Berita Kaltim Terkini

8 Bahasa Daerah yang Dipakai di Kalimantan Timur 2025, Masih Digunakan oleh Ratusan Ribu Warga

Editor: Heriani AM
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BAHASA DI KALTIM - Peta Kutai Timur yang diolah di Google Maps. Kalimantan Timur masih bertahan menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertama mereka.  (Google Maps)

TRIBUNKALTIM.CO - Di tengah derasnya arus urbanisasi dan integrasi budaya nasional, lebih dari setengah juta penduduk Kalimantan Timur masih bertahan menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertama mereka. 

Hal ini terungkap dari hasil Long Form Sensus Penduduk 2020 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 10 Februari 2023.

Tercatat setidaknya 584.425 jiwa dari total populasi usia lima tahun ke atas di provinsi ini masih menjadikan bahasa ibu lokal sebagai alat komunikasi utama di rumah dan lingkungan sehari-hari.

Baca juga: 25 UMKM di Balikpapan Siap Ekspor, Dorong Produk Lokal Tembus Pasar Global

Bahasa Indonesia tetap menjadi yang paling dominan, digunakan oleh lebih dari 1,1 juta penduduk sebagai bahasa pertama.

Meski bahasa Indonesia digunakan oleh lebih dari 1,1 juta jiwa sebagai bahasa pertama, kehadiran bahasa daerah di ruang-ruang domestik dan komunitas menunjukkan bahwa identitas lokal belum sepenuhnya hilang.

Bahasa seperti Berau, Bulungan, Tidung, Kenyah, hingga Bugis dan Jawa juga hidup berdampingan, mencerminkan keragaman etnis yang khas di provinsi ini.

Di balik angka tersebut, bahasa-bahasa daerah seperti Kutai, Paser, dan Banjar masih menunjukkan eksistensinya, terutama di wilayah pedalaman dan kantong-kantong etnis tradisional.

Baca juga: 5 Daerah dengan Jumlah Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Terbanyak di Kalimantan Timur Tahun 2023-2024

Bahasa Kutai, misalnya, masih digunakan luas di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur, dan Kutai Barat, dengan dialek berbeda seperti Tenggarong dan Kota Bangun. 

Bahasa ini tidak hanya menjadi alat komunikasi antarwarga, tapi juga masih digunakan dalam kesenian lokal seperti mamanda dan pembacaan syair sejarah.

Demikian pula bahasa Paser, yang digunakan di Kabupaten Paser dan Penajam Paser Utara, menjadi penanda kuat identitas etnis yang telah mendiami wilayah tersebut jauh sebelum pemekaran kabupaten berlangsung.

Sementara itu, bahasa Banjar yang meski bukan asli Kalimantan Timur, telah menjadi semacam lingua franca di kawasan perkotaan seperti Balikpapan dan Samarinda, di mana mobilitas antar-etnis tinggi dan komunitas Banjar cukup besar.

Lingua franca adalah bahasa perantara yang digunakan untuk berkomunikasi antara kelompok atau individu yang memiliki bahasa ibu berbeda.

Dalam konteks ini, bahasa tersebut tidak harus menjadi bahasa ibu siapa pun, tapi dipilih karena bisa dipahami oleh semua pihak yang terlibat.

Selain itu, bahasa Berau, Tidung, Bulungan, Kenyah, Bugis, dan bahkan Jawa juga tercatat dalam penggunaan sehari-hari oleh sejumlah komunitas.

Keberadaan bahasa-bahasa ini menunjukkan tingginya keragaman demografis Kalimantan Timur, yang selama beberapa dekade terakhir menjadi daerah tujuan transmigrasi, migrasi kerja, dan pertumbuhan ekonomi berbasis tambang serta energi.

Baca juga: 7 Penyebab Perceraian Paling Banyak di Kalimantan Timur

Halaman
12

Berita Terkini