HUT Kemerdekaan RI

Kisah Veteran, Pertama Kalinya Pengibaran Bendera Merah Putih RI di Samarinda

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lanschaap Hospital, RS Umum lama, lokasi masa kini di RS Islam. Tempat dimana pengibaran bendera pertama di Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

"Abdoel Madjid dan Hj. Nafiah adalah perawat di RS Umum," imbuh Kai' Hamzah.

Baca juga: Apel Kehormatan dan Renungan Malam di TMP Kusuma Bangsa Samarinda, Lampu Dipadamkan 30 Menit

Atas prakarsa Dr. Soewadji Prawiroharjo dan beberapa tokoh Nasionalis di Samarinda dibentuk suatu badan yang dinamakan, “Panitia Persiapan Penyambutan Kemerdekaan Republik Indonesia (P3KRI) yang diketuai oleh Dr. Soewadji, yang didukung oleh rakyat Samarinda.

Dr. Soewadji Prawiroharjo kepala rumah sakit umum yang juga pemimpin gerakan, sebelum ditangkap, dia selalu diawasi gerak-geriknya hingga akhirnya mendapat hukuman yaitu diasingkan ke Morotai, Maluku Utara sekarang, kemudian ditempatkan ke Palopo, Sulawesi Selatan.

Putra daerah bagian dari pendukung pengibaran bendera merah putih waktu itu. RS Islam sekarang lokasinya, itulah RS Umum (tempat pengibaran bendera).

"Bersama rakyat mengibarkannya," tegas Kai' Hamzah

Perlu dicatat bahwa di Kalimantan Timur, selain dr Soewadji Prawiroharjo, dari keterangan Kai' Hamzah ada empat orang dokter yang dianggap rakyat sebagai tokoh perjuangan. 

Ada Dr. Sendok di Bulungan, Dr. Rivai di Berau, Dr. Soewondo di Tenggarong dan Dr. Soewadji Prawiroharjo di Samarinda. 

Dr. Soewondo tercatat sebagai pelopor berdirinya Gerakan Rakyat Kutai yang salinan bukunya diberikan pada Reporter Tribun Kaltim untuk secara gamblang dipelajari sebagai bagian kelengkapan fakta pergerakan perjuangan di Tenggarong.

Adapun berdirinya Gerakan Rakyat Kutai awal September 1945 tercatat ada nama Hasanuddin Sultan Larangan, Abdul Gani, dan Sultan Baginda Hoesain.

Tidak hanya pengibar bendera pertama di Samarinda ditangkap, nyatanya Gerakan Rakyat Kutai yang dipimpin Dr. Soewondo juga dilumpuhkan Belanda.

Baca juga: Sambut HUT ke 76 RI, Erdogan Barber Shop Gelar Potong Rambut Gratis Bagi Veteran

"Bulan Oktober 1945, Hasanuddin Sultan Larangan dipindah ke Muara Muntai, Abdul Gani ke Samboja, Sultan Baginda Hoesain dipindah ke Berau dan terakhir pemimpin gerakan Dr. Soewondo dipindah ke Palu, Sulawesi Tenggara," beber Kai' Hamzah.

"Dengan kepindahan keempat tokoh pimpinan Gerakan Rakyat Kutai, diharapkan akan lumpuh semangat juang pemuda di Tenggarong dan sekitarnya," sambungnya.

Melihat sekelumit kisah dari legiun veteran Kai' Hamzah ini, dia pun juga berpesan agar pemuda saat ini yang sudah banyak diberi kemudahan agar dapat meneruskan apa yang sudah dilakukan oleh para pendahulu.

Semangat 1945, semangat juang untuk meraih kesuksesan dan menjadikan Indonesia bangsa maju, menjadi pesan penting dalam pertemuan bersama beliau.

"Meneruskan perjuangan yang sudah dilakukan (pendahulu). Pejuangan dulu tanpa pamrih," ucapnya. (*)

Berita Terkini