Saya sebutin Kementerian Agama. Kementerian Agama itu tidak punya sense of crisis pandemi," kata dia.
Menurutnya kementerian tersebut tak memiliki sense of crisis karena tak memperhatikan nasib kiai, ustaz hingga guru ngaji yang menjadi salah satu kelompok terdampak pandemi.
Maman menceritakan ada beberapa yang melaporkan padanya harus membatalkan hingga 70 pengajian karena pandemi covid-19.
Padahal dengan memperhatikan para kiai hingga guru ngaji, pemerintah dapat menjadikan mereka sebagai ujung tombak dalam mensosialisasikan bahaya Covid-19.
"Gara-gara kiai tidak dilibatkan, seorang ibu yang pulang dari dapat bantuan Covid-19 sempat saya tanya, 'Bu dapat berapa?' kemudian ibu itu menjawab 'Rp600 ribu Kang Maman dari program covid.
Mudah-mudahan tahun depan ada lagi ya kang, dan covidnya tetap sehat sejahtera'. Kan gila banget," jelasnya.
Anggota Komisi VIII DPR RI itu mengatakan Menteri yang harus di- reshuffle pada urutan pertama adalah Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, kemudian diikuti Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, serta Menteri agama.
"(Yang pertama) Menteri kesehatan.
Kalau saya melihat Menteri agama lebih di programnya.
Kalau yang lebih penting Menteri kesehatan menurut saya," kata dia.
"Yang kedua Menteri pendidikan. Menteri pendidikan itu harus sangat dibawahi bahwa belajar jarak jauh itu tidak menyelesaikan masalah, malah terjadi lost education," tandasnya.
• Tak Seperti Jokowi Marahi Anak Buahnya, Eks Menteri BUMN Bongkar Cara Presiden SBY Tegur Menteri
Klaim Moeldoko kinerja mulai meningkat
Sementara itu epala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengatakan ada perbedaan setelah Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) marahi kabinetnya.
Moeldoko mengatakan, kinerja para Menteri telah meningkat signifikan setelah diancam reshuffle oleh Jokowi.
Menurut Moeldoko, kerja para Menteri semakin cepat untuk memenuhi target yang telah ditentukan oleh Presiden.