FPTB Beber Vegetasi Mangrove di Balikpapan Semakin Menurun, DLH Sebut Masih Cukup Baik
Forum Peduli Teluk Balikpapan ( FPTB ) membeberkan, keberadaan vegetasi mangrove di sekitar kawasan Teluk Balikpapan semakin menurun.
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN – Forum Peduli Teluk Balikpapan ( FPTB ) membeberkan, keberadaan vegetasi mangrove di sekitar kawasan Teluk Balikpapan semakin menurun. Berkurangnya areal mangrove ini akan mengancam perkembangbiakan satwa dan potensi timbulkan bencana alam.
Disampaikan oleh Husain Suwarno, Koordinator FPTB, kepada TribunKaltim.co, yang sodorkan laporan mengenai inventaris keanekaragaman hayati dan kompeksitas permasalahan di kawasan ekosisitem Teluk Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada Selasa (1/12/2020).
Dia jelaskan, dari peta sebaran mangrove dan hasil monitoring yang telah dilakukan oleh Tim FPTB, terungkap, masih banyak mangrove yang teridentifikasi dalam kondisi baik, jika dibanding mangrove yang rusak akibat ditebang atau ditimbun oleh masyarakat atau perusahaan.
Total kawasan Teluk Balikpapan 183.023 hektar. Teridentifikasi kawasan mangrove seluas 19.428 hektar. Dari total kawasan mangrove tersebut, areal yang masih bagus hanya tersisa sekitar 170 Kilometer persegi.
Baca juga: Ekowisata Mangrove Center Graha Indah Balikpapan, Cara Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19
Baca juga: Fokus Pembenahan Selama Pandemi, Fasilitas Baru Mangrove Center Bakal Bisa Dinikmati di Januari 2021
Baca juga: Wajib Reservasi Jika Ingin Berkunjung ke Mangrove Center Graha Indah Balikpapan
“Tersebar di hampir semua DAS Teluk Balikpapan dan sampai saat ini, mangrove di sekitar Teluk Balikpapan dapat diperkirakan jumlahnya semakin menurun,” tegasnya.
Kondisi tersebut, tidak terlepas dari akibat aktivitas industri yang membuka lahan di kawasan Teluk Balikpapan.
“Sehingga akan berdampak juga bagi Bekantan yang berkembang biak di areal mangrove,” ungkap Husain.
Dia ungkapkan lagi, berdasar riset terdahulu dan juga terlihat kasat mata bahwa pengembangan kawasan industri di Kariangau dekat Teluk Balikpapan berdampak terhadap menurunnya kualitas lingkungan hidup di kawasan Teluk Balikpapan.
“Ini bisa dibuktikan dengan kondisi, terbukanya hutan mangrove di beberapa titik di sekitar Sungai Puda, Sungai Berenga Tengah, dan Sungai Tempadung oleh aktivitas Industri,” urainya.
Selain itu, tambah dia, telah ada terbukanya sebagian hutan mangrove di sepanjang jalan penghubung, Jembatan Pulau Balang dan di kilometer 13 hingga ke ujung Jembatan Pulau Balang Dua.
Melihat kondisi itu, FPTB pun mengusulkan. Wilayah Sungai Puda, ke arah utara, hulu Teluk Balikpapan yang merupakan wilayah perusahaan kawasan industri diubah statusnya jadi kawasan konservasi atau daerah perlindungan.
“Industri atau perusahaan yang telah beroperasi, tidak memperluas wilayah konsensi, atau tidak membangun baru gedung atau fasilitas,” tegas Husain.
Baca juga: Jasa Raharja Kaltim Tanam 100 Bibit Pohon Bakau di Mangrove Center Balikpapan
Baca juga: Bertahan di Tengah Pandemi, Petani Tambak di Penajam Jual Bibit Mangrove Untuk Tambah Penghasilan
Baca juga: NEWS VIDEO Desa Muara Adang Membuat Sirup Buah Mangrove, Berikut Proses Pembuatannya
Dan tidak lagi membuka lahan yang bersifat mengupas lahan atau mengurangi kawasan ekosistem esensial. “Tidak melakukan pembangunan baru di wilayah tersebut,” sebutnya.
Seluruh kawasan Teluk Balikpapan, ke arah utara, dari Pulau Balang, sebaiknya dijadikan konservasi atau kawasan perlindungan sebagai kawasan ekosistem esensial.
“Termasuk di wilayah perairan, mangreove dan hutan, buffer zone sepanjang pesisir,” tuturnya.