Berita Nasional Terkini

Pendaftaran SPMB 2025: Anak Usia di Bawah 7 Tahun Bisa Masuk SD, Cek Kuota Jenjang Sekolah Dasar

Pendaftaran SPMB 2025: Anak usia di bawah 7 tahun bisa masuk SD, cek kuota jenjang Sekolah Dasar.

Grafis TribunKaltim.co via Canva
SPMB 2025 - Ilustrasi siswa SD yang diolah dari Canva premium, Minggu (2/2/2025). Pendaftaran SPMB 2025 akan diumumkan pada minggu pertama awal Mei 2025. Anak usia di bawah 7 tahun bisa masuk SD, cek kuota jenjang Sekolah Dasar. (Grafis TribunKaltim.co via Canva) 

TRIBUNKALTIM.CO - Pendaftaran SPMB 2025: Anak usia di bawah 7 tahun bisa masuk SD, cek kuota jenjang Sekolah Dasar.

Cek aturan baru SPMB 2025 pengganti PPDB tahun ini.

Seperti diketahui, pemerintah telah resmi mengganti sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) menjadi Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) di tahun 2025.

Pendaftaran SPMB 2025 akan diumumkan pada minggu pertama awal Mei 2025. 

Baca juga: SPMB 2025: Kuota dan Urutan Prioritas Calon Murid, Jalur Domisili Tetap Pakai Kartu Keluarga

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Gogot Suharwoto mengatakan, pengumuman itu akan dibuat melalui pengumuman resmi di sekolah dan media lainnya.

"Melalui papan pengumuman resmi satuan pendidikan media pengumuman resmi dinas pendidikan atau kementerian lainnya dan atau media masyarakat atau daring lainnya paling lama satu bulan sebelum pengumuman pendaftaran penerimaan murid baru jadi supaya ada waktu cukup untuk mendaftar," kata Gogot dikutip Minggu (27/4/2025). 

Pada SPMB 2025 bagi siswa baru jenjang SD, akan ada empat jalur yang dibuka. 

SPMB adalah pengganti dari Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang dipersiapkan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dengan sistem yang diperbarui.

Sebelum digelar serentak, orangtua yang ingin memasukkan anaknya ke jenjang SD tahun ini bisa mengecek apa persyaratan yang ada.

Tetapi usia berapa anak masuk SD? Persyaratan usia masuk SD di SPMB 2025 Persyaratan SPMB jenjang SD, diprioritaskan bagi anak-anak yang berusia 7 tahun.

Namun anak dengan usia di bawah 7 tahun apakah bisa mendaftar?

Sesuai aturan SPMB 2025, anak di bawah usia 7 tahun bisa daftar.

Usia minimal 6 tahun pada 1 Juli di tahun berjalan.  

Sementara siswa dengan usia 5,5 tahun pada 1 Juli di tahun berjalan (dengan syarat memiliki kecerdasan, bakat, istimewa dan kesiapan psikis).

Baca juga: Balikpapan Siap Terapkan SPMB Sistem Penerimaan Murid Baru, Kuota Jalur Prestasi Diperbesar

Kuota SPMB jenjang SD 

Domisili minimal 70 persen

Afirmasi minimal 15 persen

Prestasi tidak ada

Mutasi maksimal 5 persen

7 cara mengecek anak siap masuk SD

Dilansir dari Seri Bacaan Orang Tua tentang Kesiapan Anak Masuk Sekolah yang diterbitkan Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2011, anak yang mampu calistung bukanlah tanda utama sudah siap masuk SD.

"Sejauh ini kebanyakan orangtua hanya menganggap, untuk masuk SD, anak sudah harus berusia 7 tahun serta sudah harus bisa membaca, menulis, dan berhitung. Oleh karena itu, banyak orangtua menyiapkan anaknya ke arah kemampuan-kemampuan tersebut," bunyi isi dari buku tersebut yang dikutip pada Minggu, (27/4/2025).

Padahal banyak kemampuan lainnya yang juga perlu diasah agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal.

Orangtua bisa cek dari tujuh tanda ini apakah anak memang siap masuk SD:

1. Dari perkembangan fisik:

  • Anak dapat meniti di atas titian. Kalau berjalan di titian, ia tidak jatuh karena sudah lebih bisa mengontrol keseimbangan dirinya.
  • Anak dapat memegang alat tulis dengan benar. Contohnya saat ia menulis atau menggambar sesuatu. Perhatikan tahapan bagaimana anak memegang alat tulis.
  • Anak bisa memusatkan pandangannya pada benda-benda kecil. Itulah sebabnya anak dapat mengoordinasikan mata dan tangannya. Misal, anak bisa mengancingkan baju sendiri, menyusun balok-balok,atau memasukkan balok sesuai dengan bentuknya. 

2. Saat menggambar, orangtua bisa memperhatikan apakah anak dapat membuat coretan-coretan yang lebih bermakna.

Gambaran yang tadinya hanya garis-garis tidak beraturan sudah dapat dibuat dalam bentuk tertentu. Seperti orang, rumah, mobil, roda, bunga, dan lainnya. 

3. Anak yang mulai mandiri dan tidak Ketergantungan pada ibu-ayah atau orang dewasa lain mulai berkurang.

Anak mulai mandiri dan menunjukkan rasa tanggung jawabnya.

Contoh, anak bisa makan sendiri, habis bermain membereskan mainan sendiri, dan bisa mandi sendiri meskipun belum bersih betul.

4. Anak sangat menyukai kegiatan yang dipilih sendiri dan ia sangat menikmatinya. 

5. Anak mulai bisa lebih berkonsentrasi dan memusatkan perhatiannya pada suatu hal. Itulah sebabnya dalam mengerjakan sesuatu anak terlihat lebih tekun.

6. Anak dapat berbagi dan bermain bersama-sama dengan temannya. Contoh, waktu bermain balok-balok, anak bisa bermain bersama-sama dengan temannya membangun sesuatu.

7. Anak senang berbicara dan pertanyaan yang ditanyakan anak juga sudah lebih rumit.

Pertanyaan yang diajukan tidak lagi menggunakan kata tanya “apa”, tetapi sudah berkembang menjadi “mengapa”.

Contoh, “Ayah, mengapa ayam kalau dari jauh menjadi kecil?” Anak juga cepat tanggap jika ada hal-hal yang bertentangan dengan apa yang sudah ibu-ayah ucapkan,

“Kata Ibu, sebelum makan harus cuci tangan dulu, tapi kok Ayah boleh makan padahal belum cuci tangan?” (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com 

Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved