Tribun Kaltim Hari Ini

Pertalite Rp 25 Ribu per Liter, Warga Apo Kayan Malinau Kaltara Tidak Pernah Nikmati BBM Satu Harga

Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi hingga saat ini hanya menjadi angan-angan bagi masyarakat perbatasan di Apo Kayan Kabupaten Malinau.

Penulis: Jino Prayudi Kartono | Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTARA.COM/DESI KARTIKA AYU NURYANA
BBM SATU HARGA – Akses menuju wilayah perbatasan masyarakat Apo Kayan Malinau Kaltara yang miris sebabkan disparitas harga BBM. Warga rindukan BBM satu harga.(TRIBUNKALTARA.COM/DESI KARTIKA AYU NURYANA) 

 TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR – Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi hingga saat ini hanya menjadi angan-angan bagi masyarakat perbatasan di Apo Kayan Kabupaten Malinau.

Sebab, harga BBM di daerah perbatasan khususnya wilayah Apo Kayan Kabupaten Malinau masih sangat tinggi. Bahkan untuk satu liter BBM jenis bensin maupun pertalite pernah mencapai harga tertinggi yakni Rp40 ribu.

Hal ini dikarenakan akses serta konektivitas menuju wilayah ini masih sangat sulit yakni menggunakan jalur udara.

Baca juga: Cerita Gubernur Kaltara Zainal Paliwang Dulang 2 Gram Emas di Sungai Mahak Malinau

Meskipun dapat ditempuh menggunakan jalur darat saat kondisi terang namun memerlukan kendaraan khusus serta waktu tempuh belasan jam, karena kondisi jalanan yang masih sangat miris untuk dilalui kendaraan.

Salah satu warga Apo Kayan Kecamatan Kayan Hulu, Rum Tingai menyebutkan bahwa program BBM satu harga sudah tidak pernah dinikmati oleh warga di perbatasan Malinau khususnya di beberapa Kecamatan di Apo Kayan Malinau.

Oleh karena itu, pihaknya meminta agar Pemerintah Provinsi (Pemprov) kembali memperjuangkan BBM subsidi atau BBM satu harga ini.

 “Dengan kehadiran para pejabat ke Apo Kayan ini kami ingin mengajukan kembali terkait dengan BBM satu harga. Kurang lebih beberapa tahun sudah tidak pernah dinikmati oleh masyarakat, mungkin awal-awal saja kami merasakan,” keluh Rum, Kamis (17/4).

Dia mengatakan untuk saat ini harga BBM jenis bensin maupun pertalite masih di harga Rp25.000 per liter. Sedangkan untuk BBM jenis solar Rp23 ribu per liter.
Hingga saat ini belum ada solusi konkret agar masyarakat dapat merasakan kembali BBM satu harga atau menikmati subsidi BBM.

“Kami pernah mendengar informasi kalau jatah solar itu seharusnya 15 ton dan bensin 12 ton per bulannya setiap kecamatan. Tapi itu tidak pernah disalurkan, jadi kami tidak pernah merasakan subsidi BBM,” ungkapnya.

Tidak hanya BBM jenis Solar dan Pertalite, untuk Liquefied petroleum gas (LPG) 3kg tidak pernah dirasakan oleh masyarakat Apo Kayan.

“Tidak pernah masuk itu yang gas warna hijau, kami pakai LPG 12kg harganya Rp600 ribu hingga Rp700 ribu,” sebutnya.

Rum mengatakan untuk BBM selama ini 70 persen masih didatangkan dari Malaysia dan 30 persennya dari Indonesia.

“Disini sudah ada SPBU sejak tahun 2018 tetapi tidak pernah ada stoknya. Kami sendiri juga tidak tahu kenapa,” katanya.

Dia bersama masyarakat lainnya sangat berharap agar Pemerintah segera memberikan solusi. Sebab BBM masih menjadi kebutuhan primer dalam pertanian maupun perikanan sebagai mata pencahariannya masyarakat. (*)
 

Sumber: Tribun kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved