Berita Kutim Terkini
Kunjungi Siswi Penderita HIV, Disdikbud Kutim Sebut Sekolah Tatap Muka Tunggu Rekomendasi Dokter
Kunjungi siswi penderita HIV, Disdikbud Kutim sebut sekolah tatap muka tunggu surat rekomendasi dokter.
Penulis: Ardiana | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Timur (Kutim), Mulyono, mengunjungi rumah siswi kelas 5 SD yang merupakan penderita HIV dan anemia aplastik di Muara Ancalong.
Ia membeberkan bahwa siswi tersebut tinggal menunggu surat rekomendasi dari dokter hematologi untuk bisa belajar tatap muka seperti biasa.
Untuk diketahui, pelajar tersebut dinyatakan positif HIV setelah menjalani transfusi darah ketiga karena penyakit anemia aplastik.
Tak ayal, hasil transfusi darah di salah satu rumah sakit di Samarinda tersebut mengejutkan keluarga.
Baca juga: KPA Kaltim Sebut HIV /AIDS tak Mudah Ditularkan
Bahkan, mereka sempat melakukan tes dua kali dan mendapatkan hasil negatif.
Sehingga, selama 3 tahun ia hanya belajar di rumah atau homeschooling sembari menjalankan perawatan medis.
"Tapi kondisi hari ini, melalui pernyataan orang tuanya, dia sudah jauh lebih baik. Bahkan sudah tidak lagi transfusi darah, sehingga dia dan orangtuanya menginginkan untuk kembali belajar tatap muka," ujarnya, Rabu (15/1/2025).
Ia juga membeberkan bahwa pihak sekolah menerima dengan tangan terbuka jika sang anak kembali ke sekolah.
Mulyono juga menegaskan, proses ini berjalan tanpa ada diskriminasi dan penolakan sebelumnya.
Homeschooling itu dilakukan atas keinginan orangtuanya agar sang anak tetap dalam kondisi baik di tengah imunitas tubuhnya yang semakin menurun akibat 2 penyakit yang diderita.
"Pihak sekolah juga menyambut dengan terbuka jika ada surat dari dokter. Tadi kita langsung pertemukan dan tidak ada penolakan, yang meminta anak ini belajar di rumah adalah orang tuanya. Cuma karena sudah membaik, orangtuanya minta anaknya belajar seperti biasa," ungkapnya.
Baca juga: DPRD Kutim Usulkan agar Calon Naker Test HIV/AIDS
Sementara itu, lanjutnya, kebijakan tersebut akan kembali didiskusikan setelah orangtua siswi tersebut mendapat surat rekomendasi dari dokter hematologi.
Meski begitu, setelah diperbolehkan untuk kembali ke sekolah, sang anak tetap harus didampingi oleh orang tua dan pengasuh sekolah.
"Ini kemauan orang tua dan anak, sepanjang secara medis dinyatakan layak dan bisa bersekolah tatap muka, kenapa tidak. Sebenarnya tidak ada treatment khusus. Tapi kemarin disampaikan di pihak sekolah ada semacam pengasuh, nanti orang tuanya juga tetap memantau di sekolah," pungkasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.