Berita Internasional Terkini

Kembali Bertikai, Donald Trump Ancam Deportasi Elon Musk Imbas Pertentangan Aturan Pajak

Kembali berseteru, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kini berencana untuk mendepak Elon Musk dengan ancaman deportasi.

Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Christnina Maharani
YouTube/Guardian News
TRUMP VS MUSK - Tangkapan layar melalui kanal YouTube Guardian News pada Selasa (24/6/2025). Setelah sebelumnya merespons santai permintaan maaf Elon Musk usai menyinggung dirinya di sejumlah postingan media sosial, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kini berencana untuk mendepak Musk dengan ancaman deportasi imbas penolakan sang miliader terhadap RUU Pajak rancangannya. (YouTube/Guardian News) 

TRIBUNKALTIM.CO - Setelah sebelumnya merespons santai permintaan maaf Elon Musk usai menyinggung dirinya di sejumlah postingan media sosial, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kini berencana untuk mendepak Musk dengan ancaman deportasi.

Minggu ini, perseteruan antara Donald Trump dan Elon Musk kembali memanas, di mana keduanya masing-masing melontarkan ancaman keras di depan publik.

Pertengkaran ini rupanya masih berpusat dengan pertentangan Musk soal rancangan undang-undang pajak Trump yang disebut One Big Beautiful Bill.

Pada unggahannya di platform X (sebelumnya Twitter), Elon Musk menyebut bahwa undang-undang itu gila dan bersumpah akan membentuk partai poliik baru jika itu (rancangan Trump) disahkan, Senin (30/6/2025).

Menanggapi postingan tersebut, Donald Trump memberikan pernyataan di mana ia mengklaim bahwa dirinya dapat merencakan deportasi sang miliader kelahiran Afrika Selatan tersebut.

Baca juga: Hubungan Donald Trump dan Elon Musk Makin Tegang, Lempar Kritik di Pidato hingga Sindiran di Medsos

Tak hanya itu, dirinya juga mengisyaratkan pemangkasan subsidi pemerintah untuk perusahaan-perusahaan Elon Musk.

Upaya Musk untuk menggagalkan RUU pajak merupakan faktor utama dalam perselisihannya dengan orang nomor satu di Amerika Serikat tersebut bulan lalu.

Lantas, serangan baru dari CEO Tesla tersebut terjadi pada saat yang sensitif, di mana Trump tengah berusaha untuk mengawal undang-undang tersebut melalui Kongres.

Pasalnya, pertikaian ini dapat menguji pengaruh politik Musk atas partai Republik saat Trump berusaha untuk menarik suara bagi RUU tersebut.

ELON MUSK - Tangkapan layar melalui kanal YouTube TED pada Rabu (11/6/2025). Miliader teknologi Elon Musk akui menyesal usai menyinggung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada beberapa unggahannya di media sosial (medsos), sebut dirinya telah bertindak terlalu jauh. (YouTube/TED)
TRUMP VS MUSK - Tangkapan layar melalui kanal YouTube TED pada Rabu (11/6/2025). Baru-baru ini, miliader Elon Musk kembali berseteru dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump imbas penolakannya terhadap RUU Pajak yang diusung Trump, One Big Beautiful Bill. (YouTube/TED)

Musk telah berulang kali mengkritik undang-undang yang disebut Trump sebagai 'One Big Beautiful Bill', sebab potensinya untuk membatalkan pemotongan anggaran pemerintah federal yang dilakukannya melalui Doge dan kemungkinan akan menambah triliunan dolar pada utang nasional, yang telah ia peringatkan akan membuat Amerika bangkrut dan membahayakan mimpinya untuk mencapai Mars.

Dirinya yang merupakan pendonor besar bagi Partai Republik lalu mengintensifkan kampanye dalam beberapa hari terakhir.

Baca juga: Menyesal Usai Singgung Donald Trump di Medsos, Elon Musk: Saya Bertindak Kelewat Batas

Ia mengancam akan membentuk 'Partai Amerika' sendiri dan menargetkan anggota parlemen dalam pemilihan mendatang.

"Setiap anggota Kongres yang berkampanye untuk mengurangi pengeluaran pemerintah dan kemudian langsung memilih peningkatan utang terbesar dalam sejarah harus malu!" tulis Musk. 

Kritik tersebut dibalas kembali oleh Donald Trump yang mengklaim bahwa Musk kesal karena RUU tersebut dapat mengakhiri keringanan pajak bagi konsumen yang membeli kendaraan listrik.

"Elon sangat kesal karena mandat kendaraan listrik akan dihentikan," kata Trump pada Selasa (1/7/2025), seperti dikutip dari The Guardian. "Tidak semua orang menginginkan mobil listrik. Saya tidak menginginkan mobil listrik."

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved