Ibu Kota Negara
Kagetnya Cak Imin Dengar Banyak PSK di IKN, Sebut Situasinya Gawat dan Akan Cek Langsung
Cak Imin terkejut mendengar kabar ramainya praktik prostitusi di Ibu Kota Nusantara IKN, Kalimantan Timur.
TRIBUNKALTIM.CO - Geliat prostitusi di kawasan IKN Kalimantan Timur ternyata secara diam-diam tumbuh subur.
Layanan esek-esek di IKN Kaltim ini kebanyakan bergerak di bawah radar, memanfaatkan aplikasi pesan singkat dan media sosial untuk menawarkan jasa.
Tarif bervariasi antara Rp400 ribu hingga Rp700 ribu, tergantung kesepakatan antara pelanggan dan pekerja seks komersial (PSK).
Menariknya, mayoritas PSK yang beroperasi di IKN berasal dari luar Kalimantan, seperti Makassar, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera, hingga Jawa Tengah.
Baca juga: Modus Protistusi di IKN Kaltim, Polda Kaltim Tangkap 6 Orang, Beber 2 Cara Operasi Muncikari dan PSK
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar (Cak Imin) terkejut mendengar kabar ramainya praktik prostitusi di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur.
Cak Imin berpandangan, kondisi ini sudah mulai gawat bagi IKN.
"Waduh, masa iya?" ujar Cak Imin saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (7/7/2025), dilansir dari Kompas.com.
"Waduh, gawat, gawat, gawat. Kok bisa gawat gitu," lanjutnya.
Menurut Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini, situasi tersebut harus dicek langsung.
Dia mengaku akan mengecek langsung ke IKN terkait PSK yang menjamur di IKN ini.
"Wah ini harus dicek ini, harus dicek. Iya dong (cek langsung)," imbuh Cak Imin.
Dilansir Kompas TV, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Penajam Paser Utara menyatakan pihaknya memantau praktik prostitusi daring di kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Pemantauan ini dilakukan Satpol PP usai ditemukannya praktik prostitusi daring di kawasan IKN.
Kepala Satpol PP Penajam Paser Utara Bagenda Ali menyebut praktik prostitusi terungkap berkat laporan masyarakat dan pemerintah desa setempat.
Satpol PP Penajam Paser Utara pun disebut telah melakukan penertiban sehubungan prostitusi di IKN.
Datang dari Luar Kota
Apa sebenarnya alasan ratusan wanita rela jauh-jauh datang ke IKN Kaltim demi Jadi PSK terkuak, awalnya coba-coba lama-lama jadi betah.
Baca juga: Pengakuan Pelaku Prostitusi di IKN Kaltim, Sehari Bisa Layani 8 Pelanggan karena Permintaan Tinggi
"Lumayan, di sini (IKN) peminatnya tinggi. Kebanyakan dari mereka pendatang dan jarang ada yang nawar," ujar seorang wanita muda yang mengaku PSK di kawasan IKN.
Menariknya, mayoritas PSK yang beroperasi di IKN berasal dari luar Kalimantan, seperti Makassar, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera, hingga Jawa Tengah.
Mereka datang dengan tujuan khusus, yakni menjajakan jasa di tengah peluang ekonomi yang menjanjikan di area yang sedang berkembang pesat ini.
"Saya dapat informasi dari teman, katanya di sini (IKN) tamu banyak dan royal. Setelah saya coba sendiri, ternyata benar," ungkap seorang PSK lainnya.
Sebagian dari mereka bahkan direkrut melalui perantara yang mereka sebut “mami”, yang berperan sebagai koordinator.
Para mami ini mengatur segala kebutuhan, mulai dari tempat tinggal hingga mencarikan pelanggan.
"Kalau teman-teman saya banyak yang pakai mami, jadi nggak perlu repot.
Semuanya sudah diatur dari awal," tambahnya.
Meski mengakui keuntungan finansial yang besar, para pelaku prostitusi ini juga menyadari risiko kesehatan yang mengintai.

Mereka mengklaim rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, baik secara mandiri maupun dengan dokter langganan.
"Takut sih sebenarnya, makanya kami jaga kebersihan dan rutin cek ke dokter," tutur salah satu PSK dengan nada serius.
Sehari Bisa Layani hingga 8 Tamu
Sejumlah pekerja seks komersial (PSK) yang berhasil ditemui secara anonim mengakui bahwa mereka mulai melirik IKN sebagai "lahan baru" karena tingginya permintaan dari kalangan pekerja proyek.
Namun dibalik praktik yang mereka lakukan terselip rasa takut yang terus membayangi
Lewat media sosial dan aplikasi perpesanan instan, para PSK ini menawarkan layanan seksual dengan sistem booking online, lengkap dengan katalog foto dan tarif.
“Saya datang dari luar kota, awalnya iseng coba buka layanan di sini (IKN). Ternyata banyak yang cari. Dalam sehari bisa tiga sampai lima tamu bahkan delapan tamu kalau lagi ramai,” ujar seorang PSK berinisial M (21), yang telah beroperasi selama tiga bulan terakhir.
Namun, di balik keuntungan finansial yang menggiurkan itu, para PSK ini juga mengaku dibayangi rasa takut terhadap risiko penyakit menular seksual seperti HIV, sifilis, gonore, dan hepatitis.
Kesadaran akan bahaya ini membuat mereka mengambil sejumlah langkah perlindungan secara mandiri.
“Saya selalu mewajibkan tamu pakai kondom. Kalau ada yang maksa tanpa, langsung saya tolak. Ini bukan cuma soal uang, tapi kesehatan kita juga penting makanya saling menjaga aja” kata PSK lainnya berinisial L (20), yang mengaku rutin melakukan pemeriksaan kesehatan setiap dua minggu sekali.
Sebagian besar dari mereka bahkan telah memiliki dokter langganan yang bersedia melakukan pemeriksaan berkala, baik secara pribadi maupun lewat klinik-klinik kesehatan umum di sekitar Penajam Paser Utara dan Balikpapan.
“Saya punya dokter langganan yang biasa cek darah dan kondisi saya. Kalau ada gejala sedikit saja, saya langsung stop kerja. Teman-teman yang lain juga begitu saling mengingatkan," tambah L.
Maraknya praktik prostitusi online ini harusnya sudah menjadi perhatian khusus sejumlah pihak berwenang, terutama dalam aspek kesehatan masyarakat dan potensi kriminalitas terselubung.
Dengan terus bertumbuhnya IKN sebagai pusat aktivitas baru di Indonesia, tantangan sosial seperti prostitusi daring perlu diantisipasi sejak dini.
Edukasi, layanan kesehatan, dan penegakan hukum juga harus berjalan seiring agar pembangunan tidak dibarengi dengan maraknya penyakit dan kerentanan sosial lainnya.
Baca juga: Laporan Khusus Praktik Prostitusi di IKN Kaltim, Open BO Lewat Aplikasi Ada Ratusan, Tarif Beragam
Menyasar Pekerja Konstruksi IKN hingga Warga Sekitar
Praktik prostitusi berkedok "open BO" yang kehadirannya ternyata sudah sejak lama terjadi melalui aplikasi daring.
Fenomena ini bukan sekadar isapan jempol semata.
Dari pengakuan para pekerja proyek hingga pantauan langsung di lapangan, bisnis esek-esek ini tumbuh subur mengikuti denyut pembangunan mega proyek yang tiada henti.
Sasaran mereka pun beragam, mulai dari pekerja konstruksi IKN yang jauh dari keluarga, hingga warga sekitar Kecamatan Sepaku, lokasi utama proyek IKN di Kaltim.
Pada Selasa pagi (7/5), Tribun Kaltim memulai perjalanan dengan tujuan untuk melakukan investigasi dari kota ke Kecamatan Sepaku, tempat proyek IKN dilaksanakan.
Setelah kurang lebih 2,5 jam menempuh perjalanan yang melelahkan,
Saat beristirahat di sebuah cafe yang dekat dengan Istana Negara Garuda sedikit informasi mulai didapat .
Di antara obrolan ringan para pengunjung, terdengar canda tawa soal "cewek-cewek cantik" yang bisa diajak bertemu.
Saat berbincang dengan tiga pekerja konstruksi yang tengah berteduh, topik hangat seputar layanan "open BO" mencuat ketika saya bertanya soal ketersediaan "teman kencan."
"Buanyak mas, coba buka aplikasi itu ada ratusan. Tinggal pilih mau yang model kaya gimana semuanya ada di situ," ujar Sugianto, salah satu pekerja.
Rekan-rekannya menimpali dengan gelak tawa, menyiratkan bahwa praktik semacam ini bukan hal asing bagi mereka.
Beberapa pekerja lain bahkan menyebut layanan tersebut sebagai "kebutuhan." Jauh dari rumah dan istri, mereka mengaku kerap memanfaatkan aplikasi itu untuk mencari pelampiasan.
