Pada tahun 1987, gerakan Hamas ini resmi berdiri.
Pendirian Hamas dideklarasikan oleh Sheikh Ahmed Yassin, seorang ulama Palestina yang sebelumnya aktif dalam cabang lokal Ikhwanul Muslimin.
Awalnya, Yassin menekuni studi Islam di Kairo.
Pada akhir 1960-an, ia mulai memberikan khutbah dan melakukan pekerjaan amal di West Bank dan Jalur Gaza, dua wilayah yang dirampas paksa pasukan Israel setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967.
Seiring berjalannya waktu, Hamas semakin aktif dalam perlawanan bersenjata terhadap Israel.
Israel yang berupaya mencaplok semua wilayah Palestina itu kemudian membuat Hamas semakin geram.
Hamas dan sayap militer terkait bernama Brigade Izz al-Din al-Qassam kemudian melakukan perlawanan.
Selain aspek militer, Hamas juga mengelola berbagai kegiatan sosial dan pelayanan di wilayahnya.
Ini mencakup aktivitas seperti kegiatan amal, operasional sekolah, klinik kesehatan, kamp pemuda, penggalangan dana, serta berbagai kegiatan politik.
Banyak dari aktivitas ini berfokus di Gaza, yang merupakan basis utama operasi Hamas dan tempat tinggal sekitar 1,7 juta warga Palestina.
Setelah penarikan sepihak Israel dari Gaza pada tahun 2005, wilayah ini menjadi otoritas de facto bagi Hamas.
Baca juga: Di Tengah Perang Israel vs Hamas, Banyak WNI Memilih Tetap Bertahan di Palestina, Ini Alasannya
Pendukung Hamas
Hamas adalah salah satu komponen dalam aliansi regional yang juga melibatkan Iran, Suriah, dan kelompok Hizbullah di Lebanon.
Aliansi ini memiliki pandangan bersama dalam menentang kebijakan Amerika Serikat di Timur Tengah dan peran Israel dalam konflik tersebut.
Selain itu, Hamas dan Jihad Islam, yang merupakan kelompok bersenjata terbesar kedua di wilayah tersebut, sering kali bekerja sama dalam menghadapi Israel.