Berita Nasional Terkini
Prabowo dan Try Sutrisno Duduk Bersebelahan, Presiden Tidak Singgung soal Usulan Pemakzulan Gibran
Prabowo dan Try Sutrisno duduk bersebelahan di acara halal bihalal, Presiden tidak singgung soal usulan pemakzulan Gibran Rakabuming Raka.
TRIBUNKALTIM.CO - Presiden Prabowo Subianto dan Try Sutrisno duduk bersebelahan di acara halal bihalal, Presiden tidak singgung soal usulan pemakzulan Gibran Rakabuming Raka.
Usulan Forum Purnawirawan Prajurit TNI soal pemakzulan Gibran masih jadi bola panas.
Banyak yang angkat bicara soal usulan pemakzulan Gibran tersebut.
Di tengah usulan tersebut, Presiden Prabowo Subianto bertemu dengan Try Sutrisno di acara halal bihalal.
Try Sutrisno adalah salah seorang purnawirawan yang turut menandatangani usulan pemakzulan Gibran.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani, Ray Rangkuti, menanggapi sikap Presiden RI Prabowo Subianto yang duduk berdekatan dengan Wakil Presiden RI ke-6 Try Sutrisno di tengah ramainya usulan pemakzulan Gibran Rakabuming Raka dari kursi Wakil Presiden RI.
Baca juga: Reaksi Luhut soal Tuntutan Purnawirawan TNI Desak Pemakzulan Gibran: Jangan Tinggal di Indonesia!
Diketahui, Prabowo duduk semeja dengan Try Sutrisno dalam acara Halal Bihalal Purnawirawan TNI AD di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (6/5/2025).
Menurut Ray Rangkuti, posisi duduk Prabowo dan Try Sutrisno merupakan bentuk silaturahmi.
Ray juga menyoroti, kemungkinan suasana akan berbeda jika Gibran Rakabuming Raka turut hadir dalam acara tersebut.
"Formalnya sih silaturahmi ya," kata Ray dalam tayangan KompasTV, Selasa (6/5/2025) hari ini.
"Tetapi, tentu mungkin banyak peristiwa yang terjadi di dalamnya. Kalau saya membayangkan, misalnya ada wapres di situ, mungkin suasananya juga agak beda," tambahnya.
Namun, faktanya Gibran tidak diajak Prabowo dalam acara Halal Bihalal Purnawirawan TNI AD tersebut.
Prabowo juga sama sekali tidak menyinggung soal tuntutan para purnawirawan TNI.
Sehingga menurut Ray, hal tersebut dapat menjadi pertanda bahwa Prabowo masih belum menerima atau menolak secara pasti usulan pemakzulan Gibran.
"Tapi kenyataannya kan ada Pak Try Sutrisno duduk di samping Pak Prabowo. Dan Pak Prabowo sama sekali tidak menyinggung soal tuntutan dari para purnawirawan ABRI. Lagi-lagi seperti kemarin, entah beliau mau menerima atau menolak gitu, posisinya masih 50-50," papar Ray.
Padahal, menurut Ray Rangkuti, Prabowo Subianto masih dapat menyampaikan dirinya tidak berkenan dengan poin kedelapan berupa pemakzulan wakil presiden dalam deklarasi Forum Purnawirawan TNI.
"Sebetulnya kalau Pak Presiden tidak berkenan dengan usulan dari para purnawirawan ini, beliau bisa menyampaikannya dengan bahasa yang halus," kata Ray.
"Misalnya, menyatakan bahwa mohon maaf untuk sementara ini fokus kita adalah membangun ekonomi. Yang politik-politik nantilah setelah ekonomi kita ini mungkin jauh lebih baik," lanjutnya.
Selain itu, Prabowo juga tidak memberi penekanan soal penolakan usulan dicopotnya Gibran Rakabuming Raka.
Sebab, kepala negara hanya berpidato soal semangat WNI, semangat prajurit, didikan para senior, dan sebagainya.
Selanjutnya, Ray Rangkuti menyebut bahwa posisi duduk Prabowo dan Try Sutrisno ini dapat menyiratkan status senior dan junior.
"Dudukan antara Pak Prabowo dengan Pak Try Sutrisno yang bersamping-sampingan itu bisa dimaknai sebagai senior junior," jelas Ray Rangkuti.
Posisi duduk yang berdampingan dengan Try Sutrisno, kata Ray, juga seolah menjadi setting atau pengaturan untuk tidak memperlihatkan penolakan Prabowo terhadap usulan pemakzulan Gibran.
"Posisinya Pak Prabowo ini masih 50-50. Sebab, kalau misalnya secara politik itu ada keinginan untuk menolak permintaan para purnawirawan itu, mungkin akan ada settingan-nya bagaimana agar kelihatan Pak Prabowo tidak berdampingan langsung dengan Pak Try Sutrisno gitu," paparnya.
Reaksi Rocky Gerung
Akademisi sekaligus ahli filsafat Rocky Gerung menyoroti pernyataan Ketua Dewan Ekonomi Nasional RI Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut usulan pemakzulan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka kampungan.
Sebagai informasi, purnawirawan TNI Luhut Binsar Pandjaitan menilai, pihak-pihak yang mendesak Gibran untuk dicopot, kampungan.
“Ah itu apasih. Kita itu harus kompak, gitu aja sekarang. Ini keadaan dunia begini, ribut-ribut begitu kan kampungan itu,” kata Luhut di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (5/5/2025).
“Kita harus fokus bagaimana mendukung pemerintahan dengan baik,” imbuhnya.
Sebelumnya, sejumlah purnawirawan perwira tinggi TNI telah menyatakan untuk mendesak agar Gibran dicopot dari jabatannya sebagai Wapres RI.
Baca juga: Prabowo Bantah Jadi Boneka Jokowi, Singgung Polemik Ijazah Palsu di Depan Gibran
Desakan itu menjadi satu dari delapan poin yang tertuang dalam deklarasi forum purnawirawan TNI.
Poin pemakzulan Gibran berbunyi sebagai berikut:
"Mengusulkan pergantian Wakil Presiden kepada MPR karena keputusan MK terhadap Pasal 169 Huruf Q Undang-Undang Pemilu telah melanggar hukum acara MK dan Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman."
Yang menjadi sorotan, Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno turut menandatangani deklarasi tersebut.
Adapun purnawirawan lain yang ikut teken di antaranya adalah Dankormar Letjen TNI (Purn) Suharto, mantan KSAL Laksamana TNI (Purn) Slamet Subianto, hingga mantan KSAU Marsekal TNI (Purn) Hanafi Asnan.
Rocky Gerung: Justru Terbaca Ada Keretakan
Menurut Rocky Gerung, tidak dipungkiri usulan pemakzulan ini mencerminkan adanya keretakan di antara para purnawirawan TNI.
Utamanya, Luhut memilih untuk mengkritisi usulan pemakzulan Gibran karena dirinya saat ini menjadi bagian dari pemerintah.
Namun, karena usulan pemakzulan itu bersifat konstitusional, hendaknya usulan tersebut tetap dibiarkan untuk berkembang.
Hal ini dia sampaikan dalam video yang diunggah di kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Selasa (6/5/2025).
"Terbaca ada keretakan di kalangan kepurnawiran TNI itu. Sebagian mendorong pemakzulan, sebagian bersifat netral, sebagian justru menganggap bahwa pemakzulan itu semacam kebablasan itu. Pak Luhut mengambil posisi itu karena beliau ada di pihak pemerintah," kata Rocky.
Selain itu, Rocky Gerung menilai bahwa istilah 'kampungan' yang dilontarkan Luhut mengenai usulan pemakzulan Gibran ini adalah kebiasaannya.
Baca juga: Luhut Pandjaitan Sebut Usulan Pemakzulan Gibran Kampungan, Rocky Gerung: Sudah Biasa Kita Dengar Itu
"Tetapi juga kita bisa pahami kenapa Pak Luhut mengatakan bahwa pemakzulan itu Kampungan. Ya biasa itu, dan kita mengerti istilah kampungan yang memang diucapkan dalam standar komentar dari Pak Luhut yang sudah biasa kita dengar itu, sebagai ungkapan anak Jakarta juga sebetulnya. 'Ah, kampungan lu,'' paparnya.
Kemudian, Rocky menilai, dinamika politik saat ini, utamanya terkait perbedaan sikap pada posisi Gibran sebagai Wapres RI, dibaca dari perspektif pemerintah dan oposisi.
Namun, ia menggarisbawahi agar keretakan para elite tidak berdampak kepada masyarakat demi menjaga demokrasi.
"Jadi kita mau coba membaca dinamika politik ini dari perspektif pemerintah maupun perspektif oposisi. Gampangnya begitu," ujar Rocky.
"Nah yang paling penting jangan keretakan elit ini merembes ke masyarakat. Karena kita lagi berupaya untuk merapikan demokrasi supaya kalau ada goncangan di dalam politik kita sama-sama paham bahwa kita mesti jangan rusak lembaga-lembaga demokrasi," tandasnya.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Prabowo Duduk Dekat Try Sutrisno di Halal Bihalal, Ray Rangkuti: Masih 50-50 Soal Pemakzulan Gibran dan Usulan Pemakzulan Wapres RI Gibran Disebut Kampungan, Rocky Gerung: Ada Keretakan Purnawirawan TNI
Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.