"Kami banyak bertemu dengan pakar IT yang menemukan persoalan yang sangat fundamental, misalnya dimasukkannya suatu algoritma untuk nge-lock perolehan Pak Ganjar itu hanya maksimum 17 persen," katanya di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Kamis (7/3/2024).
Terdapat juga program untuk mengunci autentifikasi terhadap multifaktor yang seharusnya diberikan akses kepada orang-orang tertentu saja.
Atas peristiwa kecurangan itu, Hasto menilai perlu ada audit forensik untuk mengungkap kecurangan yang terjadi dalam penghitungan pemilu 2024.
"Ini yang akan kami lakukan sebagai bagian dari temuan-temuan yang sangat penting," ujarnya.
KPU Bantah Ada Algoritma 'Penguncian Suara' Ganjar-Mahfud di 17 Persen
Soal adanya temuan penggelembungan suara untuk parpol tertentu, Partai Gerindra menilai kini setiap partai saling menuduh soal penggelembungan suara.
Namun Gerindra yakin jenjang kontrol dalam pemilu sudah ketat sehingga jika ditemukan pelanggaran, Bawaslu di daerah akan memproses.
Sekjen Gerindra Ahmad Muzani menilai dugaan penggelembungan suara, harusnya ditemukan Bawaslu di semua tingkatan.
Bahkan menurutnya, jika ada unsur pidana bisa diproses di Sentra Penegakan Hukum Terpadu.
Komisi Pemilihan Umum menyangkal pernyataan yang menyebut ada upaya 'penguncian suara' pasangan Ganjar-Mahfud di angka 17 persen.
Ketua KPU Hasyim Asyari memastikan hasil rekapitulasi suara berdasarkan penghitungan suara berjenjang dari TPS.
Menurut Hasyim, yang menentukan hasil suara para peserta pemilu murni ada pada keputusan pemilih.
Baca juga: Bocoran Mahfud MD, Presiden jadi Penentu Gubernur Jakarta, Eks Menkopolhukam Minta RUU DKJ Dikawal
KPU tak bisa mengontrol ataupun menargetkan jumlah pemilih yang hadir di TPS.
Hingga hari ini, jumlah data masuk real count KPU untuk pemilu presiden, hampir 78 persen.
Dengan rincian perolehan, pasangan Anies-Imin, sebanyak 24,49 persen.
Pasangan Prabowo-Gibran mencapai 58,82 persen dan pasangan Ganjar-Mahfud sebanyak 16,68 persen. (*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dan kompas TV