Berita Nasional Terkini
Viral SDN 1 Wates Cuma Dapat 1 Murid Baru, Shofi Digabungkan dengan Kelas 2 agar Punya Teman
Tahun ajaran 2025/2026 ini, SDN 1 Wates tersebut hanya mendapat satu murid baru saja, bernama Shofi.
TRIBUNKALTIM.CO - Hari pertama masuk sekolah biasanya diwarnai keceriaan murid-murid baru yang saling berkenalan dan menjalin pertemanan.
Namun, suasana berbeda terlihat di SDN 1 Wates, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Tahun ajaran 2025/2026 ini, SDN 1 Wates tersebut hanya mendapat satu murid baru saja, bernama Shofi.
Meski datang sendiri di hari pertama, Shofi tampak semangat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Dengan seragam putih dan celana merah yang bersih, ia duduk di bangku paling depan dan menyimak dengan penuh perhatian.
Baca juga: MPLS di SD Negeri 006 Long Melaham Mahulu Bantu Siswa Baru Hadapi Transisi dari TK ke SD
Tak ada raut takut di wajahnya, meskipun dia satu-satunya siswa kelas 1 SDN 1 Wates tahun ini.
Pihak sekolah pun mengambil langkah bijak agar Shofi tidak merasa kesepian.
Kepala SDN 1 Wates, Arif Wijayanto, memutuskan untuk menggabungkan sementara kelas 1 dan kelas 2, agar Shofi bisa bersosialisasi dan memiliki teman belajar.
Sesekali, dia bercengkrama dengan kakak kelas yang juga mengikuti kegiatan belajar mengajar, tak jauh dari tempatnya duduk.
"Anak ini, meski siswa satu-satunya, dia punya kakak kandung di sini yang saat ini kelas 5 SD," kata Kepala SDN 1 Wates, Arif Wijayanto, melansir dari TribunBanyumas.
Arif yang merupakan Kepala SDN 1 Wates, mengampu langsung kegiatan belajar mengajar di kelas 1.
Arif pun memastikan, proses belajar mengajar akan tetap berlangsung secara normal, berapapun murid yang mengikuti.
Bagaimanapun, dia memiliki tanggung jawab mencerdaskan siswa.
Di hari pertama kegiatan belajar mengajar, Shofi diakrabkan dengan kakak kelas di kelas 2.
Untuk sementara, Arif menggabungkan kelas 1 dan kelas 2 agar Shofi tak merasa sendirian.
Setelah dirasa mampu, dia akan kembali memisah kegiatan belajar anak-anak didiknya itu.
"Biar mereka akrab dulu dan punya teman," kata Arif.
Arif mengakui, selama dua tahun terakhir ini, jumlah siswa baru SDN 1 Wates mengalami penurunan.
Pada tahun sebelumnya, SD ini hanya mendapatkan dua siswa baru. Dan kini, hanya ada satu siswa baru.
"Mungkin, faktornya karena kami kurang sosialisasi ke masyarakat karena ini masih proses merger, jadi bingung juga," kata Arif.
Arif mengungkapkan, awalnya, ada tiga SD di Desa Wates, yaitu SDN 1 Wates, SDN 2 Wates, dan SDN 3 Wates.
Kemudian, SDN 2 Wates digabung atau di-merger dengan SDN 3 Wates.
Kini, muncul lagi wacana penggabungan SDN 1 Wates dan SDN 3 Wates yang tersisa.
Apalagi, SDN 1 Wates dan SDN 3 Wates masih dalam satu kompleks.
"Informasi merger yang kami terima, saat ini, masih proses," kata Arif.
Arif mengaku, terkait rencana penggabungan sekolah itu, pihaknya sudah siap.
Kalaupun memang rencana tersebut mundur atau batal, pihaknya akan menyiapkan langkah agar tetap bisa bersaing dengan sekolah lain.
Saat ini, SDN 1 Wates memiliki total 24 siswa, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6.
Kemudian, tujuh orang guru, terdiri dari empat guru kelas, satu guru agama, satu guru olahraga, kepala sekolah, dan satu penjaga sekolah.
"Bagaimanapun kondisinya, kami akan tetap mengajar dan proses belajar di sekolah tetap bisa berlangsung," kata Arif.
Sementara itu, momen serupa juga terlihat dalam pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SD Negeri 27 Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Jawa Tengah, Senin (14/7/2025).
Hanya satu siswa baru, Abrizam, yang mengikuti kegiatan tersebut.
Pantauan Kompas.com di lokasi, Abrizam duduk seorang diri di dalam kelas, ditemani wali kelasnya, Sri Handayani, yang tetap mendampingi penuh proses pengenalan sekolah.
“Abrizam berasal dari Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon. Tadi diantar bapaknya dan ditemani kakaknya yang juga sekolah di sini,” ujar Sri Handayani.
Meski hanya memiliki satu siswa, kegiatan MPLS tetap berlangsung seperti biasa.
Guru tetap memberikan pengenalan sekolah dan suasana belajar sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
“Tetap kita prioritas ke anak, yang sementara baru satu siswa ini,” kata Sri Handayani.
Ia menyebutkan, satu siswa tersebut masuk melalui jalur afirmasi, sementara pendaftar dari domisili zonasi dan mutasi nihil.
“Ya cukup memperhatikan, sementara ini baru satu murid dari jalur afirmasi. Domisili kosong, mutasi kosong,” lanjutnya.
Dengan kondisi tersebut, pihak sekolah belum dapat memastikan apakah proses belajar mengajar akan dilanjutkan secara mandiri atau digabung (grouping) dengan sekolah lain.
“Tadi sudah dicek. Selebihnya nanti kami ikut aturan dari dinas. Untuk ke depan kami belum bisa bicara apa pun,” ujarnya.
Menurut Sri Handayani, letak geografis sekolah menjadi salah satu penyebab minimnya pendaftar.
SDN 27 Kauman terletak di pusat kota Solo, tepatnya di Jalan Alun-Alun Lor Keraton, dikelilingi kawasan perkantoran, pasar, dan pusat ekonomi.
“Geografisnya kurang mendukung. Meskipun dekat dengan balai kota, tapi ironisnya ya seperti ini. Banyak perkantoran dan pasar, jadi kemungkinan penduduk tidak ada,” jelasnya.
Kondisi ini diperparah sejak diberlakukannya sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), yang membatasi siswa dari luar wilayah untuk mendaftar.
“Faktor zonasi diperparah dengan Covid. Dulu dari luar kota pun bisa masuk ke sini. Tapi setelah adanya zonasi, orangtua berpikir panjang,” pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Jadi Satu-satunya Murid SDN Baru, Shofi Langsung Diajar Kepala Sekolah, 1 Sekolah
Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.