"Kamu kan sering itu kalau sudah gajian langsung ganti oli di situ," timpal rekan-rekannya sambil tertawa lepas.
"Tak usah munafik kaya kamu tidak pakai aja," timpal pekerja yang lain sambil tunjuk-tunjukan disertai dengan tawa lepas.
Saat Tribun Kaltim mengunduh aplikasi yang dimaksud, dalam hitungan menit, notifikasi pertemanan langsung berdatangan, mayoritas dari akun wanita muda yang memajang foto-foto menarik.
Tribun Kaltim mencoba memulai percakapan dengan beberapa akun, salah satunya bernama "Rena."
Langsung to the point obrolan mengarah pada tawaran tarif yang berkisar mulai dari Rp400 ribu hingga Rp700 ribu untuk sekali pertemuan dengan layanan full service.
Mereka bahkan langsung mengirimkan lokasi guest house tempat mereka menginap yang sebagian besar berada di wilayah Desa Bumi Harapan dan sekitarnya.
"Open BO ST 600, bisa nego, ful servis, stay. Gercep, OTW sekarang, kk saya tunggu," tulis salah satu akun sambil menyebutkan nama penginapan yang berada tak jauh dari Rest Area IKN.
Seiring meningkatnya jumlah pekerja dan tamu proyek IKN, jumlah guest house di Kecamatan Sepaku pun melonjak.
Baca juga: Info Investasi IKN Kaltim, Investor Taiwan Kepincut Tanam Modal di Ibu Kota Negara Baru Indonesia
Tarifnya bervariasi, mulai dari Rp350 ribu hingga Rp400 ribu per malam.
Lokasi inilah yang kerap digunakan para pekerja seks online untuk "stay" dan menerima tamu.
"Serius gak ini KK, gercep 600 nego + ful servis," ujar akun lainnya sambil mengirimkan share lock dan alamat guest house yang juga berada di sekitaran IKN.
Dari hasil percakapan dengan belasan pekerja dan warga, mayoritas mengetahui praktik tersebut namun mengaku tidak memiliki kuasa untuk mencegahnya.
"Sudah lama itu (prostitusi). Mereka tinggalnya tidak ketahuan karena nggak menetap. Biasanya mereka nyewa di guest house," ujar Ramlan, warga Sepaku.
Andi Armada, warga Desa Bumi Harapan, menyebut prostitusi online melalui aplikasi memang sudah terjadi sejak pertama kali ramainya pembangunan IKN ditambah lagi banyaknya pekerja konstruksi yang kebanyakan didatangkan dari luar daerah.
"Prostitusi itu gak mungkin hilang. Orang punya kebutuhan. Coba buka , pasti banyak yang online di sekitar sini," katanya.
Para pelaku prostitusi di kawasan IKN mayoritas bertransaksi menggunakan aplikasi online yang lebih simpel dan lebih mudah.
Setelah ada kesepakatan harga dengan pelanggan, eksekusi prostitusi itu kemudian dilakukan di guest house.
Salah satu guest house di Sepaku disebut-sebut sebagai tempat favorit para PSK melayani tamunya.
Dibutuhkan
Dari penelusuran Tribun Kaltim, ditemukan sekitar ratusan PSK yang seolah sudah mengakar di sana dengan memanfaatkan platform media sosial serta aplikasi online untuk menawarkan diri kepada para pelanggannya.
Tribun Kaltim sempat berbincang dengan 8 perempuan muda yang secara terbuka mengakui bekerja sebagai PSK di kawasan Kecamatan Sepaku yang menjadi jantung proyek IKN.
Mereka menyatakan bahwa kehadiran mereka dianggap “dibutuhkan” oleh sebagian besar para pekerja pria yang datang dari luar daerah, terutama dari Pulau Jawa dan Sumatera.
Para PSK ini tak hanya mengandalkan aplikasi perpesanan seperti MiChat untuk mencari pelanggan, tapi juga memanfaatkan pendekatan yang lebih halus.
Salah satu modus yang digunakan adalah berpura-pura menanyakan lowongan kerja bagi perempuan di IKN.
Percakapan tersebut kemudian berujung pada pertukaran nomor WhatsApp dan penawaran jasa.
"Awalnya itu cuma pura-pura nanya kerjaan, tapi lama-lama ngobrol, ya ujung-ujungnya jadi tamu juga," ujar seorang PSK yang enggan disebutkan namanya.
Mereka menyebutkan bahwa tarif layanan berkisar antara Rp400 ribu hingga Rp700 ribu per sesi, tergantung permintaan dan durasi.
Beberapa tamu bahkan bersedia membayar lebih jika merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.
Salah satu PSK yang ditemui di sebuah kafe kawasan Sepaku menyebutkan bahwa permintaan terhadap layanan mereka cukup tinggi, bahkan bisa mencapai belasan tamu dalam sehari.
"Kadang bisa 10 orang sehari, capek sih, tapi duitnya juga lumayan," ujarnya sembari tersenyum.
Ia menambahkan bahwa mayoritas tamu yang dilayaninya merupakan pekerja dari luar daerah yang merantau ke IKN untuk mencari nafkah.
“Jarang orang lokal, kebanyakan pendatang. Mereka bilang cuma sementara di sini, kerja di proyek,” tambahnya.
Selain berburu tamu secara mandiri, mereka juga mengandalkan jaringan sesama PSK.
Seringkali, pelanggan yang merasa puas akan merekomendasikan rekannya ke PSK lain.
"Kadang tamu dari teman, misal dia udah langganan tapi temennya juga mau, ya dibagi-bagi gitu,” kata PSK lainnya.
Penertiban
Maraknya kasus prostitusi di Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi atensi Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Sejak tiga bulan terakhir, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) terus melakukan pengawasan dan penertiban, di kawasan ibu kota baru itu.
Dalam prosesnya, ditemui bahwa praktek tersebut memang semakin marak sejak adanya IKN, jauh berbeda saat Sepaku masih wilayah biasa.
Kepala Bidang (Kabid) Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat (Trantibum) Satpol PP PPU Rakhmadi mengatakan bahwa, informasi mengenai adanya praktek tersebut, diketahui setelah adanya laporan masyarakat, dan pemerintah desa setempat.
"Terkait dengan kegiatan praktek prostitusi online di IKN, memang kami sudah melakukan pemantauan sejak tiga bulan lalu," ungkapnya pada Selasa (6/5).
Laporan tersebut langsung ditindak lanjuti oleh Satpol PPU, karena masyarakat cukup resah dengan keadaan tersebut.
Rakhmadi mengungkapkan modus para Pekerja Seks Komersial (PSK) di IKN, yakni dengan menetap beberapa hari di penginapan atau guest house, dan hotel.
Dari situ kemudian mereka mengaktifkan aplikasi, untuk mencari pelanggannya.
Modus tersebut terungkap, dari investigasi mendalam tim Satpol PP bersama dengan pihak lainnya.
"Kami melakukan operasi ke guest house dan memang kami menemukan beberapa pasangan yang bukan sah," jelasnya.
Dalam operasi tersebut, para PSK yang ditemukan langsung diamankan ke kantor desa terdekat.
Rata-rata, para PSK ini mencari pelanggan lewat aplikasi.
Mereka datang dari luar daerah, seperti Jawa, Makassar dan Balikpapan.
"Adapun mereka sebagian besar penduduknya dari luar Kaltim, ada dari Jawa Barat dan Makassar juga Balikpapan," terangnya.
PSK yang melancarkan aksinya dengan aplikasi, datang secara mandiri.
Tetapi ada pula ditemukan yang datang dibawa oleh orang lain (mucikari).
"Sebagian besar memang datang secara mandiri," singkatnya.
Selama kurang lebih tiga bulan, telah ada setidaknya 30 orang PSK yang telah diamankan.
Mereka dibuatkan surat pernyataan, lalu diminta untuk bertanda-tangan.
Setelah itu, mereka diminta atau diharuskan untuk pulang ke daerah asalnya.
Meski terus dilakukan penertiban, tetapi praktek itu masih saja ada sampai saat ini.
Diakui Rakhmadi, setelah ada yang pulang, tidak berselang lama PSK baru kembali datang dan menyewa kamar di guest house yang ada di PPU.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri, dan dibutuhkan kolaborasi yang kuat antar pihak-pihak terkait, dalam upaya penertibannya.
Praktek prostitusi kata dia tidak akan bisa dibenarkan, karena dapat memicu timbulnya masalah-masalah baru, di tengah masyarakat.
"Harapan kami praktik prostitusi online ini harus ada kerjasama yang kuat antara pemerintah desa setempat, kemudian kerjasama dengan RT, tokoh agama dan tokoh masyarakat, memberikan edukasi kepada pemilik guest house untuk memfilter tamu yang datang, tidak hanya serta merta menerima profit," tegasnya. (znl/taa)
Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.