Setelah mendapatkannya, dia membuka mulut hewan itu secara paksa untuk mengumpulkan air liur yang sudah terpapar virus ke dalam botol.
Sayangnya, menyuntikkan air liur hewan yang terinfeksi tidak menyebabkan rabies secara signifikan pada hewan yang diuji.
Melalui pembedahan dan eksperimen yang mendalam, Pasteur menemukan bahwa 'agen penyebab' harus terkonsentrasi di sumsum tulang belakang dan otak korban untuk mengembangkan penyakit.
Pasteur yakin bahwa vaksinasi dengan melemahkan penyakit yang disebabkan virus diikuti dengan perawatan yang lebih ketat, secara progresif akan membantu membangun sistem kekebalan.
Menariknya, melalui asistennya yang menemukan botol khusus untuk mengeringkan jaringan yang terinfeksi, Louis Pasteur akhirnya menyadari bahwa semakin lama sumber infeksi mengering maka semakin kecil kemungkinannya rabies akan menginfeksi saat disuntikkan.
Setelah serangkaian percobaan suntikan rabies yang semakin kuat diberikan kepada anjing selama 12 hari, dia menyuntikkan ekstrak rabies langsung ke otak anjing.
Hasilnya, semua anjing yang disuntik tidak mengalami rabies.
Tetapi saat Pasteur memindahkan virus dari anjing gila ke kelinci, virus menjadi tidak terlalu berbahaya ketika berpindah ke tubuh manusia karena sudah melewati beberapa spesies lainnya.
Metode tersebut dapat melemahkan virus untuk membentuk kekebalan.
Saat vaksin penemuannya disuntikkan pada Meister, anak laki-laki ini tidak lagi bergejala.
Setelah memulai perawatan pada anak lainnya pada bulan Oktober 1885, Pasteur menyatakan penemuan vaksin itu berhasil di hadapan Akademi Kedokteran Nasional Prancis.
Kabar penemuan vaksin rabies itu pun menjadi berita internasional, bahkan pasien dari Amerika Serikat langsung pergi ke Eropa untuk menerima pengobatan yang ditemukannya.
Seiring waktu, Pasteur mengembangkan aturan terkait imunisasi yang ampuh melindungi hewan dari penularan penyakit ini, serta pencegahan rabies.
Hampir satu abad kemudian, yakni pada tahun 1970-an catatan laboratorium Pasteur yang dimiliki oleh ahli warisnya dipublikasikan.
Mereka mengungkapkan perbedaan yang mengejutkan antara penelitian Pasteur dan klaimnya tentang pengujian vaksin pada anjing.