demikian pentingnya berkorban hingga Rasulullah saw berabda, sebagaimana terdapat dalam kitab Durratun Nasihin:

خِيَارُ اُمتِى يُضَحونَ وَشِرَارُ اُمتِى لاَ يُضَحونَ

"Sebaik-baik umatku adalah mereka yang berkurban, dan sejelek-jelek umatku adalah mereka yang tidak mau berkurban."

Artinya jikalau seorang muslim memiliki rizqi yang berlimpah dan sudah ada kelebihan untuk keperluan sehari-hari pada tanggal 10 Dzulhijjah, maka dianjurkan atas mereka untuk berkurban.

Anjuran ini bukanlah anjuran biasa, tetapi anjuran yang amat-sangat, sehingga mendekati pada anjuran wajib. Demikian itu terbsersit dalam hadits Rasulullah saw yang terkenal:

و عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

Barang siapa yang memiliki kelonggaran (rezeki) dan tidak berkurban, maka janganlah mendekati majidku. Seperti itulah anacaman bagi mereka yang mampu berkorban tetapi tidak mau mengeluarkan hartanya untuk berkorban.

Akan tetapi sebaliknya, jika seseorang telah berniat untuk berkurban maka semenjak ia melangkahkan kaki seperlu membeli hewan kurban Allah telah menyediakan pahala berlipat ganda. Sebagaimana keterangan Sayyidina Ali Karramallahu wajahah:

"Barang siapa hendak berkurban, maka setiap langkah menuju tempat pembelian kurban akan diimbali dengan sepuluh kebaikan, dihapus sepuluh kesalahan dan diangkat derajatnya sepuluh tingkatan. Dan ketika berbicara tawar-menawar maka omongannya dianggap sebagai tasbih. Dan ketika membayar setiap satu dirham (satu rupiah) imbalannya sama dengan tujuh ratus kebaikan. Dan beberapa saat ketika hewan itu telah dirobohkan hendak disembelih, semua makhluk yang berada ditempat penyembelihan hingga langit ketujuh memintakan pengampunan untuknya. Dan ketika darah telah mengalir dari hewan kurban, setiap tetesnya akan menjelma sepuluh malaikat yang memohonkan ampunan kepadanya hingga hari akhir. Dan ketika daging itu dibagi-bagikan, maka setiap satu suap daging yang dimakan orang, setimpal dengan memerdekakan satu budak dari keturunan Nabi Islamail"

Hal ini haruslah diyakini dengan benar oleh kita semua, agar menjadi semangat bagi yang belum berkorban dan menjadi pahala nyata bagi mereka yang telah berkurban.

Sehubungan dengan kurban, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Yang selama ini mungkin banyak disalah pahami.

Pertama, Apapun alasannya tidak dibenarkan menjual bagian dari kurban entah itu kulit, kepala, ataupun tanduk hewan kurban.

Walaupun dengan tujuan membiayai proses pemotongan, sungguh itu tidak dibenarkan. Karena semua yang terdapat dalam hewan kurban adalah milik Allah swt, semua yag terdapat dalam hewan kurban adalah benda sedekah yang harus dibagikan dan dinikmati dengan seksama.

Tidak ada yang diperjual belikan atau ditukar gulingkan dengan benda lain. Andaikan memang proses pemotongan itu membutuhkan biaya, hendaknya biaya itu diminta tersendiri tidak diambil dari hewan kurban.

Kedua, hendaklah orang yang berkurban merasakan sebagian daging kurbannya. Sebagaimana Rasulullah saw memakan sebagian dari kurban yang disembelihnya. Kecuali bila kurban itu telah dinadzarkan sebelumnya, maka tidak dibolehkan memakan daging hewan kurbannya.

Ketiga, setelah kurban diembelih disunnahkan bagi orang yang berkurban menjalankan shalat dua rekaat dan setelahnya berdo'a yang makudnya "ya Allah bahwa halatku, ibadahku, hidupku dan matiku adalah milik-Mu, dan tidak ada yang berekutu dengan-Mu.

Ya Allah semoga kami diberikan panjang umur hingga menikmati kembali idul adha tahun yang akan datang dengan penuh keta'atan dan rizqi yang makin berkah.

