Berita Nunukan Terkini
Fakta-fakta Perjuangan Farah, Bocah Nunukan dengan 3 Penyakit Langka Sejak Lahir
Perjuangan bocah Nunukan bernama Farah, menjalani hidup yang luar biasa berat untuk seusianya.
Namun setelah lahir, dokter juga menemukan lubang di punggungnya tanda bahwa Farah juga mengidap spina bifida. Penumpukan cairan di otaknya juga semakin parah, membuatnya harus segera dioperasi.
"Usia 28 hari langsung dirujuk dari RSUD Nunukan ke Balikpapan. Di sana dipasang selang dari kepala ke perut untuk mengalirkan cairan ke urine. Kalau tidak dipasang, kepalanya makin besar dan jidatnya dulu sempat menonjol," ucap Rosmaria.
Kini kepala Farah sedikit membaik dari sebelumnya, namun upaya penyembuhan Farah masih jauh dari kata selesai. Rencana kontrol ulang dan operasi bibir sumbing tertunda karena biaya.
4. Orang Tua Kehilangan Pekerjaan dan Tempat Tinggal
Rosmaria dan suaminya kini tinggal di rumah kontrakan dengan biaya sewa Rp500 ribu per bulan, bersama ketiga anaknya.
Sebelumnya, mereka tinggal di barak yang merupakan aset Pemerintah Kabupaten Nunukan, karena suaminya bekerja sebagai Satpam di Kantor DPRD.
Namun setelah ia diberhentikan dua tahun lalu, dan mereka hendak membawa Farah berobat ke Balikpapan, keluarga ini harus angkat kaki dari rumah tersebut.
"Biaya retribusi saat di rumah barak itu Rp50 ribu per bulan. Kami tinggalkan rumah itu, tapi minta ganti rugi biaya renovasi kepada penghuni rumah yang sekarang sebesar Rp6 juta. Kami juga jual motor buat biaya transportasi dan hidup di Balikpapan," ujarnya.
Di Balikpapan, mereka tinggal selama empat bulan tanpa sanak saudara. Biaya hidup selama di sana mencapai Rp20 juta.
Untungnya, operasi Farah dicover BPJS Kesehatan. Bahkan seorang dokter membantu menalangi kekurangan biaya Rp2 juta karena iba melihat perjuangan mereka.
5. Penghasilan Harian Orang Tua Sangat Terbatas
Dengan berat badan hanya 7 kilogram, Farah juga kekurangan zat besi. Karena itu, Rosmaria memilih membeli obat sendiri di apotek ketimbang harus antre di RSUD.
"Makan juga tidak dikasih makanan kemasan. Hanya nasi dan sayur," ungkapnya.
Rosmaria bekerja mabetang rumput laut dengan penghasilan harian paling besar Rp70 ribu.
Sementara sang suami ikut orang memukat rumput laut dengan penghasilan paling besar Rp120 ribu per hari. Namun penghasilan itu belum cukup untuk biaya kontrol ulang, operasi bibir, serta kemungkinan penggantian selang medis.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.