Tribun Kaltim Hari Ini
Sejumlah Sapi di Kutim Mati Massal, DPKH Kaltim Menduga Terjangkit Jembrana
Sejumlah sapi di Kutai Timur mati massal, DPKH Kaltim menduga terjangkit jembrana.
Penulis: Geafry Necolsen | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Awal Agustus 2024, sejumlah sapi warga di Kecamatan Sangatta Selatan, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), mengalami mati mendadak secara massal.
Saat itu Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Peternakan (DTPHP) Kutim menduga kematian hewan sisa kurban itu dikarenakan penyakit jembrana.
Perlu diketahui bahwa jembrana merupakan penyakit menular pada sapi bali (tidak menular ke sapi jenis lain) yang disebabkan oleh virus.
Menindaklanjuti laporan tersebut, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kaltim langsung melakukan pemeriksaan dan vaksinasi hewan ternak di Kabupaten Kutai Timur.
Baca juga: Semarak HUT Ke-79 RI di Kecamatan Telen Kutim, Berbagai Lomba Tradisional Disambut Warga Antusias
Kepala DPKH Provinsi Kaltim, Fahmi Himawan menyampaikan penyakit Jembrana adalah salah satu penyakit zoonosis yang khusus terjangkit kepada sapi bali.
"Selain Jembrana, memang ada penyakit Zoonosis lainnya seperti Rabies, dan Brucellosis," jelas Fahmi Himawan.
Ia menegaskan kasus jembrana Kutim sudah masuk di DPKH Kaltim dan tengah ditindaklanjuti oleh Bidang Kesehatan Hewan.
"Kita sudah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Kabupaten Kutai Timur untuk melakukan penanganan terhadap sapi bali kita yang diindikasikan secara klinis terkena jembrana sehingga tidak terjadi penyebaran," ucapnya.
Baca juga: Meriahkan HUT Ke-79 RI, Lanal Sangatta Gelar Aneka Lomba di Pantai Teluk Lingga Kutim
Untuk mengantisipasi itu, setiap tahun pihaknya terus melakukan vaksin jembrana, rabies dan brucellosis terhadap hewan ternak sapi yang didistribusikan ke kabupaten dan kota.
Ia menjelaskan bahwa penyakit jembrana ini memang menjadi konsekuensi ketika peternak Kaltim memilih sapi bali untuk diternak.
Oleh karena itu, Fahmi menyarankan perlunya diversifikasi jenis komoditas sehingga peternak tidak hanya fokus pada jenis sapi bali saja.
"Sebab jenis sapi itu banyak macamnya dan setiap peternak harus bisa menangkap peluang apalagi adanya IKN pastinya kebutuhan berbagai jenis daging sapi terus meningkat," kata Fahmi. (ave)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.