Berita Mahulu Terkini

Motivasi Petani Budidaya Kakao di Mahulu Meningkat, Harga per Kilo Rp 50 Ribu Sampai Rp 80 Ribu

Saat ini semangat petani kakao di Mahulu sedang meningkat, hal ini karena harga kakao sedang meningkat.

Penulis: Kristiani Tandi Rani | Editor: Nur Pratama
TribunKaltim.co/Kristiani Tandi Rani
Kebun kakao masyarakat di Mahulu. 

TRIBUNKALTIM.CO, UJOH BILANG - Keinginan petani dalam budidaya kakao timbul akibat adanya dorongan dari dalam diri petani berupa motivasi.

Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan Indonesia dan merupakan komoditas strategis dalam peningkatan pendapatan petani di sentra produksi Mahakam Ulu (Mahulu).

Saat ini semangat petani kakao di Mahulu sedang meningkat, hal ini karena harga kakao sedang meningkat.

Hal ini dikatakan oleh Penyuluh Pertanian dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Rony Wigbertus, Sabtu (29/6/2024).

Baca juga: Mahulu Memiliki Potensi Besar dalam Sektor Sport Tourism, Butuh Tenaga Pelatih Khusus

Ia mengatakan hal ini terjadi mengingat harga kakao yang saat ini sedang meningkat membuat semangat petani dalam membudidayakan tanaman kakao sedang meningkat.

Awalnya harga kakao Rp 25 ribu per kilogram kini sudah meningkat sampai Rp 50 ribu sampai Rp 80 ribu.

"Terakhir kita dengar ya di harga Rp 80 ribuan, makanya semangatnya juga meningkat," katanya.

Inti dari kabar baik ini adalah bagaimana mewujudkan sistem pemasaran yang jelas.

Serta bagaimana para petani menghasilkan produk kakao yang bagus.

"Itu salah satu dorongan kita juga bagaimana mencapai itu. Jadi komunitas yang paling dasar itu adalah pertama kita bangun itu adalah kelompok tani," ujarnya.

Tapi, kelompok tani di Mahulu tidak hanya fokus pada satu sub sektor komoditi saja.

Kelompok tani biasanya mengelola beberapa komoditi tanaman.

"Tapi kalau untuk fokus, kita biasanya minta satu kelompok itu harus fokus di komoditi apa yang ingin mereka lakukan," tuturnya.

Penentuan fokus komoditi biasanya disesuaikan dengan potensi yang ada di dalam anggota kelompok tani tersebut.

Misalnya anggota kelompok tani tersebut berjumlah 20 orang yang memiliki tanaman kakao, maka itu yang menjadi fokus mereka.

"Itu yang terus kita bina. Untuk kelompok tani itu saat ini ada yang bergerak di tanaman pangan, ada juga mereka yang berada dalam satu kelompok itu memiliki kebun," jelasnya. (*)

Ikuti berita populer lainnya di saluran WhatsApp Tribun Kaltim

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved