Berita Balikpapan Terkini
Kisah Penghuni Panti Jompo Bhakti Abadi Balikpapan, Keluarga Mengantar Habis Itu tak Pernah Datang
Panti Jompo Bhakti Abadi Balikpapan berada di Jalan Sosial 7, RT 35 No.10, Kelurahan Sepinggan, Kecamatan Balikpapan Selatan.
Penulis: Dwi Ardianto | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN – Panti Jompo Bhakti Abadi Balikpapan berada di Jalan Sosial 7, RT 35 No.10, Kelurahan Sepinggan, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur.
Panti Jompo Bhakti Abadi Balikpapan ini terdapat 14 lansia, menghabiskan hari-hari tuanya dalam keheningan dan harapan yang tak selalu bersambut.
Panti sosial lanjut usia (LKS-LU) ini sudah berdiri sejak tahun 1988 di kawasan Manggar dan pindah ke lokasi saat ini pada tahun 1990.
Silih berganti penghuni datang dan pergi, hingga menurut Ahmad, pengurus panti, sudah tak terhitung lagi jumlah lansia yang pernah tinggal di sana.
Baca juga: Momen Haru Polwan Polresta Balikpapan Suapi Mbah Ti, Lansia Terlantar di Panti Jompo Bhakti Abadi
"Sekarang ada 14 orang, tujuh laki-laki dan tujuh perempuan. Ada juga lansia dari sekitar sini yang kadang datang mampir atau sekadar ingin ngobrol," ujar Ahmad saat ditemui TribunKaltim.co, Minggu (27/7/2025).
Mayoritas penghuni diantar oleh Dinas Sosial. Namun tak sedikit juga yang datang karena keluarga merasa sudah tidak mampu merawat.
Seperti halnya Magribi, lansia yang sudah tinggal sejak tahun 2019.

Ia masih ingat jelas, hari ketika keluarganya mengantarkannya ke pintu gerbang panti. Tapi setelah itu, tak ada lagi kabar.
“Cuma waktu itu mengantar. Habis itu tidak pernah datang lagi. Tidak tahu di mana sekarang,” ucap Magribi dengan suara lirih, menatap ke luar jendela seolah berharap sosok yang dulu mengantarnya akan datang kembali.
Baca juga: Sebut Panti Jompo Bukan Budaya Indonesia, Risma: Nanti Banyak Anak Berpikir Tinggalkan Orangtuanya
Kehidupan di panti jompo ini berjalan sederhana. Makan tiga kali sehari, pagi jam 7, siang jam 12, dan sore jam 5, semuanya berasal dari dana swadaya dan donasi para dermawan.
“Kami hidup dari sumbangan donatur. Kadang cukup, kadang pas-pasan. Tapi yang paling berat itu bukan uang, tapi sabar,” tutur Ahmad sambil tersenyum.
Menurutnya, mengurus lansia itu seperti kembali mengurus anak-anak.
“Kadang mereka manja, kadang rewel. Tapi kalau kita sabar, ya terasa indah juga,” tambahnya.
Kehadiran tim TribunKaltim.co ke panti itu menjadi momen haru.
Para lansia bangkit dari tempat tidurnya, menghampiri dengan wajah sumringah, ada yang langsung memeluk, mencubit pipi, bahkan menangis sambil memegang erat tangan jurnalis TribunKaltim.co yang datang.
Baca juga: 10 Tahun Rawat Manula, Panti Jompo Al Maghfira Resmi Letakkan Batu Pertama
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.