IKN Gawat DBD

Faktor Pekerja IKN Kena DBD, dari Kebersihan Lingkungan hingga Over Kapasitas Tempat Tinggal

Kepala bagian Pelayanan Penunjang RSUD Sepaku Muhamad Rumadi menyebut, banyaknya pasien pekerjaan IKN terkena DBD tersebut ditunjang berbagi faktor.

Editor: Heriani AM
Kementerian PUPR
Ilustrasi hunian pekerja IKN. Kepala bagian Pelayanan Penunjang RSUD Sepaku Muhamad Rumadi menyebut, banyaknya pasien pekerjaan IKN terkena DBD tersebut ditunjang berbagi faktor. 

TRIBUNKALTIM.CO - Kepala bagian Pelayanan Penunjang RSUD Sepaku Muhamad Rumadi menyebut, banyaknya pasien pekerjaan IKN terkena DBD ditunjang berbagi faktor.

Di antaranya adalah tingkat kebersihan lingkungan hingga over kapasitas tempat tinggal sehingga mudah diserang DBD.

"Mereka sedikit lengah, kurangnya PSN (Pemberantasan sarang nyamuk) di tempat mereka," ujarnya pada TribunKaltim.co.

Seperti diberitakan sebelumnya, kasus demam berdarah dengue (DBD) menghantui pekerja IKN di Kaltim, puluhan pekerja harus dirawat di RSUD Sepaku.

Baca juga: Demam Berdarah Hantui Pekerja IKN di Kaltim, Puluhan Pekerja Harus Dirawat di RSUD Sepaku

Kepala bagian Pelayanan Penunjang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kecamatan Sepaku dan Tour Plan Diskes Muhamad Rumadi, menjelaskan kasus DBD di wilayah Sepaku IKN lebih banyak para pekerja IKN dan terdampak bagi masyarakat lokal.

"Kalau selama ini kan memang rata-rata banyak pekerjaan dari IKN ya, karena sehubungan juga dengan pembangunan yang ada di IKN otomatis pekerja ini rata-rata banyak dari luar daerah.Jadi di daerah IKN itu memang banyak perusahaan-perusahaan dan proyek mereka berobat ke rumah sakit sepaku," ujarnya.

Dari presentase pasien DBD yang terawat pada RSUD Sepaku  terlihat pekerja IKN lebih banyak jika dibandingkan masyarakat lokal jauh lebih sedikit.

"Kalau kita hitung-hitung kemarin dia perbandingannya itu 76 persen banding 24 persen, yang 24 persen itu masyarakat wilayah setempat, yang 76 persen itu wilayah pekerja IKN nya. Artinya perusahaan atau pekerja yang ada di IKN," ucapnya.

Lebih lanjut Muhammad Rumadi menjelaskan dari data pasien yang ada di RSUD Sepaku pada tahun 2024 mengalami penurunan pada akhir bulan Oktober dan rata-rata yang terkena adalah para pekerja IKN yang di rawat di RSUD Sepaku dan relatif 3-5 hari dibutuhkan perawatan.

"Jadi yang ada disini 93 orang di bulan Oktober ini mereka yang datang ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatan. Nah kalu Dari bulan Januari itu memang ada itu 11 orang, terus di bulan februari ada 5, bulan Maret ada 1, dibulan April itu ada 5 lagi, bulan Mei itu ada 16 orang, terus bulan Juni itu terjadi peningkatan ada 40, di bulan Juli itu ada 111 orang.

Lalu bulan Agustus ini ada 170, bulan September 113 orang dan bulan Oktober ini 93 orang, jadi kalau kita lihat terjadi peningkatan itu di bulan Agustus ya, sekitar 170 orang yang terkena DBD, Namun di bulan Oktober ini terjadi penurunan dari sebelumnya 170 sekarang 93 kasus DBD, itu memang ada dari masyarakat juga ada dari pekerja yang ada di IKN," jelasnya.

Puluhan pekerja proyek di Ibu Kota Nusantara ( IKN ) berjibaku melawan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Mereka sebagian dirawat di RSUD Kecematan Sepaku, Penajam Paser Utara.
Puluhan pekerja proyek di Ibu Kota Nusantara ( IKN ) berjibaku melawan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Mereka sebagian dirawat di RSUD Kecematan Sepaku, Penajam Paser Utara. (Tribun Kaltim)

Pasien DBD yang datang ke RSUD Sepaku tersebut pun melakukan beberapa tahapan baik itu pengecekan kondisi suhu tubuh hingga pengecekan darah pada laboratorium.

"Kalau kita selama ini kita lihat dulu pasien nya, nanti dilakukan pemeriksaan laboratorium kalau keadaan positif ya misalnya dengan keadaan lemah ya kita rawat, kalu memang misalkan ada perlu penambahan darah atau gimana otomatis bisanya kita rujuk, tapi selam ini ya, kita tangani disini aja dirumah sakit ini," ujarnya.

"Biasanya diobat y, pertama yang masuk kalau dilihat hasilnya positif dengan laboratorium, ada alat pemeriksa juga yang namanya RTD Combo itu khusus untuk pemeriksaan DBD disitu ada ns one dan penunjang IGM dan IGG nya itu jadi ada fungsi yang satu itu apabila panasnya atau demamnya itu dibawah 4 hari dia akan terbaca di ns one, kalau lebih dari 4 hari yang IGM atau IGG itu akan terbaca positif  itu ada garis dua, kalau satu berarti negatif," sambungnya.

Muhamad Rumadi, menambahkan RSUD Sepaku itu belum memiliki fasilitas yang cukup atau masih banyak kekurangan namun pihak tetap akan memisahkan para pasien yang yang dikategori dapat menular.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved