Pilpres 2024

Jokowi Dikritik Akademisi UGM hingga UI, Ini Sikap Anies, Muhaimin, Ganjar, dan Mahfud MD

Penulis: Rita Noor Shobah
Editor: Doan Pardede
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (kiri) dan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD (kanan) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikritik akademisi UGM hingga Universitas Indonesia, ini sikap Anies, Muhaimin, Ganjar, dan Mahfud MD.

TRIBUNKALTIM.CO - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikritik akademisi UGM hingga Universitas Indonesia, ini sikap Anies, Muhaimin, Ganjar, dan Mahfud MD.

Peserta Pilpres 2024 menyoroti banyaknya akademisi dari sejumlah kampus di Indonesi yang memberikan kritik keras terhadap Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam Pemilu 2024.

Calon presiden nomor urut 1 dan 3, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo merespons saat ditanya soal kritikan para sivitas kampus terhadap Jokowi.

Sejak kemarin hingga hari ini Jokowi menuai kritikan dari sivitas akademika beberapa universitas di Indonesia.

Seruan kampus ini dimulai dari UGM, UII, UI, kini Unhas hingga Universitas Lambung Mangkurat dan sejumlah kampus lainnya.

Baca juga: Presiden Jokowi Panen Kritik dari Sivitas Akademika UGM hingga UI, Ini Kata Anies dan Ganjar

Baca juga: UGM, UII, Universitas Indonesia dan Sejumlah Kampus Ramai-ramai Kritik Jokowi, Respons Istana

Baca juga: Susul UGM, Guru Besar dan Dosen Universitas Hasanuddin Deklarasikan Unhas Bergerak Untuk Demokrasi

Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, dan Mahfud MD memberikan tanggapan berbeda-beda menyikapi fenomena tersebut.

Kritik muncul setelah Jokowi menyampaikan pernyataan bahwa presiden boleh memihak dan berkampanye.

Kritik pertama muncul datang dari sejumlah guru besar, dosen, dan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM).

Lewat Petisi Bulaksumur, mereka menilai Jokowi sudah keluar jalur.

Selanjutnya, civitas akademika Universitas Islam Indonesia (UII) pun turut menyampaikan kritik kepada Jokowi.

Capres 01 Anies Baswedan dan Capres 03 Ganjar Pranowo.  (KOMPAS.com/Dian Erika-Fika Nurul Ulya)

Kritik datang juga dari civitas akademika Universitas Indonesia (UI) yang mengingatkan Jokowi agar bersikap netral di Pemilu 2024.

Selanjutnya, kritik juga datang dari Universitas Padjadjaran (Bandung), Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, serta Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin.

Menyikapi reaksi dari dunia akademisi terhadap Presiden Jokowi, Capres nomor urut 01 Anies Baswedan mengatakan kritik yang datang dari sejumlah kampus tersebut tidak datang begitu saja.

Baca juga: Kritik UGM untuk Jokowi, dari BEM KM UGM sebut Alumni Paling Memalukan, Terkini Petisi Bulaksumur

"kampus-kampus itu berbicara setelah menangkap apa yang terjadi di masyarakat," kata Anies di Jakarta, Jumat (2/2/2024).

Anies mengatakan pihaknya sudah sejak lama menggaungkan ketidaknetralan yang terjadi menjelang Pilpres 2024.

Ia berulang kali menekankan pemerintah untuk menjaga netralitas agar proses penyelenggaraan negara tetap berjalan adil.

"Kami sudah menyampaikan pesan ini sejak lama, menjaga netralitas, menjaga keadilan, wasit supaya menjadi wasit yang fair. Wasit yang tidak merangkap pemain, wasit yang tidak merangkap promotor," katanya.

Anies menilai petisi dari para akademisi tersebut sebagai bentuk kepedulian terhadap demokrasi di negeri ini.

Ia pun mengaku senang bahwa akademisi tidak tinggal diam menyaksikan kondisi kenegaraan di Indonesia saat ini.

"Kami senang bahwa kampus menyuarakan dan itu menunjukkan bahwa kampus peduli, kampus tidak diam menyaksikan kondisi bangsa," ujarnya.

Anies pun menegaskan bahwa inilah saatnya masyarakat Indonesia menentukan, apakah negara ini akan menjadi negara hukum atau negara kekuasaan.

Dengan adanya petisi dari para akademisi, Anies pun yakin Indonesia akan tetap terjaga sebagai negara hukum.

"Saya berkeyakinan insyaallah kita akan bisa menjaga untuk menjadi negara hukum," ujarnya.

PETISI BULAKSUMUR - Guru besar dan sivitas akademika UGM membacakan Petisi Bulaksumur, Rabu (31/1/2024) di Balairung UGM. (Tangkap Layar Kompas TV)

Cawapres nomor urut 01, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengatakan kritik yang dilakukan kampus di Indonesia harus dijadikan evaluasi pemerintahan Jokowi.

"Kalau sudah kampus bicara, itu artinya lampu merah. Harus menjadi evaluasi bersama," kata Cak Imin di Kota Serang, Banten, Jumat (2/2/2024).

Muhaimin meminta, Presiden Jokowi tidak gegabah dalam menanggapi hal tersebut.

Sebab jika gegabah, akan terjadi kembali penggulingan kekuasaan seperti tahun 1998.

"Tidak boleh gegabah mengabaikan. Karena kalau nggak, bisa terulang revolusi 98," ujar dia.

Sementara itu, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo menilai apa yang sudah dilakukan kaum intelektual merupakan bentuk upaya rakyat untuk menyelamatkan nasib demokrasi di Indonesia.

"Dimulai dari UGM, terus kemudian UII, UI dan hari ini saya mendapatkan banyak sekali saya dengar dari Andalas, nanti UMY juga akan menyampaikan itu bahkan mereka sudah nadanya cukup-cukup keras begitu ya," kata Ganjar di Lapangan Watu Gajah, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Jumat (2/2/24).

Menurut Ganjar, demokrasi Indonesia yang telah lama dipupuk harus terus dijaga khususnya pada kontestasi politik lima tahunan.

Dirinya menilai tidak boleh ada intimidasi dan ketakutan bagi rakyat untuk menyuarakan hak berdemokrasi dan hak pilihnya.

Hak pilih rakyat dalam pemilu harus dijalankan secara aman dan damai serta berlangsung jujur dan adil.

"Artinya jangan sampai kita menggadaikan nilai demokrasi yang dibangun tinggi karena itu produk demokrasi begitu saja hilang karena kepentingan-kepentingan sesaat. Nah inilah para intelektual civil society yang mengingatkan kita semuanya mudah-mudahan kita ingat," ungkap Ganjar.

Cawapres nomor urut 03, Mahfud MD enggan berkomentar lebih jauh terkait kritik akademisi terhadap Jokowi.

Baca juga: Respons Jokowi terkait Petisi Guru Besar UGM, Isi Lengkap Petisi Bulaksumur yang Trending X

“Ini baru menggelinding sesudah Jokowi bilang presiden boleh kampanye. Ini kontroversi baru di kalangan akademisi. Karena ada pasal lain yang larang presiden tidak netral itu kan ada,” kata Mahfud dilansir dari kompas.tv.

Menurutnya usai Presiden sampaikan pernyataan soal kampanye membuat gerah banyak pihak.

“Timbul masalah seperti itu orang semakin gerah seperti UGM, jadi muncul. Saya enggak punya hubungan dengan itu. Saya lepaskan dulu status profesor saya. Yang saya katakan khawatir ada yang nilai macam-macam,” kata Mahfud.

Terpisah, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto memberikan respons soal adanya petisi Bulaksumur yang digagas Universitas Gadjah Mada (UGM).

Kata Airlangga, sejatinya petisi tersebut merupakan hal yang biasa terjadi.

Politikus yang juga alumni UGM itu mengaku kalau dirinya merupakan tokoh Bulaksumur namun tidak membuat petisi itu.

Atas hal itu, Airlangga menilai kalau petisi itu hanyalah digerakkan satu dua orang.

Baca juga: Senyum Tipis Jokowi saat Tanggapi Petisi Bulaksumur Para Sivitas Akademika UGM

"Ya pertama saya juga tokoh bulaksumur jadi itu kalo satu dua orang biasa-biasa aja," kata Ketua Umum Partai Golkar tersebut saat ditemui usai Kampanye pemenangan Prabowo-Gibran di GOR Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (2/2/2024).

Airlangga juga menduga kalau penggagas dari gerakan itu tidak seluruh civitas dari UGM Bulaksumur, melainkan ada segenap orang yang mengatasnamakan kampus tersebut.

Karenanya, Airlangga menilai kalau gerakan ini sah saja terjadi di dalam kondisi politik saat ini.

"Itu kan kemarin beberapa orang menggunakan kampus Bulaksumur untuk membuat press release ada yang dari bulaksumur ada yang dari luar. Jadi biasa-biasa aja dalam politik kan ada pilihan," ujar dia. (*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Beda Reaksi Anies, Muhaimin, Ganjar, dan Mahfud Sikapi Kritik Keras Akademisi Terhadap Jokowi

Berita Terkini