Berita Balikpapan Terkini
Profil Dokter Gigi drg Theresia Anggita, Khawatir Warga Balikpapan Tidak Cek Rutin Kesehatan
Menekuni profesi dokter gigi di Balikpapan, Kalimantan Timur banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi, terutama dalam menghadapi pasien.
Penulis: Ilo | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Menekuni profesi dokter gigi banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi, terutama dalam menghadapi pasien. Satu hal yang tidak boleh ditinggalkan ialah sikap pantang menyerah dan tekun belajar.
Inilah kesan yang diungkapkan oleh dokter gigi dari Rumah Sakit Pertamina Balikpapan, drg Theresia Anggita Oktavianti, M.K.M saat bersua dengan TribunKaltim.co di ruang redaksi Tribun Kaltim, Jalan Indrakila, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (24/6/2025) pagi.
Bagi drg Theresia, mengambil profesi dokter bukan tanpa alasan. Sejak kecil memang sudah bercita-cita ingin menjadi dokter.
Saat kecil kala itu mau jadi dokter tetapi kemudian dalan perjalanan menuju dewasa, berjodoh dengan ilmu kedokteran gigi.
Baca juga: Dental Specialist Balikpapan Kenalkan Kesehatan Gigi Anak Usia Dini Lewat Field Trip
"Orangtua saya bukan dokter, saya dapat pengaruh karena pernah lihat jadi dokter anak itu asyik ya. Pernah sakit dibawa ke dokter anak, eh kok ingin juga jadi dokter," tutur drg Theresia.
Saat lulus SMA Kolese Loyola Semarang, drg Theresia langsung berpikir untuk mengambil kuliah jurusan kedokteran.
Dan hasilnya, melalui tekad niat kuat dan tekun belajar, menghantarkan drg Theresia kepada Kedokteran Gigi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
"Orangtua mendukung. Saya mengambil sendiri kedokteran, memang sudah suka, cita-cita dari kecil," tutur perempuan yang punya hobi membaca ini.
Lantaran ilmu yang ditekuni memang dari keinginan yang mendalam, tidak membuat drg Theresia bermalas-malasan, semua pelajaran di kampus dipahami dan benar-benar diserap secara baik. Tidak merasa ada beban, seakan hiburan yang menyenangkan.
Bagi drg Theresia, sesuatu tindakan bila memang sudah disukai, pastinya tidak dianggap sebagai beban, sebaliknya menjadi hal yang menggembirakan untuk dilakukan.
Baca juga: Ribuan Siswa di Kutim Ikut Pelatihan Kader Kader Kesehatan Gigi dan Mulut
"Habis lulus dari UGM, saya masih semangat untuk belajar. Lulus kuliah, belajar lagi, mengambil sekolah profesi dua tahun," tutur wanita kelahiran Semarang, Jawa Tengah ini.
Singkat cerita, begitu memasuki tahun 2021, dirinya harus mengikuti sang suami ke Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur. Suami bekerja sebagai dokter juga di RSUD Beriman Balikpapan.
Menurutnya, Balikpapan kota yang asyik. Tempat yang nyaman dan aman. Namun drg Theresia.
Karena itu bagi kaula muda-mudi di Balikpapan yang memang ingin tekuni profesi dokter gigi tentu perlu syarat mutlak agar bisa berhasil menjadi kaum profesional kesehatan gigi.
Syarat yang dimaksud tekun belajar dan siap menerima risiko yang akan dijalani. "Harus suka banyak membaca," kata drg Theresia.
Saat praktek kedokteran pastinya akan temukan kendala-kendala, terutama berhadapan dengan pasien yang memang dalam kondisi sakit.
Baca juga: 5 Khasiat Daun Sirih Bagi Kesehatan Tubuh, Bisa Meningkatkan Kesehatan Gigi dan Mulut
Harus siap mental, menerima apapun kondisinya, harus dibiasakan dan niat yang mendalam. Mungkin pada awalnya akan gagap, tetapi pada kelanjutannya akan terbiasa.
"Semua dokter pastinya akan menghadapi pasien yang mungkin bagi sebagian besar orang akan menjauh, kita profesi dokter harus dekat apapun kondisi pasien," kata drg Theresia yang telah memiliki dua anak.

Warga Balikpapan Kurang Peduli Gigi
Bagi sebagian besar masyarakat di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, untuk urusan pemeriksaan rutin gigi dianggap nomor dua, selalu abai. Padahal, kesehatan gigi itu bagian primer yang harus dipenuhi setiap orang.
Menurut drg Theresia, sebaiknya pemeriksaan rutin kesehatan gigi dilakukan setiap enam bulan sekali. Gigi harus dalam keadaan sehat untuk kenyamanan tubuh.
Hal yang paling terparah saat gigi mengalami kerusakan akan berpengaruh pada syaraf-syaraf yang lain, di antaranya pusing-pusing, nyeri pada bagian wajah, hingga yang paling fatal penyumbatan pada saluran pernapasan.
"Bisa kita cek, bagaimana ada yang berlubang atau tidak? Ada karang giginya, kondisinya bagiamana? Harus diperiksa. Jangan sampai ada inveksi, sangat berbahaya," kata drg Theresia.
Dia memperkirakan, banyak orang di Balikpapan yang tidak rutin cek kesehatan gigi karena beberapa faktor.
Baca juga: Sejarah 20 Maret: Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia, Cek Juga Tips Memutihkan Gigi Secara Alami
Yakni yang pertama, kemungkinan karena takut akan alat-alat kedokteran gigi. Seperti bentuknya atau bunyi-bunyi dari alat-alat kedokteran gigi. Padahal alat yang digunakan tidak berbahaya, sudah sesuai standar.
"Ini biasanya orang yang punya uang banyak kadang tidak terpikirkan juga mau rutin cek kesehatan gigi. Merasa tidak care dengan giginya," beber drg Theresia, wanita kelahiran 1 Oktober 1988.
Faktor kedua, karena alasan biaya yang mahal. Padahal kata drg Theresia, sekarang ini pasien bisa memanfaatkan BPJS Kesehatan.
Biaya untuk kesehatan gigi tidak mahal. Bandingkan dengan kondisi saat sudah sakit parah, pasti akan jauh lebih mahal dalam penanganannya.
Baca juga: 4 Makanan dan Minuman yang Bisa Merusak Gigi dan 3 Cara Menjaga Kesehatan Gigi
Menurut drg Theresia, siapa pun itu, harus tetap menjaga kesehatan gigi. Organ gigi juga sama pentingnya dengan bagian tubuh yang lain. Terutama mereka yang doyan makan-minum, seringkali rawan mengalami gigi kotor.
Melalui cek rutin kesehatan gigi di dokter, maka bisa dideteksi dan dicegah sebelum kondisi gigi akan jadi berkondisi buruk.
"Yang suka konsumsi asam-asam itu atau manis biasanya, harus diperhatikan kesehatan giginya," tegas perempuan lulusan S2 Managemen Rumah Sakit dari Undip Semarang ini.
PROFIL:
- drg Theresia Anggita Oktavianti, M.K.M
- Lahir Semarang, 1 Oktober 1988
- Nama Suami: dr David Y.P Hutahaean Sp.OT
- Nama Anak: Dimitria dan Abigail
- Lulusan SMA Kolese Loyola 2006
- Fakultas Kedokteran UGM
- S2 Undip Semarang, Managemen Rumah Sakit
- Hobi: membaca
- Suka semua jenis makanan
(TribunKaltim.co/Budi Susilo)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.