Virus Corona
Pemerintah Sebut New Normal Bukan Pelonggaran PSBB, Kegamangan Tenaga Medis, Pesimis Akhir Pandemi
Pemerintah menyebut new normal bukan pelonggaran PSBB, begini kegamangan tenaga medis, pesimis akhir pandemi covid-19.
TRIBUNKALTIM.CO - Pemerintah menyebut new normal bukan pelonggaran PSBB, begini kegamangan tenaga medis, pesimis akhir pandemi covid-19.
Rencana penerapan new normal mengundang kekhawatiran sejumlah pihak, namun Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan covid-19 Achmad Yurianto menegaskan, istilah new normal lebih menitikberatkan perubahan budaya masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
Namun, skenario new normal ini berpotensi menciptakan peningkatan kasus covid-19 lagi dan berimbas pada tenaga medis, khususnya para perawat, begini kegamangan perawat yang pesimis dengan akhir pandemi.
Pemerintah Indonesia belakangan menggaungkan istilah the new normal atau pola hidup normal versi baru yang menuntut warga hidup berdamai dan berdampingan dengan pandemi covid-19 yang belum kelihatan ujungnya.
Dalam new normal, ada indikasi bahwa beberapa sektor kegiatan yang tadinya ditutup akan dibuka kembali.
Namun, skenario new normal ini berpotensi menciptakan peningkatan kasus covid-19 lagi dan berimbas pada tenaga medis, khususnya para perawat.
• Berang, Respons Mengejutkan China Saat 62 Negara Termasuk Indonesia Dorong Investigasi Asal Covid-19
• Bagaimana New Normal Setelah Pandemi Covid-19, Perubahan ketika Virus Corona Disebut tak Akan Hilang
• Dampak Corona, Negara-negara Eropa Gagas Bersepeda, Jadi Kehidupan Normal yang Baru?
• Terapkan Protokol Kesehatan, Warga Diminta Bersiap Hadapi Era Normal Baru
"Ini yang menjadi perhatian kami. Kami sudah punya prediksi, khawatir ada banyak eskalasi kasus. Jika kasus meningkat, maka kami-kami juga yang menjadi ujung tombak," ujar Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PPNI ), Harif Fadhillah ketika dihubungi Kompas.com pada Senin (18/5/2020).
Data Pemerintah "Menjadi kegamangan tersendiri (bagi perawat) karena itu tadi, berarti masih lama kami akan bertugas seperti hari ini," lanjut dia.
Sulit dibantah, para perawat bersama dokter dan tenaga medis lain merupakan kalangan yang paling rentan dengan risiko terpapar covid-19.
Mereka bekerja sekitar 8 jam sehari dan selama itu pula tubuh mereka dibungkus alat pelindung diri lengkap.
Mereka berhubungan langsung dengan pasien suspect maupun positif covid-19 di tempat paling terpapar.
Hingga saat ini, data PPNI menyebutkan, 20 perawat pasien covid-19 telah meninggal dunia, 59 saat ini positif covid-19, dan 68 perawat kini tengah dirawat sebagai pasien suspect maupun positif covid-19.
"Tingkat kematian tenaga medis Indonesia ternyata sekitar 6,5 persen (dari total kematian akibat covid-19), data dari The Conversation," ujar Harif.
"Itu tinggi sekali, sementara negara lain (rata-rata global kematian tenaga medis) 0,3 persen.
Artinya, memang kita merasa tidak dilindungi kalau demikian caranya," lanjutnya.