Semoga orang-orang muslim yang hari ini berkurban benar-benar berkurban untuk-Mu, tidak karena yang lain sehingga mereka akan dapat berkurban kembali tahun mendatang. begitu pula semoga kaum muslim yang tahun ini belum mampu berkurban diberikan Allah kemampuan berkorban tahun mendatang.

Semoga kita semua mendengarkan panggilannya berziarah ke Baitullah dan maqam Rasulullah saw, dan mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.

Demikianlah doa itu dipanjatkan dengan seksama dan diakhiri dengan permohonan untuk pergi haji. Karena berhaji merupakan ibadah penyempurna bagi seorang muslim.

Para Jama'ah idhul adha yang berbahagia,

Haji meupakan salah satu ibadah yang sarat dengan simbol dan perlambang. Oleh karena itu, jikalau ibadah haji dilaksanakan tanpa mengerti makna yang tersimpan didalamnya sangatlah percuma, karena yang demikian itu hanya menyisakan kelelahan belaka. Kelelahan yang kerontang tanpa kesadaran.

Kaum muslimin dan muslimat, meskipun saat ini kita berada di sini, jauh dari tanah Haram, tidak berarti kita tidak bisa meneladani Nabi Ibrahim. Karena keteladanan itu tidaklah bersifat fisik.

Namun sejatinya keteladanan itu berada dalam semangat yang tidak mengenal batas ruang dan waktu. Keteladanan atas ibadah haji dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari ketika kita berinteraksi dengan tetangga, teman, saudara dan umat manusia pada umumnya.

Saudara-saudaraku seiman,

Bila kita tengok bahwa haji dimulai dengan niat yang dibarengi dengan menanggalkan pakaian sehari-hari untuk digantikan dengan dua helai kain putih yang disebut dengan busana ihram.

Maka ketahuilah dibalik keseragaman ini tersimpan beragam makna.

Pertama bahawa pakaian yang selama ini kita pakai sehari-hari sangat menunjukkan derajat dan status sosil manusia.

Oleh karena itu, ketika seorang muslim telah berniat untuk haji dan berniat menghadap-Nya maka segeralah tanggalkan pakaian itu dan gantilah dengan busana Ihram yang serba putih, karena manusia di hadapan Ilahi Rabbi sejatinya tidak berbeda.

Kedua, Pakaian itu tidak hanya apa yang kita pakai namun juga identitas yang menyelimuti diri manusia hendaknya segera diluluhkan ketika menghadap-Nya.

Allah tidak akan pernah membedakan antara peabat dan rakyat, antar penguasa dan hamba, antara pedagang dan nelayan.

Semua itu dimata Allah swt adalah sama. Seperti putihnya seragam yang membalut raga.

المسلمون إخوة لافضل لأحد على أحد إلابالتقوى (رواه الطبرانى)

Artinya, "orang-orang Islam itu satu sama lain bersaudara, tiada yang lebih utama seorangpun dari seorang yang lain, melainkan karena taqwanya (HR. Tabhrani)"

Ketiga, Pakaian itu adalah sifat manusia. Ketika seorang muslim telah berniat menghadap Allah Sang Maha Kuasa, hendaklah ia mencopot segala identitasnya.

Baca juga: Apakah Muslim Harus Mandi Besar Sebelum Melaksanakan Sholat Idul Adha 2023? Ini Penjelasannya

Baik identitas sebagai tikus, buaya, serigala ataupun identitas sebagai kupu-kupu, merpati ataupu kasuwari. Artinya, segala macam sifat yang melekat baik negative maupun positif sebaiknya dihilangkan.

Jangan pernah merasa sebagai apa-apa jikalau engkau menghadap-Nya.

Keempat, pakaian itu mengingatkan manusia akan ketakberdayaannya.

Nanti ketika menghadap Ilahi Rabbi manusia tidak membawa apa-apa kecuali kain putih yang menemaninya.

