Midtown Talkshow Digelar, Inilah Makna Perjuangan Masa Kini Lewat Pendidikan

TRIBUNKALTIM. CO, SAMARINDA - Pendidikan merupakan hal penting dalam membangun bangsa.

Pasalnya, pendidikan akan menentukan kualitas jati diri bangsa.

Pentignya pendidikan bagi sebuah bangsa itu dibahas pada Midtown Talkshow bertajuk "Makna Perjuangan Masa Kini Lewat Pendidikan".

Kegiatan itu menghadirkan pemuda pelopor Samarinda, Yurni Handayani dan tokoh pendidikan Kalimantan Timur, Hari Mulyadi.

Talkshow pendidikan ini berlangsung di Lobby Hotel Midtown, Jalan Hasan Basri, Kota Samarinda, Kamis (29/8/2024). 

"Alhamdulillah, puji syukur, kita tahu pendidikan penting sebagai fondasi suatu bangsa. Tentunya suatu bangsa bisa menghasilkan output yang berkualitas pastinya saling bahumembahu untuk negerinya supaya terwujud.  Kemudian kemerdekaan dalam hal pendidikan bisa dimulai sebagai hak asasi manusia dari lingkpo terkecil bagi semua elemen mulai dari keluarga," kata GM Midtown Hotel Samarinda, Imam Mustofa. 

Baca juga: Profil dan Harta Kekayaan Andi Harun, Calon Petahana di Pilkada Samarinda 2024

Imam Mustofa menambahkan, perjuangan di dunia pendidikan dimulai dari RA Kartini dan Ki Hajar Rewantoro.

Penididikan sebagai tonggak suatu bangsa akan menghasilkan SDM bermutu sehingga akan menjadikan negara ini tumbuh dan berkembang.

"Pada momen Kemerdekaan RI ini sengaja kami berikan ruang pada adik-adik dan pengamat, kita bisa bertukar pikiran mengisi kemerdekaan di bidang pendidikan. Ada long live education mari kita wujudkan agar Indonesia semakin berkebangsaan semakin maju agar negeri bermartabat didunia," ajaknya.

Sementara pemuda pelopor Samarinda, Yurni Handayani mengatakan, apa yang dinikmati masyarakat saat ini adalah perjuangan para pahlawan, termasuk RA Kartini. 

"Kita tinggal meneruskan, jadi seorang pemuda yang bisa berbuat untuk bangsa ini. Sekarang mudah berbagi insight pendidikan melalui dunia digital bsia berbagi sekecil apapun. Yang penting kita tetap bisa bermanfaat untuk sesama, " tutur perempuan yang kini sedang menempuh pendidikan pasca sarjana pendidikan anak usia dini.

Ditambahkan alumnus Jurusan Biologi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mulawarman yang juga owner Sekolah Cakrawala Kaki Langit itu, dirinya sudah mengajr sejak usianya 12 tahun.

Ia mengaku miris dengan tidak adanya wadah bagi anakanak untuk mengembangkan bakatnya. 

"Pada saat itu bimbel biaya mahal banget tak seperti sekarang bisa diakses di internet.  Jadi saya mulai dari hati nurani, sejak SMP mengajak anak anak belajar di kawasan Jalan Anggur Kota Samarinda. Lingkungan tempat tinggal aya banyak orang dewasa dan para orangtua main judi dan itu tak bisa dirubah kebisaan orangtuanya.  Tapi saya bisa merubah anaknya melalui pendidikan. Langkah awal tekad kuat untuk merealisasikan agar berubah bersama jadi anak berprestasi jdi orang luar menilai kawasan kita black zone," katanya.

Bergerak mendidik anak-anak bukan berarti tanpa tantangan.

Baca juga: Bocah di Samarinda yang Terpeleset Masuk Gorong-gorong Ditemukan Mengambang usai 6 Jam Pencarian

Yurni mengungkapkan, dirinya dulu bahkan pernah diterpa isu tentang terorisme.

"Saya sejak masih SMP mencoba membawa nilai kebaikan cuma orangtua takut dengan perubahan. Saya ditakuti orangtua dikira aliran sesat karena mengenakan jilbab lebar. Tapi saya dikuatkan teman teman saat itu supaya jalan terus pasti hasilnya diraih kemudian di masa depan. Awalnya dari 10 murid bisa dapat juara tingkat kecamatan juga tingkat Kota. 
Dulu saya sebut pengajian Nurul Hidayah maka setelah lulus Unmul saya buat PAUD Cakrawala Langit. Yang saya bikin haru ketika para orangtua menyadari anaknya bisa juara dan bisa jadi pemimpin di sejumlah organisasi, ketua di mana mana. Para orangtua berterima kasih," beber Yurni.

"Setelah melalui proses penolakan, rassa bahagianya bahagia banget. Pengorbanan beberapa tahun lal,u kemudian anak-anak didik bertumbuh jadi anak yang luar biasa. 
Pesan penting, teruslah bergerak hingga kelelahan itu mengikutinya. Karena, ketika kita terus berupaya memberikan pada bangsa dan negara, karena Tuhan terus menyaksikan dan mana mengabulkan. Kalau saya meninggal saya ingin orang ingat  kebaikan kita," tambahnya.

Sementara tokoh pendidikan Kaltim, Hadi Mulyadi menggambarkan pendidikan saat ini yang berbeda dengan dahulu.

"Makanya saya bangga yang hadir  disini orang hebat semua.  Jadi generasi sekarang harus cepat bergerak dan berbuat berprestasi karena masanya digital. Tapi generasi zaman dulu mau berprestasi, bisa sebanding semangatnya dengan prestasi generasi saat ini.  Yang perlu diingat pada saat belajar yang penting mencintai pelajaran. Salahnya saya terlalu mencintai matematika," jelas Hadi Mulyadi.

"Ibu saya mengajarkan tak boleh main kalau belum kerjakan soal matematika. Padahal ibu saya tak lulus SD. Ada guru saya bagus cara mengajarnya membuat saya senang. Matematika  dapat nilai seratus, bahasa Indonesia saya nilainya lima, karena tulisan saya jelek waktu itu," kenangnya yang mengundang tawa.

Hadi kemudian mengisahkan pengalamannya sekolah paling terkenal top di Samarinda, yakni  SMPN 1, SMPN 2, dan SMP Katolik.

"Hasil ulangan matematika saya nilai Matematika 100 di SMPN 1. Saya di sekolah belajar bab 5 ,tapi saya pribadi sudah belajar bab 6. Saya sudah belajar sebelum diajari. Kalau bisa semua disukai dan diajari, maka kata kuncinya cinta. Kalau kita belajar degan cinta maka bisa bermanfaat Yang mau sukses harus bekerja keras, jangan berhenti belajar.Tetap harus percaya diri," tambahnya menekankan. (*)