Berita Nasional Terkibi

Disebut Layak Jadi Bapak Demokrasi, Ini Pujian Eks Napi Penghina Jokowi untuk Prabowo

Ongen, eks narapidana kasus penghinaan terhadap Presiden Jokowi, melontarkan pernyataan mengejutkan usai menerima amnesti dari Presiden Prabowo.

Editor: Heriani AM
Tribunnews.com/Valdy Arief
AMNESTI DARI PRABOWO - Terdakwa kasus dugaan pelanggaran Undang-Undang Pornografi dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), Yulius Paonganan alias Ongen menjalani sidang pembelaan atas dakwaan jaksa penuntut umum, di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Selasa (26/4/2016) lalu. Kanan: Yulianus Pangaonan dalam sidang lainnya. Bersama Hasto Kristiyanto dapat amnesti dari Presiden RI Prabowo Subianto, sosok Yulianus Paonganan dan jejak kasusnya yang pernah menyebarkan foto Jokowi. (Tribunnews.com/Valdy Arief) 

TRIBUNKALTIM.CO - Yulian Paonganan alias Ongen, eks narapidana kasus penghinaan terhadap Presiden Jokowi, melontarkan pernyataan mengejutkan usai menerima amnesti dari Presiden Prabowo Subianto.

Dalam pernyataannya, Ongen menyebut Prabowo layak mendapat gelar “Bapak Demokrasi Indonesia” karena dinilai konsisten menjunjung tinggi prinsip demokrasi dan rekonsiliasi nasional.

Baca juga: Pengkritik Jokowi Dapat Amnesti dari Prabowo, Ini Sosok dan Rekam Jejak Yulianus Paonganan

Dalam sebuah wawancara hangat dengan awak media di sebuah cafe kawasan Jakarta Selatan, Ongen menyampaikan pandangan mendalam dan emosional tentang sosok Presiden Prabowo Subianto, yang dinilainya pantas menyandang gelar “Bapak Demokrasi Indonesia”.

“Menurut saya, Prabowo layak disebut Bapak Demokrasi. Bayangkan saja, beliau adalah jenderal jebolan Orde Baru, bahkan menantu dari Presiden Soeharto."

"Tapi dalam perjalanan politiknya, beliau menunjukkan dedikasi luar biasa pada prinsip-prinsip demokrasi,” ujar Ongen kepada wartawan, Minggu (3/8/2025).

Usai “pengasingan” politiknya di Jordania pasca reformasi, Prabowo tidak memilih jalan pintas atau kekuasaan yang instan.

Ia justru membangun kekuatan politik dari bawah dengan mendirikan Partai Gerindra.

Prabowo mencalonkan diri dalam beberapa kali pemilu presiden, dan meski sempat mengalami kekalahan, Prabowo selalu menerima hasil demokratis tersebut dengan sikap kenegarawanan yang sangat langka di panggung politik nasional.

“Beliau tidak pernah menggunakan cara-cara anarkis atau inkonstitusional. Justru beliau menerima kekalahan dengan jiwa besar, dengan elegan. Itu menunjukkan kematangan dan komitmennya terhadap demokrasi yang sesungguhnya,” kata Ongen.

Kini, ketika Prabowo resmi memimpin Indonesia sebagai Presiden, publik menyaksikan langsung bagaimana gaya kepemimpinannya tak hanya kuat dan tegas, tapi juga penuh kasih dan merangkul.

Di tengah berbagai tantangan bangsa, ia menjunjung tinggi prinsip persatuan nasional, sebuah fondasi penting untuk menjaga keutuhan negara.

Langkah monumental Prabowo dalam memberikan amnesti dan abolisi kepada lebih dari seribu narapidana politik dan hukum menjadi bukti nyata sikap kenegarawanan yang tinggi.

Terutama saat ia mengabulkan amnesti untuk Hasto Kristiyanto dan abolisi bagi Thomas Lembong, dua figur yang sebelumnya berseberangan secara politik.

“Ini bukan hanya langkah hukum, ini adalah sejarah baru dalam wajah demokrasi kita. Meski masih ada saja yang nyinyir, rakyat yang jernih akan tahu bahwa ini bukti seorang pemimpin yang memikirkan rekonsiliasi, bukan rivalitas,” kata Ongen.

Ia juga menambahkan, setiap pemimpin tentu memiliki kekurangan. Namun, menilai seorang pemimpin harus dilakukan secara komprehensif dan holistik.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved