Berita Nasional Terkini
4 Kritik pada Fadli Zon Usai sebut tak Ada Perkosaan Massal 1998, Bambang Pacul: Jangan Sok Benar
Daftar 4 kritik pada Fadli Zon usai sebut tak ada perkosaan massal Mei 98. Bambang Pacul mengatakan, "Jangan sok benar."
TRIBUNKAlTIM.CO - Usai pernyataannya yang menyebut tidak ada perkosaan massal Mei 1998, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menuai kritikan.
Sejumlah tokoh dan lembaga swadaya masyarakat menyampaikan kritiknya atas pernyataan Menbud Fadli Zon yang mengatakan tidak ada perkosaan massal Mei 98 di salah satu televisi swasta.
Salah satu kritik pada Fadli Zon yang menyebut perkosaan massal Mei 98 datang dari Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul, Wakil Ketua MPR yang mengatakan jangan sok benar.
Selain kritikan yang dilayangkan pada Fadli Zon, banyak pihak juga menuntut permintaan maaf Menteri Kebudayaan lantaran menyebut perkosaan massal Mei 98 hanya rumor.
Baca juga: Respons Fadli Zon Usai Dikecam Soal Kasus Pemerkosaan 1998, Jangan Sampai Permalukan Nama Bangsa
Berikut ini daftar kritik pada Fadli Zon buntut pernyataannya tak ada pemerkosaan massal Mei 98:
Bambang Pacul: Jangan Sok Benar
Wakil Ketua MPR sekaligus Ketua DPP PDI-P Bambang Wuryanto meminta Menteri Kebudayaan Fadli Zon tidak merasa benar sendiri, usai menyebut tidak ada bukti peristiwa pemerkosaan massal dalam kerusuhan Mei 1998.
Pria yang akrab disapa Bambang Pacul menilai pernyataan Fadli Zon sarat subjektivitas.
Sebab, dalam menuliskan ataupun menafsirkan sejarah tidak akan terlepas dari sudut pandang pribadi.
“Subjektivitas akan mempengaruhi. Ini yang disadari. Jangan kemudian sok bener-beneran, enggak bisa, ya. Begitulah logika dunia wilayah timur, dunia wilayah timur, ada rasa...
Artinya soal rasa sangat amat penting di wilayah dunia timur. Jadi jangan sok bener sendiri, oke,” kata Pacul dalam konferensi pers di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/6/2025).
"Soal penulisan sejarah ini, kan subjektivitas pasti ikut campur. 100 persen ikut campur subjektivitas, kan begitu.
Jadi siapapun yang akan menulis pasti akan ada pro kontranya," imbuhnya.
Bambang Pacul pun mengingatkan agar siapa pun tidak merasa paling benar dalam melihat sejarah.
Terlebih, dalam konteks budaya masyarakat Indonesia yang masih sangat mengedepankan perasaan atau rasa.
Bambang pun berpandangan bahwa pernyataan Fadli layak dibandingkan dengan fakta yang pernah diungkap secara resmi, termasuk lewat pernyataan Presiden RI saat itu, yakni BJ Habibie.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.