Berita Samarinda Terkini

Polemik Desain Tugu Pesut Mahakam di Samarinda, Dosen dari Unmul Beri Analisis dalam Ilmu Semiotika

Kehadiran Tugu Pesut Mahakam di kawasan Simpang Empat Mall Lembuswana, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur

Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/SINTYA ALFATIKA
TUGU PESUT MAHAKAM - Rina Juwita, dosen prodi Ilmu Komunikasi yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan II Bidang Akademik FISIP Unmul turut membeberkan Tugu Pesut Mahakam di Simpang Empat Lembuswana Samarinda melalui kacamata semiotika. Menurutnya pula, simbol pada tugu tersebut dapt diartikan sebagai pesan konservasi Pesut Mahakam, meski makna tersebut tak muncul secara eksplisit dan cenderung membutuhkan konteks tambahan agar dapat dipahami oleh masyarakat. 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Kehadiran Tugu Pesut Mahakam di kawasan Simpang Empat Mall Lembuswana, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur terus memancing perhatian publik.

Ikon baru ini menarik berbagai tanggapan, mulai dari apresiasi hingga kritik terkait desainnya yang abstrak. 

Dosen Ilmu Komunikasi dari Universitas Mulawarman (Unmul), Rina Juwita, memberikan analisis mendalam mengenai tugu ini dari sudut pandang semiotika.

Rina, yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan II Bidang Akademik FISIP Unmul, menjelaskan bahwa Tugu Pesut Mahakam dapat dianalisis melalui dua pendekatan semiotika, yakni:

  • Teori Ferdinand de Saussure ;
  • dan teori Charles Sanders Peirce.

Dalam teori semiotika Saussure, hubungan antara penanda (signifier) dan petanda (signified) dibagi menjadi dua elemen utama dalam memahami sebuah simbol.

Baca juga: Ahli Tata Kota Sebut Tugu Pesut Samarinda Berhasil Jadi Landmark Baru Samarinda, Bukan Tanpa Alasan

Dari sisi signifier (penanda) pada Tugu Pesut, Rina menjelaskan bahwa bentuk visual dari tugu yang menyerupai huruf “O” dan warna merah.

Tentu secara visual memanfaatkan elemen estetika modern dan minimalis yang sekaligus merujuk pada tema identitas lokal.

Sedangkan dari sisi signified (petanda), arti tugu ini dapat dimaknai sebagai upaya menciptakan landmark baru yang merepresentasikan identitas Kota Samarinda

“Dalam konteks lokal, Pesut Mahakam adalah simbol khas Samarinda dan Kaltim, meskipun dalam desain ini, pesut tidak digambarkan secara literal,” ungkap Rina.

Selanjutnya, Rina memaparkan pendekatan Peirce yang mengacu pada ikon, indeks, dan simbol.

Baca juga: Habiskan Anggaran Rp 1,8 Miliar, Ini Konsep Tugu Pesut di Jembatan Mahakam IV Samarinda

Berdasarkan ikon, Rina mengatakan tidak ada representasi langsung dari Pesut Mahakam dalam bentuk konkret.

Namun, bentuk tugu yang melingkar dapat direpresentasikan dengan aliran Sungai Mahakam yang menjadi habitat pesut.

Jika dilihat berdasarkan indeks, maka indeksialitas dari tugu ini merujuk pada konteks geografis dan identitas Samarinda sebagai kota di tepi Sungai Mahakam.

Tugu juga menunjukkan arah perkembangan kota menuju modernisasi.

"Dengan mengintegrasikan simbol-simbol lokal dalam format yang lebih kontemporer,” papar Rina.

Baca juga: Walikota Samarinda Andi Harun Berlapang Dada Dikritik soal Tugu Pesut Mahakam

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved