Berita Balikpapan Terkini

Warga Khawatir Kasus Beras Oplosan Beredar di Balikpapan, Pedagang Ikut Resah

Masyarakat di Kota Balikpapan kini dihantui kekhawatiran setelah terbongkarnya kasus peredaran beras oplosan

Penulis: Zainul | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/ZAINUL
KHAWATIR - Warga di kota Balikpapan mengaku khawatir dengan beredarnya kasus beras oplosan yang ditemukan oleh Satgas pangan mabes Polri baru-baru ini. Selasa (15/7/2025). (TRIBUNKALTIM.CO/ZAINUL) 

TRIBUNKALTIM.CO,BALIKPAPAN — Masyarakat di Kota Balikpapan kini dihantui kekhawatiran setelah terbongkarnya kasus peredaran beras oplosan oleh Satgas Pangan Mabes Polri di sejumlah daerah di Indonesia.

Temuan tersebut mengindikasikan adanya manipulasi mutu, takaran, hingga label kemasan oleh produsen beras berskala nasional, dan menimbulkan keresahan di tengah warga yang khawatir turut mengonsumsi beras oplosan.

“Jujur saya kaget baca berita itu, negeri ini makin aneh. Dulu BBM oplosan, minyak goreng juga dioplos, sekarang malah beras juga yang dioplos. Ini yang kita makan tiap hari. Kalau berbahaya siapa yang bertanggung jawab?” keluh Sulaiman (56) warga Balikpapan Selatan, Selasa (15/7).

Kekhawatiran tidak hanya datang dari masyarakat umum, tetapi juga para pedagang beras lokal.

Danang (54) pedagang beras di kawasan Pasar Sepinggan Balikpapan Selatan juga mengaku cemas usai kabar tersebut mencuat.

Baca juga: Agar Beras Oplosan tak Masuk Kutim , Disperindag Terus Monitor Proses Distribusi

Ia khawatir stigma negatif masyarakat terhadap beras oplosan akan memukul penjualannya.

“Beras yang saya jual ini mayoritas dari Jawa dan Sulawesi. Saya ambil dari agen besar di Kebun Sayur, Balikpapan Barat. Kalau masyarakat jadi takut beli karena isu ini, ya kami pedagang yang kena imbasnya,” jelas Danang.

Menurut Danang, beras yang ia jual tersedia dalam berbagai ukuran mulai dari eceran hingga kemasan 5 kg, 10 kg dan 25 kg, dengan harga bervariasi.

Untuk kemasan 5 kg, harga di pasaran berkisar antara Rp 75 ribu hingga Rp 85 ribu tergantung merek.

Keresahan ini muncul menyusul sidak yang dilakukan Kementerian Perdagangan di 62 kabupaten/kota terhadap beras premium yang beredar di pasaran baru-baru ini.

Hasilnya, ditemukan banyak ketidaksesuaian antara mutu beras dengan label yang tercantum, serta adanya praktik pengoplosan dari produsen besar.

Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri sekaligus Ketua Satgas Pangan, Brigjen Pol Helfi Assegaf, menyampaikan bahwa pihaknya telah memeriksa 22 saksi terkait temuan tersebut.

Para saksi berasal dari enam perusahaan dan delapan pemilik merek beras kemasan lima kilogram.

“Dari total 212 merek beras yang diduga bermasalah, sejauh ini sudah ada 10 produsen yang diperiksa. Ini merupakan bagian dari upaya untuk membongkar praktik curang dan melindungi konsumen,” ujar Brigjen Helfi dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa (15/7).

Daftar Produsen Beras yang Diduga Tak Sesuai Regulasi

Berdasarkan data Satgas Pangan RI, berikut 10 perusahaan yang diduga terlibat dalam praktik beras oplosan dan tengah diperiksa:

Wilmar Group: Sania, Sovia, Fortune, Siip

PT Food Station Tjipinang Jaya: Alfamidi Setra Pulen, Setra Ramos, Beras Premium, Food Station

PT Belitang Panen Raya: Raja Platinum, Raja Ultima

PT Unifood Candi Indonesia: Larisst, Leezaat

PT Buyung Poetra Sembada Tbk: Topi Koki

PT Bintang Terang Lestari Abadi: Elephas Maximus, Slyp Hummer

PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group): Ayana

PT Subur Jaya Indotama: Dua Koki, Beras Subur Jaya

CV Bumi Jaya Sejati: Raja Udang, Kakak Adik

PT Jaya Utama Santikah: Pandan Wangi BMW Citra, Kepala Pandan Wangi, Medium Pandan Wangi

Meskipun belum dipastikan apakah beras-beras tersebut juga beredar di Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan, masyarakat tetap diimbau untuk lebih cermat saat membeli beras. Pemerintah dan aparat diminta bergerak cepat memastikan keamanan pangan di pasar lokal.

Baca juga: Disdag Minta Warga Samarinda Tak Khawatir Soal Beras Oplosan, Stok dan Kualitas Terjamin

“Yang kita butuhkan sekarang ini kejelasan dari pemerintah, dari BPOM, dari dinas perdagangan. Jangan sampai rakyat disuruh tenang tapi diam saja,” timpal Kurniawan (46) warga Kelurahan Sepinggan.(*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved