Berita Mahulu Terkini

Tradisi Nyapoq atau Doa Kepada Leluhur Tetap Dipelihara oleh Masyarakat Adat Dayak di Mahulu

khususnya di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), tradisi Nyapoq atau doa kepada leluhur tetap hidup dan dipelihara oleh masyarakat adat Dayak

Penulis: Kristiani Tandi Rani | Editor: Nur Pratama
TribunKaltim.co/Kristiani Tandi Rani
Tradisi Nyapoq sebagai sebuah ritual memohon doa kepada leluhur dalam masyarakat Dayak di Kabupaten Mahulu. 

TRIBUNKALTIM.CO, UJOH BILANG - Di pedalaman Kalimantan, khususnya di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), tradisi Nyapoq atau doa kepada leluhur tetap hidup dan dipelihara oleh masyarakat adat Dayak. 

Sebuah upacara yang sarat akan makna ini melibatkan berbagai ritual dan simbol, mulai dari penggunaan telur hingga beras kuning, yang semuanya memiliki filosofi mendalam. 

Salah satu tokoh masyarakat adat Dayak, Leonder Awang Ajat, menjelaskan secara rinci makna di balik tradisi ini.

"Telur yang itu, itu sarana media untuk berkomunikasi dengan leluhur," katanya pada TribunKaltim.co, Kamis (3/10/2024). 

Baca juga: Ketua Bawaslu Mahulu Menegaskan Kepala Desa Dilarang Terlibat Kampanye, Ada Sanksi Pidana

Telur diletakkan dalam sebuah bambu yang disebut Nyapoq, sebuah medium sakral untuk memulai komunikasi dengan roh leluhur. 

"Nyapoq itu adalah pembukaan komunikasi dengan leluhur yang dipanggil melalui kan," sebutnya.

Dalam setiap tahapan ritual, ada kepercayaan bahwa leluhur akan dipanggil dengan menggunakan beras kuning sebagai media komunikasi. 

“Beras kuning tadi bukan makanannya kita orang biasa, tapi makanannya para penghuni kayangan,” ujarnya. 

Beras kuning dipercaya sebagai hidangan bagi leluhur yang sudah berada di alam lain, menjadikan ritual ini begitu sakral.

Ketika upacara berlangsung, bunyi canang atau alat musik tradisional dimainkan oleh para perempuan sebagai bagian dari ritual.

 "Yang perempuannya kan teng teng teng itu, ada filosofinya juga, itu untuk mengaburkan bunyi-bunyian lain sementara si Dayung tadi sedang melafalkan doa-doa," ungkapnya. 

Dalam suasana penuh konsentrasi, Dayung atau tokoh ritual utama harus fokus dan tidak terganggu oleh suara lain.

"Bunyi monoton itu juga ada maknanya," lanjutnya. 

Menurut kepercayaan, bunyi monoton dari canang dapat membantu Dayung masuk dalam kondisi trans, membuka komunikasi dengan alam leluhur. 

"Bahkan orang bisa masuk ke alam lain juga, jiwanya bisa terbawa," jelasnya, menyoroti betapa mendalamnya makna di balik bunyi ritmis tersebut.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved