Virus Corona
Peneliti Temukan Alasan Virus Corona Cepat Sekali Menular, Berbeda Sekali dengan SARS
Sejumlah peneliti di Jerman menemukan alasan mengapa penularan virus Corona di masyarakat cepat sekali.
TRIBUNKALTIM.CO - Sejumlah peneliti di Jerman menemukan alasan mengapa penularan virus Corona di masyarakat cepat sekali.
Dari hasil penelitian itu disimpulkan karateristik virus Corona berbeda dengan virus SARS.
Hal inilah yang menyebabkan korban akibat virus Corona lebih banyak dari SARS
Hingga hari ini Senin (13/4/2020), jumlah pasien yang terinfeksi Virus Corona telah mencapai 1,85 Juta Orang.
Padahal, Virus Corona baru terdeteksi oleh dunia selama 3,5 bulan terakhir.
Menurut para peneliti di Jerman, kecepatan Virus Corona menular dari satu orang ke orang lainnya disebabkan oleh letak virus ini mereplikasi diri.
• Kabar Baik dari Ahok Setelah Anies Baswedan Larang Ojek Online Angkut Penumpang saat PSBB di Jakarta
• Mengejutkan! Stafsus Ungkap Kondisi Budi Karya Usai Disebut Sembuh dari Corona, Ternyata Belum Pasti
• Hasil Investigasi Terbaru Ungkap Kronologi Penularan Virus Corona Tanpa Gejala di Singapura
• Virus Corona di Surabaya Melonjak, Wilayah Risma Didesak Susul Anies Baswedan Terapkan PSBB
Tidak seperti SARS, Virus Corona penyebab Covid-19 ternyata bisa hidup dan mereplikasi diri di tenggorokan.
Virus juga ditemukan bisa menyebar dari saluran pernapasan atas, lebih awal dari penyakit SARS yang mewabah pada tahun 2003.
Konklusi ini didasarkan pada perawatan klinis yang didapatkan oleh 9 pasien Covid-19 di rumah sakit Munich.
Kesembilan pasien adalah pekerja profesional berusia muda hingga paruh baya yang memiliki gejala Covid-19 ringan.
Hasil swab tenggorokan yang diambil dari pasien pada minggu pertama menunjukkan bahwa semua pasien positif Virus Corona.
Ini jauh lebih tinggi dibanding pasien SARS yang bila diswab pada tahap yang sama hanya akan menunjukkan hasil positif dengan kemungkinan kurang dari 40 persen.
Muatan virus pada swab tenggorokan pasien Covid-19 dan SARS juga sangat berbeda.
Dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Nature, tim peneliti menulis, pada studi kali ini, konsentrasi puncak sudah tercapai sebelum hari ke-5, dan hasilnya 1.000 kali lebih tinggi dibanding puncak muatan virus swab tenggorokan SARS.
Mereka juga mengatakan, isolasi virus hidup dari swab tenggorokan adalah perbedaan lain (Covid-19) dari SARS, di mana isolasi seperti ini jarang berhasil (pada SARS).