Sebagai pertanda bahwa sebaiknya manusia hidup dengan sederhana, karena semua akan ditinggalkannya.
Ma'asyiral Muslimin as’adakumullah,

Selanjutnya Thowaf mengelilingi ka'bah tujuh kali putaran adalah perlambang kedekatan manusia dengan Sang Khaliq.

Kemudian sa'i berlari kecil dari shofa ke marwah. Ini merupakan rangkaian setelah Thowaf yang dapat diartikan sesuai perspketif sejarah.

Jika thowaf menggambarkan hubungan dan kemanunggalan manusia dengan Sang Khaliq, maka sa'i menunjukkan bahwa kehidupan haruslah dijalani sesuai dengan hukum kemanusiaan.

Berinteraksi, berhubungan dan berkomunikasi dengan sesame. Maka kehidupan ini haruslah menyeimbangkan antara keilahiyahan dan keinsaniyahan.

Ma'asyiral Muslimin yang berbahagia

Demikianlah uraian dalam khutbah ini semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Dan amrilah kita berdoa kepada Allah swt semoga amal ibadah kita diterima.

Semoga kita yang disini diberikan kesempatan mengunjungi tanah haram di lain waktu, seperti cita-cita kita semua. Dan semoga mereka yang berada di sana diberi keselamatan semua. Amin

أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Contoh 5

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Pada kesempatan yang mulia ini, kita berkumpul untuk merayakan Idul Adha, hari besar umat Islam yang dipenuhi dengan makna keikhlasan dan pengorbanan. Saat ini, marilah kita bersama-sama merenungkan tentang keikhlasan dalam berkurban.

Berkurban bukanlah sekadar memotong hewan semata, namun lebih dari itu, ia merupakan bentuk pengabdian kepada Allah SWT dengan tulus ikhlas.

Dalam melakukan kurban, kita harus meneladani keikhlasan Nabi Ibrahim AS yang siap menjalankan perintah Allah meskipun sulit dan menyakitkan hati.

Keikhlasan dalam berkurban terletak pada kesediaan kita untuk mengorbankan sebagian harta yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Ini adalah ujian bagi ketulusan iman dan kesetiaan kita kepada-Nya. Dalam kurban, kita diajarkan untuk mengutamakan keridhaan Allah di atas segala-galanya.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Mari kita renungkan bahwa keikhlasan dalam berkurban juga mengandung pesan sosial yang sangat dalam. Daging kurban yang kita bagi-bagikan kepada fakir miskin adalah bukti konkret dari kepedulian dan solidaritas kita sebagai umat Islam. Dengan demikian, kurban bukanlah sekadar ritual ibadah, tetapi juga merupakan wujud nyata dari cinta kasih dan kepedulian terhadap sesama.

Oleh karena itu, pada hari yang penuh berkah ini, mari kita perbarui niat kita untuk berkurban dengan penuh keikhlasan. Mari kita jadikan ibadah kurban sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbaiki diri, dan juga sebagai bentuk nyata dari kepedulian sosial kita kepada sesama.

Akhirul kalam, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh 6

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pujian bagi Allah, Tuhan semesta alam, serta shalawat dan salam tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Hari ini, dalam suasana Idul Adha yang penuh berkah, mari kita peringati momen penting dalam sejarah umat manusia, ketika Nabi Ibrahim AS bersama putranya, Nabi Ismail AS, meneguhkan ketundukan mereka kepada Allah SWT.

Salah satu ajaran yang kita ambil dari kisah ini adalah tentang keikhlasan dalam berkurban. Berkurban bukanlah sekadar menyembelih hewan, namun lebih dari itu, ia adalah bentuk pengorbanan yang tulus karena Allah. Ketulusan dalam berkurban mengajarkan kita untuk mengutamakan ridha Allah di atas segala-galanya, bahkan di atas kepentingan diri sendiri.

