Berita Nasional Terkini

Isu Anggaran Makan Bergizi Gratis jadi Rp 7.500 di Kabinet Prabowo-Gibran Dibantah Tim Sinkronisasi

Usai heboh, tim sinkronisasi Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo-Gibran buka suara soal isu anggaran Makan Bergizi Gizi yang dipangkas

Tangkap Layar YouTube KPU RI
Presiden dan Wapres terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Tim sinkronisasi sebut anggaran makan siang gratis jadi Rp 7.500 di kabinet Prabowo-Gibran bukan statement resmi 

Sebab, tersiar kabar pagu anggarannya dipangkas hingga 50 persen menjadi Rp 7.500 per porsi.

Sewaktu anggaran full yakni Rp 15.000 per porsi, ada yang nyinyir mempertanyakan kualitas dari makan siang gratis itu.

Mengingat program makan siang gratis ini ditujukan untuk anak-anak dan ibu hamil.

Dengan menjadi Rp 7.500 per porsi, publik pun jadi bingung, apa bisa bergizi untuk makanan seharga itu?

Karena realita di masyarakat, khususnya Jabodetabek, sudah sangat sulit menemukan warung nasi yang menyediakan sepiring nasi dengan harga Rp 7.500.

Menyikapi hal itu, Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko meminta agar publik tidak melihat harga per porsi dalam program makan bergizi gratis, tetapi mempertimbangkan gizinya.

Budiman merespons perihal anggaran makan bergizi gratis yang disebut turun dari Rp 15.000 menjadi Rp 7.500 per porsi.

"Jadi isunya, jangan dilihat soal harga per porsi, tapi bagaimana cara menyediakan makanan yang bergizi itu," ujar Budiman saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/7/2024).

"Soal harga itu memang bisa sangat fluktuatif kalau kita melihat di ujungnya, kalau kita lihat proses di hilirnya," imbuhnya.

"Kan asumsinya berarti harga-harga tuh beli begitu saja bahan-bahannya," lanjut eks politisi PDIP ini.

Budiman menyampaikan, jika bahan pangan dari program makan siang gratis bisa disediakan oleh dapur rakyat ataupun BUMDes, bisa saja harga satuannya tidak terlalu jauh dari biaya produksi.

Jika semua bahan makanan didapat dengan cara membeli, kata dia, harganya sangat bergantung pada fluktuasi pasar.

"Seringkali biaya penjualan barang jadi itu tergantung market-nya, tergantung fluktuasi harga pasar," katanya.

"Nah, justru yang kita tekankan adalah kemandirian dalam memproduksi makanannya itu sendiri," ucapnya.

"Kita tidak masuk ke wilayah harga. Karena kalau kita bisa menyediakan (bahan makanan) dengan sendirian, sebenarnya harga bukan isue," lanjutnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved