Berita Penajam Terkini
Kisah Sukses Petani Jamur di Waru Penajam Paser Utara, dari Coba-coba jadi Buka Lapangan Kerja
Di Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terdapat satu rumah
Penulis: Nita Rahayu | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, PENAJAM - Di Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terdapat satu rumah yang membudidayakan jamur tiram.
Pada kesempatan kali ini, TribunKaltim.co berkesempatan bertemu dengan sepasang suami istri yang memiliki usaha budidaya jamur tiram, sekaligus memproduksi berbagai olahan makan berbahan dasar jamur.
Adalah Abdul Wahab dan istrinya Misem, petani jamur pertama kali di Penajam Paser Utara yang kini telah menginspirasi berbagai kalangan.
Keduanya memiliki kegemaran dalam bidang pertanian, sang suami suka menanam berbagai macam tumbuhan, begitupun sang istri. Hanya saja, Misem ternyata tidak kuat terhadap panas matahari.
Baca juga: Kunjungi Pembudidayaan Jamur Tiram, Bupati Kukar: Bangga Atas Keberhasilan Mereka
Keterbatasan lahan juga membuat keduanya harus memilah-milah jenis tanaman yang bisa tumbuh dengan kondisi yang seadanya, serta tidak menguras tenaga di bawah sinar matahari.
Berawal dari 2018, Ide Budidaya Jamur Muncul
Siang itu, cuaca cukup bersahabat. Cuaca tak begitu cerah dan awan terlihat bergerak lambat. Mungkin itu pertanda bahwa hujan tidak turun hingga malam hari, meskipun PPU akhir-akhir ini kerap diguyur hujan.
Perjalanan menuju kediaman Abdul Wahab dan istrinya tak cukup sulit. Hanya butuh sekitar 20 menit dari ibu kota Kabupaten PPU.
Sepanjang perjalan, juga tak membingungkan, sebab tepat di gang rumahnya tengah dilakukan perbaikan jalan.
Saat TribunKaltim.co, tiba di rumah minimalis bercat putih dengan kolam ikan nila di depannya, langsung disambut dengan senyum ramah dari Abdul Wahab. Sosok pria paruh baya itu lantas menyalami dan memperkenalkan diri.
Tak berselang lama, ia langsung mengantarkan ke lokasi budidaya jamur tiram miliknya yang berada dibagian belakang rumah.
Sambil berjalan menuju rumah budidaya, Abdul Wahab didampingi istrinya bercerita bagaimana awal mula mereka memulai usahanya.
Baca juga: Timnas Israel Dicemooh Saat Menyanyikan Lagu Kebangsaan di Olimpiade 2024
Pada awal 2018 lalu, mereka yang berprofesi sebagai guru di sekolah menengah menerka-nerka kegiatan apa yang bisa mereka lakukan usai pensiun.
Meski bertani terbesit dalam rencana mereka, naum tak serta-merta mereka wujudkan. Kebingungan mereka mencari lokasi dan jenis pertanian apa yang cocok, menjadi pertimbangan.
Pada akhir 2018, Abdul Wahab berjalan-jalan disekitar rumahnya dan kerap kali menemui limbah gergajian kayu dibuang begitu saja. Padahal setahu dia, limbah tersebut bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonomis.
“Saya melihat banyak bekas gergajian yang dibuang begitu saja, padahal itu manfaatnya banyak,” ungkapnya Jumat (26/7/2024).
Bermodal YouTube, ia pun mencari tahu tanaman apa yang bisa ditanam dengan menggunakan limbah gergajian tersebut.
Terbesitlah ide untuk membudidayakan jamur tiram. Ia tentu saja mendapatkan dukungan dari sang istri, karena budidaya jamur tidak perlu berpanas-panasan.
“Ibu pasti mau karena tidak perlu berjemur di bawah matahari,” ucapnya sambil tersenyum.
Sempat Gagal Selama Beberapa Tahun
Ternyata tidak selamanya usaha yang disukai hingga ditekuni dengan penuh keyakinan, bisa berbuah manis dalam waktu singkat.
Kegagalan demi kegagalan dirasakan Abdul Wahab selama beberapa tahun. Mulai dari kesulitan mendapatkan bibit, setelah didapatkan pun harganya mahal, kualitasnya tidak lagi bagus, karena hanya bisa didapatkan di daerah Jawa pada saat itu.
“Kalau sampai sudah tidak bagus, karena pengirimannya kan lama,” ujarnya.
Baca juga: Bekali Pelatihan Budidaya Jamur Tiram, Yasiwa dan Fordas Kutim Sasar Anak Sekolah
Ia mengenang bahwa pada saat itu ia tetap berusaha menanam bibit yang dibeli karena tidak ingin membuangnya begitu saja. Hasilnya, jamur tidak tumbuh subur.
Kendala lainnya yang membuat usahanya tidak berkembang selama beberapa tahun, karena seluruh proses produksi sebelum budidaya, dilakukan manual.
Sebelum memasukkan limbah gergajian yang dicampur dengan sedikit kapur kemudian menjadi baglog, terlebih dahulu harus mereka padatkan dengan menggunakan botol kaca bekas. Itu berguna agar baglog nantinya bisa ditumbuhi jamur dengan jangka waktu yang lama.
Proses itu memakan waktu cukup lama dan menguras tenaga. Dalam seminggu mereka hanya mampu membuat baglog paling banyak 300. Satu baglog harus dikerjakan selama dua jam. Jumlah tersebut menghasilkan jamur tiram sebanyak tiga kilogram per hari.
“Kadang balik modal kadang tidak dengan hasil panen segitu,” ucapnya.
Dapat Bantuan Peralatan hingga Pembinaan
Pada 2022, lewat rekan nelayannya Abdul Wahab mendapatkan informasi bahwa PHKT memiliki program CSR, yang melirik usaha potensial namun belum bisa berkembang.
Ia pun menghubungi PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT), dan berharap bisa mendapatkan bantuan untuk pengembangan usahanya.
"Saya ketemunya itu 2022, dan bantuannya luar biasa," terangnya.
Manager Communication Relations & CID PHI Dony Indrawan mengatakan bahwa usaha budidaya jamur milik Abdul Wahab sesuai dengan Program Semur Cendawan milik PHKT.
Sasarannya memang adalah petani jamur yg sudah memulai, tetapi belum bisa berkembang.
Sementara potensi disekitarnya sedemikian banyaknya.
Seperti ketersediaan media tanam seperti serbuk kayu, dan suasana yang memungkinan tanaman tumbuh subur.
"Menariknya program ini berhubungan dengan kesesuaian rencana Pemkab PPU untuk mengembangkan ketahanan pangan di Waru, ini jadi alternatif rujukan untuk pemerintah karena jamur juga memiliki banyak nutrisi untuk mendukung kecukupan gizi di masyarakat," jelasnya.
Bantuan yang diberikan PHKT cukup banyak. Mulai dari peralatan dan mesin yang dibutukan. Seperti mesin pengolahan media tanam, mesin pres, mesin sterilisasi, serta rumah atau pondok khusus untuk tumbuhnya jamur.
Karena ketekunan dan keseriusan Abdul Wahab beserta istrinya, produksi jamur pun mulai mengalami peningkatan.
Keberhasilan program itu selanjutnya meraih penghargaan Platinum Elite pada Nusantara CSR Awards 2024 untuk kategori Mengakhiri Kelaparan melalui program CSR, serta meraih the SME CSR awards (anugerah UMKM TJSL) Asia 2024.
Sebelumnya, program ini juga mengantarkan PHKT-DOBS untuk meraih penghargaan Emas pada Anugerah Lingkungan PROPER dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
12 Ibu-ibu Ikut Diberdayakan
Karena terus menunjukkan progres signifkan dalam peningkatan produksi, kini telah ada 12 ibu-ibu yang ikut serta dalam budidaya jamur tiram milik Abdul Wahab dan istri.
Ibu-ibu disekitar rumah mereka, kini ikut memiliki pendapatan sendiri meski tetap menjalankan pekerjaan rumah.
Peningkatan produksi jamur tiram kini mencapai 7.000 baglog. Dalam sekali panen, mereka bisa mendapatkan jamur sebanyak 20 sampai 25 kilogram. Proses panen ini dilakukan setiap hari.
Harga setiap kilogramnya, yakni bekisar Rp45 sampai Rp50 ribu.
Penjualannya saat ini masih dalam daerah, terutama di pasar tradisional di PPU.
Selain dijual langsung, jamur juga diolah menjadi berbagai jenis makanan. Mulai dari kebab jamur, bakso jamur, nugget jamur, dan jamur crispy. Tentu saja, nilai jualnya jadi lebih tinggi. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.