Keikhlasan dalam berkurban juga mengajarkan kita tentang sikap rela berbagi dan peduli terhadap sesama. Ketika kita berkurban, kita tidak hanya mengorbankan hewan, namun juga sebagian rezeki kita untuk berbagi dengan yang membutuhkan. Hal ini mengingatkan kita bahwa keberkahan hidup bukan hanya didapat dari menumpuk harta, namun juga dari berbagi kepada sesama.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Mari kita jadikan momen berkurban ini sebagai ajang untuk merenungkan kembali makna keikhlasan dalam hidup. Semoga kita semua dapat menjalani ibadah kurban dengan penuh keikhlasan dan ketundukan kepada Allah SWT. Semoga Allah menerima amal ibadah kita, dan semoga kita semua senantiasa diberkahi-Nya dalam setiap langkah hidup kita.

Akhirul kalam, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh 7

Pujian tertinggi bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang memberikan kita nikmat iman dan memberi kesempatan untuk berkurban dalam Idul Adha yang mulia. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, utusan Allah yang membawa petunjuk bagi umat manusia.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Pada momen yang penuh berkah ini, kita diberikan kesempatan untuk merenungkan keutamaan berkurban dalam Idul Adha. Berkurban adalah ibadah yang dilakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, serta meneladani keteguhan hati Nabi Ibrahim AS dalam melaksanakan perintah-Nya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Hajj (22:37): "Dan (demikian pula) untuk setiap umat telah Kami tetapkan penyembelihan, agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang telah diberikan-Nya kepada mereka dari binatang ternak. Maka Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka berserah dirilah kepada-Nya. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)."

Dari ayat ini, kita memahami bahwa berkurban merupakan wujud pengakuan atas nikmat Allah, serta bentuk pengabdian dan ketaatan kita kepada-Nya. Setiap hewan yang kita korbankan adalah simbol dari rasa syukur kita akan rezeki yang telah diberikan-Nya.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Dalam berkurban terdapat pelajaran mendalam yang bisa kita ambil. Pertama, berkurban mengajarkan kita tentang pengorbanan. Seperti Nabi Ibrahim AS yang rela mengorbankan anaknya karena perintah Allah, kita pun diajarkan untuk rela melepaskan sesuatu yang kita cintai demi ketaatan kepada-Nya.

Kedua, berkurban mengajarkan kita tentang berbagi. Daging kurban tidak hanya untuk kita sendiri, tapi juga untuk diberikan kepada fakir miskin, janda, yatim piatu, dan kaum yang membutuhkan. Ini adalah bentuk kepedulian kita terhadap sesama, mengingat bahwa kita semua adalah bagian dari satu umat.

Ketiga, berkurban mengajarkan kita tentang kesederhanaan. Ketika kita melihat Nabi Ibrahim AS bersama anaknya Ismail AS, meskipun memiliki kekayaan yang cukup, mereka rela hidup sederhana demi meraih keridhaan Allah.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Marilah kita manfaatkan momentum Idul Adha ini untuk merefleksikan nilai-nilai keutamaan berkurban dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga kita bisa menjadi hamba yang senantiasa bersyukur, peduli terhadap sesama, dan hidup dengan sederhana dalam mengikuti jejak teladan para nabi.

Akhir kata, mari kita lanjutkan ibadah berkurban ini dengan niat yang tulus, semata-mata mengharap ridha Allah SWT. Semoga Allah menerima amal ibadah kita, menjadikan kita hamba yang taat, dan memperkenankan doa-doa kita. Amin ya rabbal alamin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh 8: Pentingnya Berbagi dalam Kehidupan

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat dan karunia-Nya sehingga kita bisa berkumpul di hari yang mulia ini, Idul Adha. Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.

Jamaah Idul Adha yang berbahagia,

Idul Adha mengingatkan kita akan kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Kisah ini mengajarkan kita tentang keikhlasan, ketaatan, dan pengorbanan. Namun, ada satu lagi pelajaran penting yang bisa kita ambil dari Idul Adha, yaitu pentingnya berbagi kepada sesama.

Dalam surah Al-Hajj ayat 37, Allah SWT berfirman:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya...”

Ayat ini menegaskan bahwa yang paling penting bukanlah bentuk fisik dari kurban yang kita berikan, melainkan ketakwaan dan keikhlasan kita dalam berbagi dengan sesama. Ketika kita berkurban, kita bukan hanya menjalankan perintah Allah, tetapi juga meringankan beban saudara-saudara kita yang membutuhkan.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Berbagi bukan hanya tentang memberi materi. Ini juga tentang memberi perhatian, dukungan, dan kasih sayang kepada mereka yang memerlukan. Saat kita berbagi, kita mengikis sifat egois dalam diri dan menumbuhkan rasa empati serta solidaritas sosial.

Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk menjadi umat yang peduli dan saling membantu. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ لَا يَرْحَمِ النَّاسَ لَا يَرْحَمْهُ اللَّهُ

“Barang siapa yang tidak mengasihi manusia, maka dia tidak akan dikasihi oleh Allah” (HR. Bukhari dan Muslim).

Mari kita jadikan Idul Adha ini sebagai momentum untuk memperkuat tali persaudaraan kita dengan berbagi kepada sesama. Semoga setiap kurban yang kita lakukan menjadi amal sholeh yang diterima oleh Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Contoh 9: Nilai-Nilai Sosial dalam Ibadah Kurban

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk merayakan Idul Adha di tahun ini. Shalawat serta salam kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Jamaah yang berbahagia,

Idul Adha adalah momen yang sangat spesial bagi kita semua. Hari ini kita memperingati ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS kepada Allah SWT. Namun, Idul Adha juga merupakan saat yang tepat untuk mengingatkan diri kita tentang pentingnya berbagi kepada sesama.

Dalam Al-Quran surah Al-Ma’un ayat 1-3, Allah SWT berfirman:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”

Ayat ini menegaskan bahwa salah satu bentuk keimanan kita adalah dengan memperhatikan kesejahteraan orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung. Berbagi dalam bentuk kurban adalah salah satu cara kita menunaikan tanggung jawab sosial tersebut.

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Kurban bukan hanya sekedar menyembelih hewan dan membagikan dagingnya. Lebih dari itu, kurban adalah simbol dari pengorbanan kita untuk membantu saudara-saudara kita yang kurang mampu. Dalam setiap potongan daging yang kita bagikan, ada harapan dan kebahagiaan bagi mereka yang menerimanya. Rasulullah SAW bersabda:

اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, ia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya (dalam kesulitan). Barangsiapa memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Mari kita manfaatkan momen Idul Adha ini untuk mempererat tali persaudaraan kita dengan berbagi kepada sesama. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang senantiasa peduli dan berbagi.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Contoh 10: Keutamaan Berbagi di Hari Raya Kurban
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam sehingga kita dapat merayakan Idul Adha pada hari ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan kita semua sebagai umatnya.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Pada hari ini kita merayakan Idul Adha, hari raya yang penuh dengan makna dan pelajaran berharga. Salah satu pelajaran penting yang dapat kita ambil adalah pentingnya berbagi kepada sesama. Ibadah kurban yang kita laksanakan bukan hanya sekedar ritual, tetapi juga bentuk nyata dari kepedulian sosial.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 261:

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Ayat ini menggambarkan betapa besar pahala yang Allah berikan bagi mereka yang gemar berbagi. Berkurban adalah salah satu bentuk nafkah yang kita keluarkan di jalan Allah, yang pahalanya akan dilipatgandakan oleh-Nya.

Jamaah yang berbahagia,

Dalam pelaksanaan kurban, ada hikmah besar di baliknya, yaitu memperkuat tali silaturahmi dan kebersamaan. Rasulullah SAW bersabda:

تَهَادُوا تَحَابُّوا

“Berilah hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai” (HR. Bukhari).

Kurban yang kita bagikan adalah hadiah istimewa bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan. Dengan berbagi, kita menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang di antara sesama muslim. Kita menyadari bahwa kebahagiaan sejati adalah ketika kita bisa membuat orang lain bahagia.

Marilah kita jadikan momen Idul Adha ini sebagai kesempatan untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah melalui berbagi kepada sesama. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang selalu peduli terhadap sesama.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

(*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul Contoh Naskah Khutbah Idul Adha 1444 H/2023 Penuh Khidmat, Beserta Link PDF Disini.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Contoh Teks Khutbah Idul Adha 2023 Singkat dan Inspiratif, Tentang Makna Kurban dan Kemanusiaan

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved