Video Viral

Tak Cukup dengan Peluru Tajam dan Granat, Israel Gempur Palestina dengan Helikopter

Penulis: Rafan Arif Dwinanto
Editor: Robin Ono Saputra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNKALTIM.CO - Militer Israel menyerang dengan menggunakan helikopter selama serangan besar-besaran ke kamp pengungsi Palestina di Jenin, Tepi Barat pada Senin (19/6/2023).

Lima warga Palestina meninggal dunia dalam serangan Israel di Jenin.

Dilansir dari Tribunnews.com, Kementerian Kesehatan Palestina mengidentifikasi para korban sebagai Ahmed Saqr (15), Khaled Darwish (21), Qassam Sariya (19), Qassam Faisal Abu Sirriya (29), dan Ahmed Daraghmeh.

Sejumlah 91 orang lainnya terluka akibat serangan itu.

Sedikitnya 22 warga Palestina yang terluka diyakini berada dalam kondisi kritis.

Sebelumnya, terjadi bentrokan sengit yang dimulai pada Senin (19/6/2023) pagi setelah tentara Israel menyerbu kamp, ​​menembakkan peluru tajam, granat kejut dan gas beracun, menurut kantor berita Palestina, WAFA.

Sejumlah besar pasukan Israel, yang terdiri dari sekitar 120 kendaraan militer, menyerbu kota, mengerahkan penembak jitu di atap beberapa rumah, memicu konfrontasi kekerasan.

Helikopter tempur digunakan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade setelah pertempuran selama berjam-jam berikutnya.

Prajurit bersenjata berat itu menembakkan peluru tajam, granat kejut, dan tabung gas air mata.

Sementara buldoser lapis baja tentara menghancurkan pipa pembawa air yang memasok air ke lingkungan al-Jabiriyyat dan menyebabkan pemadaman listrik yang besar.

Pasukan Israel, menurut koresponden WAFA, masuk ke rumah keluarga Mus'ab al-Barmaki dan menggunakan anggota keluarga sebagai tameng manusia, sebelum menahan dua warga Palestina.

Pasukan militer Israel mundur dari kamp setelah beberapa jam.

Tim media di organisasi Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan empat ambulan menjadi sasaran pasukan Israel di Jenin.

"Mereka menjadi sasaran langsung dengan peluru tajam, menyebabkan kerusakan material pada struktur dan kaca ambulans itu sendiri," kata Nibal Farsakh, anggota tim media PRCS.

Menurut Farsakh, tim medis pertama kali ditolak aksesnya dan akhirnya datang terlambat untuk merawat mereka yang terluka di tempat kejadian.

Halaman
12

Berita Terkini