Berita Samarinda Terkini

Sampah Plastik Ancam Ekologi Samarinda, Wali Kota Andi Harun Tekankan Perubahan Budaya Masyarakat

Andi Harun menekankan bahwa upaya penanganan sampah tak boleh bersifat simbolik atau sesaat

TRIBUNKALTIM.CO/SINTYA ALFATIKA SARI
PERUBAHAN BUDAYA MASYARAKAT - Wali Kota Samarinda, Andi Harun, memberikan penjelasan tegas tentang ancaman polusi plastik dan pentingnya perubahan budaya masyarakat dalam menjaga keseimbangan lingkungan. (5/6). (TRIBUNKALTIM.CO/SINTYA ALFATIKA SARI) 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Ancaman krisis ekologi akibat sampah plastik tidak lagi menjadi isu global semata, melainkan telah hadir nyata di tengah kehidupan masyarakat kota Samarinda.

Ketidakseimbangan alam, mulai dari bencana banjir, kebakaran, hingga degradasi lahan pertanian, menurut Wali Kota Samarinda Andi Harun, merupakan konsekuensi dari rendahnya kesadaran kolektif terhadap kebersihan lingkungan dan minimnya perubahan budaya hidup.

“Hari ini Hari Lingkungan Hidup 5 Juni, kita mengambil peran penting dalam kegiatan memungut sampah, bersih-bersih lingkungan, khususnya sampah plastik,” ujar Andi Harun.

Namun, dalam giat aksi bersih-bersih di GOR Segiri yang melibatkan Forkopimda dan elemen masyarakat tersebut (5/6), Andi Harun menekankan bahwa upaya penanganan sampah tak boleh bersifat simbolik atau sesaat.

“Kalau kepeduliannya hanya sampai pada hari ini maka besok tidak akan tumbuh lagi,” ujarnya.

Baca juga: Wakil Walikota Samarinda Panen Raya Jagung di Palaran

Pernyataan itu bukan tanpa dasar. Berbagai tanda-tanda kehancuran ekosistem, menurutnya, sudah mengelilingi kehidupan warga Samarinda.

Ia menyoroti dampak panjang dari plastik yang membutuhkan ratusan tahun untuk terurai, serta kontribusinya dalam merusak keseimbangan lingkungan hidup.

“Tanda-tanda ketidakseimbangan ekologi itu sudah banyak sekali di sekitar kita. Bencana kebakaran, banjir, tanah longsor, kemudian produktivitas tanah pertanian menjadi tidak seimbang unsur haranya gara-gara salah satunya adalah sampah plastik,” tegasnya.

Ia mengingatkan, semua persoalan lingkungan bermula dari hulu, yakni perilaku manusia. Dalam konteks ini, Andi Harun menekankan pentingnya transisi budaya dalam kehidupan masyarakat.

Baginya, alat dan kebijakan canggih sekali pun tak akan memberi dampak berarti jika masyarakat tetap abai.

Baca juga: Peringati Hari Lingkungan Hidup, Andi Harun Ajak Warga Samarinda Diet Plastik Mulai dari Hal Kecil

“Semua persoalan soal kebersihan lingkungan dan keseimbangan alam, semuanya muaranya di hulu. Secanggih apa pun alat pengelolaan sampah kita, tanpa kesadaran masyarakat dan kita bersama yang kurang, justru tidak akan selesai,” katanya.

Persoalan banjir yang hingga kini masih menjadi tantangan besar di Samarinda juga ditautkan dengan pola hidup masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan.

“Banjir, kita sudah punya program, sudah melakukan berbagai macam kegiatan. Tapi kalau kebiasaan sampah masih penuh setiap hari, maka kita membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa membuat lingkungan kita jadi sehat dan bersih. Kalaupun ada yang kita pakai (plastik), harus kita pisahkan supaya Samarinda suatu waktu jadi bersih,” jelasnya.

Kritik tajam juga diarahkan kepada pelaksanaan kebijakan yang belum maksimal. Andi Harun menyebut implementasi Perwali Nomor 1 Tahun 2019 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik sebagai contoh lemahnya pelaksanaan aturan lingkungan di lapangan.

“Kita harus jujur mengakui. Peraturan kita sudah banyak, tidak kurang-kurang. Persoalan di Indonesia pada umumnya termasuk Samarinda, bukan aturannya yang kurang bahkan aturannya sudah berlebihan. Tapi implementasi kita semua,” tegasnya.

Baca juga: Tingkatkan Keamanan, SPJM Lakukan Pengukuran Muatan Lewat Sensor AI di Jembatan Mahakam Samarinda

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved