Paskah 2025

Kisah Sengsara Yesus Menurut Injil Yohanes, Teks Lengkap untuk Jumat Agung Paskah 2025

Selengkapnya kisah sengsara Yesus menurut Injil Yohanes yang bisa Anda baca.

Editor: Heriani AM
TRIBUNKALTIM.CO VIA CANVA
KISAH SENGSARA YESUS - Ilustrasi pastor memegang rosario yang diolah dari canva.com. Selengkapnya kisah sengsara Yesus menurut Injil Yohanes yang bisa Anda baca. (TRIBUNKALTIM.CO VIA CANVA) 

Meskipun demikian, banyak orang yang berusaha menghindari kematian. Oleh karena itu, konsekuensi yang harus dialami oleh Yesus sebagai manusia ialah menderita dan wafat.

Baca juga: 35 Ucapan Tri Suci Paskah 2025, Info Paskah, Jumat Agung dan Kamis Putih Memperingati Apa

Misteri Wafat dan Kebangkitan Yesus sebagai Jantung Warta Gembira

Bagi para pengikut-Nya, wafat Yesus merupakan suatu pukulan yang sangat besar. Padahal bagi mereka, Yesus dianggap sebagai nabi dan penyelamat. Mukjizat-mukjizat dan pewartaan yang dilakukan oleh Yesus semakin meyakinkan mereka bahwa Yesus memang benar-benar penyelamat yang akan membebaskan mereka dari penjajahan bangsa Romawi.

Namun nyatanya Yesus malah mati secara mengenaskan. Kematian-Nya sempat mengguncang harapan para pengikut-Nya. Bahkan mereka semakin putus asa ketika mendapati makam Yesus yang kosong. Mereka mengira jenazah Yesus telah dicuri orang.

Harapan para murid kembali muncul ketika Yesus menampakkan diri kepada mereka. Namun Tomas tidak percaya dengan apa yang dialami oleh murid-murid yang lain. Ia kemudian percaya setelah ia mengalami perjumpaan yang luar biasa dengan Yesus yang sudah bangkit itu. Peristiwa kebangkitan itulah yang menjadi dasar pewartaan kabar gembira bahwa semua orang yang percaya kepada-Nya akan mati bersama Dia dan bangkit bersama Dia.

1. Wafat Yesus sebagai karya penyelamatan Wafat Yesus merupakan karya penyelamatan Allah bagi manusia yang berdosa. Dalam hal ini dipakai kata “penyelamatan” dan bukan “keselamatan”. Kata “penyelamatan”
mengungkapkan bahwa manusia dibebaskan dari situasi kedosaan oleh Allah. Karena dosa yang dilakukan oleh manusia, relasi antara Allah dan manusia menjadi tidak harmonis sehingga manusia tidak mendapat perlindungan Allah.

Kemudian, Ia melepaskan manusia dari situasi kegelapan agar dapat bersatu kembali dengan Dia. Dalam hal ini Allah menjadi pemeran utama (bdk. Kol 1:3).

Sebaliknya, kata “keselamatan” Penyaliban Yesus merupakan suatu peristiwa yang mengejutkan dan kontroversial. Hukuman salib biasanya dijatuhkan pada para penjahat kelas kakap.

Namun, hukuman itu ternyata dijatuhkan juga kepada Yesus. Padahal, Yesus adalah orang baik. Ia selalu berkeliling untuk menyembuhkan orang sakit dan Allah menyertai-Nya (Kis 10:38). Maka, penyaliban Yesus merupakan penyaliban terhadap orang baik atau orang tak bersalah. Namun, apakah pemerintah Romawi menghukum mati orang yang tidak bersalah?

Ternyata, pemerintah Romawi menganggap Yesus sebagai pemberontak dan penjahat yang membahayakan keamanan dan ketertiban. Keberanian-Nya dalam mengusir orang yang berjual-beli di Bait Allah menimbulkan kehebohan. Tindakan ini menjadi salah satu alasan bahwa Yesus dapat membahayakan keamanan dan ketertiban.

Selain itu, banyak orang Yahudi yang membenci Yesus, khususnya orang-orang Farisi, Saduki, dan Ahli Taurat. Mereka menganggap bahwa Yesus memang harus dihukum mati karena Ia telah menghujat Allah (bdk. Mrk 14:64). Hukuman mati merupakan hukuman yang sesuai dengan penghujatan itu.

Meskipun orang Romawi dan Yahudi menganggap Yesus sebagai orang jahat, orang-orang Kristiani menganggap bahwa Yesus adalah orang yang benar. Wafat-Nya menjadi karya penyelamatan Allah bagi manusia yang berdosa. Kematian Yesus bukanlah suatu kesia-siaan atau kebodohan melainkan kekuatan Allah (bdk. 1Kor 1:18). Yesus wafat untuk menanggung segala dosa manusia agar manusia diselamatkan (Rm 5:9-10). Hal ini sesuai dengan apa yang disabdakan-
Nya, “

Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Mrk 10:45). Dengan pemahaman ini, Yesus tidak mati konyol. Kematian-Nya menjadi puncak pengabdian-Nya, karena Ia diutus untuk membawa kembali mereka yang diserahkan Bapa kepada-Nya (bdk. Yoh 18:9).

2. Kebangkitan Yesus mengejutkan para pengikut-Nya sebagaimana kematian-Nya yang mengejutkan. Waktu berkabung belum berakhir, mereka malah dihadapkan dengan hilangnya jenazah Yesus. Hal ini sempat membuat pengikut-nya menangis (bdk. Yoh 20:11).

Namun, Yesus menampakkan diri kepada para pengikut-Nya dan mengatakan bahwa Ia sudah bangkit. Kebangkitan-Nya bukanlah kebangkitan yang dapat mati lagi seperti Lazarus, pemuda dari Nain, dan anak perempuan Yairus. Setelah kebangkitan-Nya, Ia tidak akan mati lagi dan maut tidak berkuasa atas-Nya (Rm 6:9). Kebangkitan-Nya menjadi peristiwa sukacita. Peristiwa kebangkitan Yesus juga meneguhkan iman dan harapan para pengikut-Nya. “ Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia” (Rm 6:8). (*)

Artikel ini telah tayang di Pos-Kupang.com dengan judul Kisah Sengsara dan Wafat Yesus Berdasarkan Injil Yohanes, Nonton Filmnya.

Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved