Berita Kukar Terkini

Mengenal Desa Kedang Ipil Kukar dan Masyarakat Kutai Adat Lawas yang Masih Pertahankan Bahasa Langit

Mengenal desa Kedang Ipil, di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dan masyarakat Kutai Adat Lawas yang masih pertahankan bahasa langit.

TRIBUNKALTIM.CO/HO
UPACARA ADAT DI DESA KEDANG IPIL - Ritual Belian Benamang atau Ncari Pedara di Desa Kedang Ipil, Kota Bangun, Kukar, yang digelar 2017 lalu. Mengenal desa Kedang Ipil, di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dan masyarakat Kutai Adat Lawas yang masih pertahankan bahasa langit. 

"Bisa kita bayangkan ya ketika tambang ketika sawit masuk akan seperti apa sementara ritual kan memerlukan banyak perlengkapan dan itu berasalnya dari alam," sambungnya.

Usulan ke UNESCO sudah sejak tahun 2021 lalu, saat itu dirinya bersama Disdikbud Kaltim mengajukan acara adat Nutuk Beham dan Muang menjadi warisan budaya tak benda.

Dua proses adat ini ketika diusulkan tenyata lolos, sehingga dinobatkan sebagai warisan budaya tak benda tingkat nasional 2022. 

Peran Penting Kutai Adat Lawas

Di abad lampau, komunitas masyarakat adat Kutai Adat Lawas ini memiliki setidaknya 3 posisi penting.

Pertama, tempat pelarian para brahmana ketika terjadi perang besar antara kerajaan Kutai Kartanegara dan kerajaan Kutai Martadipura di abad ke-14 Masehi.

Kedua, pusat ilmu kanuragan yang sangat disegani karena tidak pernah berhasil ditundukkan oleh siapapun.

Ketiga, menjadi salah satu dari 3 poros penting kesultanan Kutai Kartanegara.

Adanya faktor itu, bahkan membuat sampai saat ini, komunitas masyarakat adat Kutai Adat Lawas Sumping Layang Kedang Ipil masih mempertahankan tradisi, budaya, dan ritual lelulur mereka.

Baca juga: Dilepas Bupati Kukar, Ratusan Rider Trail Ikuti Explore Putang Kedang Ipil Kota Bangun Darat

Bahasa Langit

Fakta lain dari masyarakat Kutai Adat Lawas ini adalah penggunaan bahasa langit.

Ketuaan tradisi terlihat dari mantra ritual yang tidak menggunakan bahasa manusia tetapi bahasa dari dewa mereka langsung atau dikenal sebagai bahasa langit. 

"Bahasa langit kenapa penting, ini karena bahasa langit oleh UNESCO dinyatakan sudah punah di Eropa dan Amerika.

Tapi, di Indonesia masih ada dan apalagi ini di Kaltim itukan sangat penting," jelasnya.

Menurut Kifti, bahasa langit atau bahasa dewa ini sebetulnya ada juga suku lain di luar Kaltim yang masih menggunakan bahasa dewa, seperti di Maluku dengan nama bahasa tanah, tapi penuturnya sudah punah, lalu di NTT.

"Namun penuturnya yang di NTT kita lacak ada beberapa.

Hanya saja yang ekosistem nya masih kuat tinggal di Kedang Ipil ini.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved