Korban PPDB di Wilayah Anies Baswedan, Pelajar Yatim Piatu Peraih Ratusan Penghargaan Putus Sekolah

Jadi korban PPDB 2020 di wilayah Anies Baswedan, pelajar yatim piatu peraih ratusan penghargaan kini putus sekolah.

Editor: Syaiful Syafar
Kolase ANTARA/Andi Firdaus dan Web PPDB DKI Jakarta
Aristawidya Maheswari (15) jadi korban PPDB 2020 di wilayah Anies Baswedan. Karena gagal terakomodir, pelajar yatim piatu peraih ratusan penghargaan ini akhirnya putus sekolah. 

TRIBUNKALTIM.CO - Jadi korban PPDB 2020 di wilayah Anies Baswedan, pelajar yatim piatu peraih ratusan penghargaan kini putus sekolah.

Pengalaman pahit dialami Aristawidya Maheswari (15) di balik proses Penerimaan Peserta Didik Baru atau PPDB wilayah Jakarta 2020.

Arista yang merupakan anak yatim piatu dengan sederet ratusan penghargaan itu gagal diterima dalam PPDB Jakarta 2020.

Kini, Aristawidya Maheswari akhirnya memilih putus sekolah setelah tidak terakomodasi oleh sistem PPDB Jakarta 2020.

"Agak sedih juga, tapi karena memang tidak masuk karena nilai. Nilai aku tidak terlalu tinggi, tidak terlalu rendah juga. Udah coba ke delapan sekolah, tapi tidak dapat juga," kata Arista saat dijumpai di kediamannya, Rusun Jatinegara Kaum, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Rabu (8/7/2020), seperti dikutip Kompas.com dari Antara.

Rabu (8/7/2020) pukul 15.00 WIB adalah batas waktu penerimaan sekolah negeri melalui jalur terakhir berupa "bangku sisa" yang dialokasikan dari peserta PPDB yang tidak mendaftar ulang serta siswa tidak naik kelas.

Baca juga: Segera Login ppdbsumbar.id untuk Lihat Pengumuman PPDB Sumbar 2020 SMA/SMK Hari Ini, Caranya Mudah!

Baca juga: Niat Urus PPDB, Orangtua Murid Jadi Korban Pelecehan di Batam, Nyaris Diperkosa Petugas Sekolah

Baca juga: Rumah Lebih Dekat Sekolah tapi Tidak Lulus PPDB Zonasi, Ombudsman Sumbar Terima Banyak Keluhan

Baca juga: PPDB di Wilayah Anies Baswedan Tak Memuaskan, Nadiem Makarim Turun Langsung dan Ambil Kebijakan Ini

Meski faktor usia tidak lagi dipertimbangkan dalam jalur terakhir itu, perempuan peraih lebih dari 700 penghargaan seni lukis tingkat daerah dan nasional itu kalah bersaing dalam perolehan pembobotan nilai.

Alumnus SMPN 92 Jakarta itu hanya mengumpulkan total nilai 7.762,4 berdasarkan akumulasi nilai rata-rata rapor 81,71 dikalikan nilai akreditasi 9,5 poin.

"Pada jalur terakhir ini aku mencoba di SMAN 12, 21, 36, 61, 53, 59, 45, dan 102. Tapi, rata-rata yang diterima nilainya 8.000-an," katanya.

Arista memutuskan untuk putus sekolah pada tahun ini.

Kondisi itu akan dimanfaatkan untuk fokus mengajar lukis di sejumlah Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta Timur.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved