Berita Nasional Terkini
Kata Pengamat Soal Program Pembinaan Militer Dedi Mulyadi: Berisiko Bagi Psikologis Anak
Begini kata pengamat mengenai program pembinaan militer yang diusung Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi bagi siswa-siswa bermasalah.
TRIBUNKALTIM.CO - Begini kata pengamat mengenai program pembinaan militer yang diusung Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi bagi siswa-siswa bermasalah.
Terhitung sudah dua hari sejak program pendidikan di barak militer Kabupaten Purwakata terlaksana pada Jumat (2/5/2025).
Pemerintah Jabar mulai menerapkan rencana Dedi Mulyadi terhadap anak-anak 'nakal' dengan mengirimkan sebanyak 39 siswa bermasalah ke Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Artileri Medan 9 TNI AD.
Melansir dari Kompas.com, diketahui bahwa anak-anak ini nantinya akan dididik selama 14 hari dan menjalani pembinaan karakter oleh TNI serta mengikuti tes kesehatan dan psikologi.
Belum juga terlaksana setengah jalan, Bupati Purwakata, Saepul Bahri Binzein mengungkapkan bahwa terdapat seorang anak yang kabur dari pembinaan tersebut.
Baca juga: Terungkap Sumber Biaya untuk Kirim Siswa ke Barak Militer, Dedi Mulyadi: Yang Penting Jalan Dulu
Seharusnya, kata Saepul, terdapat 40 anak yang mengikuti program pendidikan militer tersebut.
"Awalnya kita mau 40 (siswa). Tapi yang satu orang tuanya datang, tetapi siswanya tidak datang. Malah lagi dicari sama orang tuanya. Jadi yang kita terima 39 (siswa)," ungkap pria yang akrab disapa Zein ini, Kamis (2/4/2025).
Ia juga menambahkan, anak-anak yang mengikuti pendidikan tersebut merupakan mereka yang terlibat dalam kenakalan remaja.
Seperti tawuran, penggunaan narkoba hingga sering bolos sekolah.
Kata Psikolog dan Pengamat Soal Pendidikan Militer Dedi Mulyadi
Mengenai satu orang siswa yang kabur, rupanya beberapa pengamat telah mengungkapkan ketidaksetujuan mereka terhadap program ini.
Pendapat pertama datang dari Psikolog Anak, Remaja dan Keluarga, Farras Afiefah Muhdiar yang menjelaskan bahwa akar "kenakalan" remaja perlu untuk dicari tahu terlebih dahulu.
Menurutnya, pemberian label "nakal" dan hukuman perlu dilakukan setelah mengetahui apa penyebab di balik perilaku anak tersebut.
"Definisi nakal sangat subyektif. Menurut saya, penggunaan istilah ‘nakal’ bukan istilah yang konstruktif, kalau di psikologi bisa disebut perilaku maladaptif," jelas Farras seperti dikutip dari Kompas.com, Kamis (1/5/2025).
Baca juga: 39 Siswa di Jawa Barat Masuk Barak, Dedi Mulyadi: Sekarang yang Agak Ganas-ganas Itu Usia SMP
Kata Farras, setidaknya terdapat 4 penyebab kenakalan pada remaja.
Penyebab pertama tak lain karena meniru atau dipengaruhi oleh teman sebaya. Hal ini menyebabkan anak merasa bahwa perilaku negatif bersifat "keren".
Selanjutnya adalah luka emosional atau trauma yang ditimbulkan dari hubungan terdekat seperti keluarga.
Ia menyebut bahwa anak-anak dengan latar seperti ini dapat melakukan kenakalan untuk mencari validasi atau pengakuan dari pihak luar.
Anak-anak yang melakukan kenalakan pun juga bisa disebabkan oleh pemahaman yang kurang mengenai aturan yang dilanggar.
Farras menyebut, keadaan ini dapat membuat anak mengikuti apa yang dilakukan orang lain tanpa benar-benar mengetahui jika perbuatan tersebut salah.
Terakhir, beberapa anak yang melakukan kenakalan kemungkinan memiliki masalah psikologis yang serius sehingga memerlukan penanganan klinis.
Bagi Farras, pendekatan militeristik tidak mengungkap penyebab dari perilaku maladaptif pada anak.
Program ini justru menjadi kontra-produktif serta memperburuk kondisi psikologi anak.
Hal ini senada dengan pendapat pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi.
Menurutnya, pembinaan anak yang dilakukan di barak militer sangat berisiko bagi psikologis.
Fahmi menegaskan, yang dibutuhkan siswa bukanlah pendekatan koersif, melainkan disesuaikan dengan masalah masing-masing anak.
"Yang dibutuhkan siswa bukan barak, tapi ruang belajar yang memulihkan. Kalau yang bermasalah adalah sikap, maka pendekatannya harus bersifat pedagogis dan reflektif, bukan koersif,” tegas Fahmi, Rabu (30/4/2025).
Baca juga: Siswa Terlibat Tawuran hingga Narkoba Jalani Pendidikan Militer, Dedi Mulyadi Hadiri Pembekalan
Ia menilai bahwa kenakalan remaja dapat ditangani dengan pendekatan sipil yang berbasis pendampingan, bukan penertiban.
Pendisiplinan anak-anak, kata Fahmi, memang merupakan hal yang penting untuk membentuk karakter anak.
Namun, pendisiplinan yang sebenarnya adalah yang lahir dari kesadaran dan bukannya ketakutan. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "1 Siswa Kabur Saat Dikirim ke Barak TNI, Pengamat: Berisiko untuk Psikologis Anak"
Terjawab Demo DPR Karena Apa, Penyebab Demo 25 Agustus 2025 di Jakarta dan Situasi Terkini Hari Ini |
![]() |
---|
4 Fakta Tewasnya Ojol Affan Kurniawan, Pengakuan Brimob: Nyawa Terancam hingga Klaim Alami Kendala |
![]() |
---|
Kini Duduk Manis di Komisi I, tapi Mengapa Ahmad Sahroni Teken Surat Pencopotannya Sendiri? |
![]() |
---|
Polres Metro Jaktim di Jatinegara Dibakar Massa, Puluhan Mobil dan Motor Hangus |
![]() |
---|
Joget Anggota DPR Viral dan Buat Situasi Memanas, Uya Kuya Kini Beri Klarifikasi dan Minta Maaf |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.