Maulid Nabi 2024

Siapa yang Pertama Kali Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW? Simak Sejarah Lengkap dan Amalannya

Siapa yang pertama kali merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW? Simak inilah sejarah lengkap dan amalan yang dapat dikerjakan.

Editor: Heriani AM
Canva.com
Siapa yang pertama kali merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW? Simak inilah sejarah lengkap dan amalan yang dapat dikerjakan. 

Ketika melintasi daerah Irbil pada tahun 604 Hijriah, dia bertemu dengan Sultan Al-Muzhaffar, raja Irbil tersebut memiliki perhatian yang besar terhadap peringatan Maulid Nabi.

Oleh karena itu, Al-Hafizh Ibn Dihyah kemudian menulis sebuah buku tentang Maulid Nabi yang diberi judul “Al-Tanwir Fi Maulid Al-Basyir An-Nadzir” lalu karya ini kemudian dijadikan hadiah untuk Sultan Al-Muzhaffar.

Semenjak zaman Sultan Al-Muzhaffar dan zaman selepasnya hingga saat ini para ulama telah menganggap bahwa peringatan Maulid Nabi merupakan sesuatu hal yang baik.

Para ulama terkemuka dan Huffazh Al-Hadits telah menyatakan demikian, bahkan Al-Imam Al-Suyuthi menulis karya khusus tentang Maulid yang berjudul “Husn Al-Maqsid Fi Amal Al-Maulid”.

Karena itu peringatan Maulid Nabi, yang biasa diperingati pada bulan Rabiul Awal menjadi sebuah tradisi untuk umat Islam di seluruh dunia, dari masa ke masa serta dalam setiap generasi ke generasi.

Para ahli sejarah, seperti, Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi, Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Kathir dan yang lainnya telah sepakat bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar.

Namun ada juga pihak lain yang mengatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi merupakan orang yang pertama kali mengadakan peringatan Maulid Nabi.

Baca juga: 10 Contoh Surat Undangan Maulid Nabi 2024 yang Bisa Digunakan Sebagai Referensi Acara di Sekolah

Sultan Salahuddin pada kala itu mengadakan peringatan Maulid dengan tujuan untuk membangkitkan semangat umat islam yang telah padam agar bisa kembali berjihad dalam membela islam pada masa Perang Salib.

Namun ide dari Salahuddin tentang memperingati Maulid Nabi tidak disetujui oleh beberapa ulama.

Hal ini lantaran dari zaman Nabi peringatan tersebut tidak pernah ada.

Lagi pula hari raya umat islam secara resmi menurut ajaran agama hanya ada dua, yaitu Idul fitri dan Idul Adha.

Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa peringatan Maulid Nabi hanyalah sebuah kegiatan yang dapat menyemarakkan dalam menyiarkan agama, bukan perayaan yang memiliki sifat ritual, sehingga tidak bisa dikategorikan bid’ah yang terlarang.

Ketika itu Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Baghdad, dan khalifah memberikan setuju dengan apa yang sudah disampaikan Salahuddin terkait dengan peringatan Maulid Nabi.

Oleh karena itu, ketika ibadah haji pada bulan Dzulhijjah 579 Hijriyah (1183 Masehi), Sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai pemimpin Haramain memberikan instruksi kepada seluruh jemaah haji.

Baca juga: Inilah Dalil Tentang Maulid Nabi Lengkap Cara Nabi Muhammad SAW Memperingati Hari Kelahirannya

Instruksinya yaitu apabila mereka kembali ke kampung halaman masing-masing dengan segera untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat Islam di mana pun berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabiul-Awwal ditetapkan sebagai Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang dapat membangkitkan semangat umat Islam.

Amalan yang Dapat Dikerjakan saat Memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved