Berita Balikpapan Terkini

Tanggapan Psikolog Siloam Hospital Balikpapan Terkait Banyak Orang Beli Boneka Labubu

Untuk diketahui, boneka tersebut banyak diminati semenjak salah satu member grup K-Pop Blackpink, Lisa mempopulerkannya

|
Penulis: Ardiana | Editor: Nur Pratama
HO Patria Rahmawaty
Psikolog Siloam Hospitals Balikpapan, Patria Rahmawaty S.Psi., M.MPd, Psikolog. 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Boneka labubu dengan bentuk monster yang tersenyum lebar dan telinga runcing serta gigi tajam, saat ini banyak digemari masyarakat. 

Tak jarang, masyarakat membelinya meski dengan harga yang terbilang tinggi.

Untuk diketahui, boneka tersebut banyak diminati semenjak salah satu member grup K-Pop Blackpink, Lisa mempopulerkannya.

Menanggapi hal ini psikolog Siloam Hospitals Balikpapan Patria Rahmawaty .S.Psi., M.MPd, Psikolog mengatakan, barang-barang yang saat ini tren sejatinya adalah barang yang biasa. 

Namun, barang ini memiliki nilai jual tinggi karena pengaruh orang yang mempopulerkannya. 

Baca juga: 10 Rekomendasi Tempat Sarapan di Balikpapan yang Murah Meriah, Harga Mulai dari Rp 15 Ribuan

"Barang yang lagi tren di masyarakat, mungkin itu barang biasa. Cuma karena yang menggunakan idola terkenal dan berpengaruh di masyarakat, otomatis jadi sebuah booming, barang itu makin jadi tren," ujarnya, Minggu (27/10/2024).

Menurutnya, setiap manusia memang memilikimu rasa ingin tahu. Sehingga, baginya, orang-orang yang membeli barang-barang yang sedang tren atau mengikuti tren hanya untuk membayar rasa ingin tahunya. 

Terlebih, tren ini dibawa oleh orang-orang yang terkenal dan memiliki pengaruh. Meski begitu, kata dia, tren tersebut hanya sementara dan akan habis masanya. 

"Karena setiap manusia didorong rasa ingin tau. Sebagai makhluk sosial, mereka juga ingin jadi bagian dari orang-orang berpengaruh dan membawa tren tersebut. Tapi, ini kayak siklus. Hanya bersifat sementara dan memiliki masanya," ungkapnya. 

Meski begitu, ia menyarankan untuk melihat sisi kebutuhan dan manfaat barang tersebut sebelum membelinya. Apalagi, jika harga produk yang dibeli lebih tinggi serta tidak sesuai dengan manfaat dan kebutuhan. 

"Jika harga yang dibanderol tidak sesuai, maka nilai kebermanfaatan dengan nilai uang uang dikeluarkan tidak seimbang. Makanya harus realistis dan pengendalian diri," pungkasnya.(*)

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved