Berita Kaltim Terkini

2.557 Kasus Gigitan Hewan di Kaltim, Begini Langkah Pertolongan Pertama Cegah Rabies

Sepanjang 2025, Dinas Kesehatan Kalimantan Timur mencatat 2.557 kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR). 

TRIBUNKALTIM.CO/RAYNALDI PASKALIS
VAKSIN RABIES KALTIM - Kepala Bidang Keswan Dinas Peternakan Kaltim, drh Dyah Anggraini saat diwawancarai di kantor Dinas Peternakan Kalimantan Timur, Rabu (13/8/2025). Dirinya menyatakan, pertumbuhan populasi hewan yang tidak terkendali dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit zoonosis. (TRIBUNKALTIM.CO/RAYNALDI PASKALIS) 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA – Sepanjang 2025, Dinas Kesehatan Kalimantan Timur mencatat 2.557 kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR). 

Rabies merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus rabies yang menyerang sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) pada mamalia, termasuk manusia.

Penyakit ini bersifat fatal jika gejala klinis sudah muncul, namun dapat dicegah dengan penanganan yang cepat dan tepat setelah terpapar.

Tingginya angka gigitan hewan penular rabies menjadi peringatan serius bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran virus rabies.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Peternakan Kaltim, drh Dyah Anggraini, menegaskan pentingnya edukasi kepada masyarakat, mengingat kasus gigitan yang cukup tinggi ini sudah menjadi peringatan untuk menghindari potensi penularan rabies.

Pemerintah telah melakukan pencegahan melalui program vaksinasi dan pembentukan Kader Siaga Rabies (KASIRA), namun peran aktif masyarakat tetap menjadi kunci.

Baca juga: Dinas Peternakan Kaltim Bagikan 30 Ribu Dosis Vaksin Rabies Gratis di Tahun 2025

“Kalau tergigit itu pertama yang harus dilakukan adalah cuci luka dengan air mengalir dan sabun, tapi menyabunnya jangan terlalu digosok kencang-kencang. Setelah itu boleh diberikan betadine,” ujar drh. Dyah, Rabu (13/8/2025).

Pentingnya Pertolongan Pertama

Setelah membersihkan luka, korban gigitan hewan harus segera menuju puskesmas terdekat untuk melaporkan kejadian.

Penanganan medis, termasuk kemungkinan pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR), sangat penting dilakukan sesegera mungkin.

Koordinasi antara puskesmas dan Dinas Peternakan Kaltim memungkinkan observasi terhadap hewan penular rabies yang terlibat.

Baca juga: Tak Ada Kasus Rabies pada Manusia, Hanya Satu Hewan Positif di Samarinda

Tim keswan biasanya mendapat laporan dari puskesmas untuk memantau hewan tersebut.

“Kalau HPR-nya mati, kita lakukan pemotongan kepala, kemudian kita kirimkan ke laboratorium kita,” jelasnya.

Kasus di Samarinda dan Jenis Hewan Penular

Salah satu kasus di Samarinda melibatkan anjing sebagai hewan penggigit.

Dyah mengingatkan bahwa penularan rabies tidak hanya berasal dari anjing dan kucing, tetapi juga dari berbagai jenis primata dan hewan berdarah panas lainnya.

Baca juga: 3 Penyakit Zoonosis Hantui Tiga Kota di Kaltim, Pemerintah Bagikan 30 Ribu Vaksin Rabies Gratis

“Jadi 95 persen sebetulnya dari anjing, sisanya itu kucing dan kera. Di Indonesia, anjing, kucing, kera, dan musang bisa menjadi penular. Teman-teman komunitas juga bisa melakukan vaksinasi,” terangnya.

Dyah juga meminta masyarakat untuk menghindari tindakan yang memicu agresivitas hewan, seperti memegang hewan yang sedang berkelahi atau melakukan provokasi.

Hal ini dapat mencegah risiko gigitan yang berpotensi membawa virus rabies. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved